Hari Sumpah Pemuda 2020

Profil Mohammad Yamin, Tokoh Dibalik Teks Sumpah Pemuda, Salah Satu Perumus Pancasila

Editor: Rizali Posumah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mohammad Yamin- Sejarawan Indonesia

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kemerdekaan Indonesia turut dirintis oleh para pemuda. 

Kebangkitan nasional 1908 di Indonesia kala itu mempengaruhi perkembangan pergerakan para pemuda.

Fase ini ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda seperti Boedi Oetomo di Batavia dan Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) yang didirikan pelajar Indonesia di Belanda.

Buku Indonesia dalam Arus Sejarah (2013) menjelaskan, perubahan radikal yang dilakukan organisasi pemuda mendorong mereka untuk bersatu dan berkumpul dalam satu wadah.

Mohammad Yamin dikenal sebagai sosok yang merumuskan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II yang berlangsung pada 1928.

Bahasa persatuan

Peserta Kongres Pemuda II Pada 27 - 28 Oktober 1928. (WIKIPEDIA)

Sebagai pemimpin kelompok pemuda Sumatera, Mohammad Yamin memang memiliki darah Sumatera Barat kental. Yamin lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat pada 23 Agustus 1903.

Anak dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah ini memang dibesarkan di keluarga terpelajar. Dilansir dari dokumentasi Harian Kompas, ayahnya yang mantri kopi membuat Yamin kecil dibekali pendidikan mumpuni.

Menurut Elizabeth E Graves dalam buku Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, para mantri kopi masuk ke dalam golongan terpelajar dengan kemampuan baca tulis dan berhitung yang baik. Kelompok lainnya ialah jaksa dan pangreh praja.

Setelah mendapatkan pendidikan dasar di kampung halaman, Yamin melanjutkan pendidikan ke Pulau Jawa, tepatnya ke

Algemene Middelbare School (AMS) di Surakarta. Selanjutnya, Yamin menuju ke Jakarta dan masuk Sekolah Tinggi Hukum (Rechts Hooge School) di Jakarta.

Setelah aktif dan memimpin Jong Sumatranen Bond, Yamin mulai aktif mengemukakan gagasan tentang persatuan Indonesia. Sebagai seorang sastrawan dan penyair, salah satu cara yang diyakini Yamin dapat menjadi "alat" persatuan adalah bahasa.

Gagasan ini pun diucapkan lantang dalam Kongres Pemuda I. Melalui pidatonya, "Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang", Yamin "menyodorkan" bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

"Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu," demikian pidato Yamin, dikutip dari buku Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru (2003)

Pidato itu mendapatkan respons baik dari para pemuda yang hadir dalam kongres. Mereka tertarik terhadap pemaparan Mohammad Yamin, terutama mengenai persatuan.

Banyak yang meyakini bahwa pemakaian bahasa Melayu yang memang sudah banyak digunakan sebagai bahasa pengantar selain bahasa Belanda dan bahasa Arab, akan digunakan sebagai bahasa pengantar di Indonesia.

Jong Sumatranen Bond sendiri pernah mendiskusikan bahasa persatuan ini sejak 1923. Kelak, penggunaan "bahasa Indonesia" ini diharapkan mendesak penggunaan bahasa Belanda.

Kongres Pemuda I memang belum berhasil menyatukan kelompok pemuda dalam satu organisasi. Namun, konsep mengenai persatuan Indonesia semakin benderang.

Menuju Sumpah Pemuda

Ilustrasi Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 yang diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. (intisari.grid.id)

Kongres Pemuda I belum bisa menghasilkan kesepakatan yang berarti. Akan tetapi, pidato Mohammad Yamin menimbulkan gejolak semangat yang baru.

Sebelum melakukan pertemuan akbar kedua, para pemuda kembali berupaya menyatukan sejumlah organisasi untuk fusi dalam satu wadah.

Perhimpunan Indonesia dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPKI) menyepakati hal itu. Kemudian, banyak organisasi pemuda yang memilih untuk fusi dalam satu wadah.

Namun, Mohammad Yamin menolak dilakukannya fusi organisasi pemuda. Yamin lebih memilih dibentuknya federasi dari perkumpulan-perkumpulan yang ada. Sebab, perkumpulan masing-masing daerah lebih bisa bergerak bebas tanpa adanya sebuah aturan yang melekat.

Hingga dilakukannya Kongres Pemuda II dibuka pada 27 Oktober 1928 di Jakarta, Yamin yang menjabat sebagai Sekretaris Kongres belum menyetujui dibentuknya fusi.

Meski begitu, Yamin tetap memiliki semangat akan persatuan Indonesia. Dia tetap berharap semangat persatuan tetap ada namun tak menghilangkan kekhasan tiap daerah.

Yamin juga tak ingin Kongres Pemuda II berakhir tanpa hasil. Setidaknya, harus ada kemauan dan kesepakatan bersama yang dibacakan peserta kongres.

Saat kongres tengah berlangsung, Yamin mulai menuliskan gagasan "Sumpah Pemuda" tersebut dalam suatu kertas. Kertas itu kemudian dia sodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres.

"Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi yang elegan)," kata Yamin kepada Soegondo, dikutip dari buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003).

Rumusan itu kini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, yaitu pada 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Sumpah Pemuda dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda, yang kemudian bergerak bersama dan berjuang menuju Indonesia merdeka.

Setelah Kongres Pemuda II, Yamin sendiri mulai melunak akan gagasan fusi organisasi pemuda daerah. Akhirnya, pada 1930 semua organisasi pemuda bisa bersatu dalam satu wadah, yaitu Indonesia Muda.

Tujuan Indonesia Muda adalah membangun dan mempertahankan keinsyafan anak bangsa yang bertanah air satu agar tercapai Indonesia Raya. Untuk itu, Indonesia Muda berusaha memajukan rasa saling menghargai dan memelihara persatuan semua anak bangsa.

Masa Kecil

Muhammad Yamin lahir di sebuah desa kecil bernama Talawi, dekat Sawahlunto, Sumatera Barat pada 23 Agustus 1903.

Muhammad Yamin merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Muhammad Yamin lahir dari pasangan keluarga terpelajar Oesman Bagindo Khatib dan Siti Saadah.

Ayahnya, Oesman Bagindo Khatib dikenal sebagai pegawai yang mengawasi dan mengurusi bidang kopi sebuah perusahaan Belanda.

Dikutip dari Kompas.com, menurut Elizabeth E Graves dalam buku ‘Asal-Usul Elit Minangkabau Modern’, mantri kopi termasuk dalam golongan terpelajar dengan kemampuan baca tulis dan berhitung yang baik.

Muhammad Yamin semasa kecil pernah bersekolah di Sekolah Dasar kelas II Bumi Putera, di mana Muhammad Yamin belajar membaca, menulis, dan berhitung.

Kemudian Muhammad Yamin melanjutkan pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), yaitu sebuah sekolah dasar dengan bahasa Belanda sebagai pengantarnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan di HIS, Muhammad Yamin melanjutkan ke sekolah guru di Bukittinggi.

Riwayat Karier

Selain dikenal sebagai orang yang gemar belajar, Muhammad Yamin juga dikenal aktif berorganisasi.

Pada 1926-1942, Muhammad Yamin menjadi Ketua Jong Sumatera Bond dan Ketua Indonesia Muda (1928).

Muhammad Yamin pernah menjadi anggota Partindo, anggota Volksraad, anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dan berjasa dalam perumusan UUD 1945 serta pembuatan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).

Pada masa kolonialisme Jepang di Indonesia, Muhammad Yamin menjadi penasihat penerangan sekaligus sebagai anggota Dewan Penasihat Poetera.

Muhammad Yamin menciptakan Panca Dharma Corps Polisi Militer dan lambing Gadjah Mada dalam Konferensi Meja Bundar di Den Hagg, Belanda pada 1949.

Muhammad Yamin memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Muhammad Yamin pernah menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Selain itu juga pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman era kabinet Sukirman Suwiryo pada 1951, Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan era kabinet Ali Sastroamijoyo pada 1952-1955, Ketua Panitia Pemilihan Umum pertama pada 1955, Ketua Dewan Pengawas LKBN Antara pada 1961-1962, dan Ketua Dewan Perancang Nasional pada 1962, Menteri Sosial pada 1959, Wakil Menteri Pertama Bidang Khusus, Koordinator Menteri Penerangan dan Ketua Depernas pada Kabinet Kerja III pada 1962-1963.

Masih banyak jabatan dalam membangun Indonesia yang pernah diemban Muhammad Yamin.

Pada 1961 Muhammad Yamin dilantik sebagai Penasihat Lembaga Pembinaan Hukum Indonesia.

Setahun kemudian Muhammad Yamin diangkat menjadi anggota Dewan Pertahanan Nasional dan Staf Pembantu Presiden Bidang Ekonomi, serta Ketua Penerangan Tertinggi Pembebasan Irian Barat.

Merumuskan Pancasila

Keikutsertaannya menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Sembilan menjadikan Muhammad Yamin turut serta dalam merumuskan dasar negara secara tertulis maupun tidak tertulis.

Rumusan tertulis dasar negara yang diajukan oleh Muhammad Yamin dalam sidang pertama BPUPKI pada 29 Mei 1945 yaitu:

- Ketuhanan Yang Maha Esa

- Kebangsaan Persatuan Indonesia

- Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

- keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Adapun rumusan secara lisan yang disampaikan oleh Muhammad Yamin yaitu:

- Peri Kebangsaan

- Peri Kemanusiaan

- Peri ke-Tuhanan

- Peri Kerakyatan

- Kesejahteraan Rakyat

Mohammad Yamin meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun.

Baca juga: 13 Tokoh Penting Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, J Leimena hingga W R Supratman

Baca juga: 28 Oktober 1928 Sumpah Pemuda Diikrarkan, Bersatu Demi Indonesia Merdeka

Baca juga: 28 Oktober 2020 Hari Sumpah Pemuda, Ini Daftar Ucapannya, Cocok Dibagikan Lewat Medsos

'
SUMBER: https://nasional.kompas.com/read/2018/10/28/10190261/mohammad-yamin-tokoh-bangsa-yang-merumuskan-sumpah-pemuda?page=all dan https://www.tribunnewswiki.com/2019/06/01/tribunnewswiki-muhammad-yamin

Berita Terkini