Populer Nasional

Di ILC, Letjen Sutiyoso Singgung Aksi Kelompok Prada MI Serang Polsek Ciracas: Komandan Bilang Serbu

Editor: Frandi Piring
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Letjen TNI (Purn) Sutiyoso di ILC Selasa (01/09/20) membahas penyerangan di Polsek Ciracas.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Letjen TNI (Purn) Sutiyoso, mantan Wakil Danjen Kopassus menyinggung aksi penyerangan di Polsek Ciracas beberapa waktu lalu yang menjadi polemik hingga saat ini.

Dikabarkan, berawal dari kabar bohong oknum TNI, kekacauan pada hari itu tak terelakkan.

Anggota TNI Prada MI menjadi sosok atau dalang pemicu penyerangan kelompok prajurit TNI di Polsek Ciracas pada (29/8/2020) lalu.

Hal tersebut pun mendapat tanggapan dari Sutiyoso yang disampaikannya dalam acara Talk Show Indonesia Lawyers Club (ILC) edisi Selasa (01/09/20) tadi malam.

Letjen TNI Sutiyoso mengatakan perusakan Polsek Ciracas dan perusakan fasilitas tertentu sudah pasti salah.

Ia juga menyoroti kasus ini dengan kesejahteraan para prajurit TNI yang sangat minim.

Meski demikian pria yang akrab disapa Bang Yos ini setuju oknum TNI mendapatkan sanksi yang cukup berat hukum militer

dan hukum pidana atau ekstrimnya akan diberhentikan tidak hormat yang bisa masuk penjara.

"Apa masalahnya hukuman seberat itu kok gak kapok juga," tanya Sutiyoso dalam acara ILC TV One, Selasa (01/09/2020).

Suasana di Kantor Kepolisian Sektor Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (29/8/2020) dini hari saat diserang sejumlah orang tak dikenal. (ISTIMEWA)

Mantan gubernur DKI Jakarta lantas menjelaskan kondisi prajurit TNI saat ini sangat beda dengan jamannya dulu.

Kondisi para prajurit itu disiapkan untuk bertempur. Mereka berlatih untuk menembak, gerakan senyap dan sebagainya.

Tentu mereka digembleng dengan pembinaan fisik tetapi ada indoktrinasi mengarah bagaimana membuat prajurit mempunyai agresifitas yang tinggi tidak boleh ragu.

"Pada saat komandan bilang serbu sehingga kemampuan melumpuhkan lawan harus tinggi,

ditanamkan jiwa korsa supaya dia bangga terhadap satuannya,

kalau ditugaskan tidak sukses dia akan malu, pantang pulang sebelum menang," tutur Sutiyoso yang sudah berkarir selama 30 tahun di militer.

Sutiyoso tahu persis keseharian bersama para prajurit TNI karena selama 25 tahun bersama pasukan tempur dan Kopassus,

kesetiakawanan para prajurit tumbuh secara otomatis sejak mereka berlatih bersama.

"Semua disiapkan untuk bertempur, dan jadi membosankan dengan dilatih terus tapi gak pernah bertempur," lanjutnya.

Sutiyoso pun memberi Ilustrasi seperti seorang petinju yang disiapkan untuk bertanding tapi tidak pernah ada di ring. Jadi tak ada lawan yang seimbang.

Letjen TNI (Purn) Sutiyoso di ILC Selasa (01/09/20) membahas penyerangan di Polsek Ciracas. (YouTube Indonesia Lawyers Club tvOne)

Selain itu kesejahteraan para prajurit sangat minim. Sutiyoso menggambarkan seorang Prajurit Satu (Pratu) dengan gaji Rp 5,3 juta. Ketika masih bujang dan gak masalah untuk mengirimakan uang buat keluarga.

"Saya tahu persis ini, apalagi prajurit yang sudah menikah setingkat Tamtama tidak dapat fasilitas perumahan,

selain terbatas sebagian masih ditempati para senior purnawirawan dan dia harus kontrak rumah," kata Sutiyoso.

Sekarang saja kontrak rumah 1 kamar Rp 1 juta per bulan, belom lagi punya anak,

cukup kah membiayai keluarga sebulan? Apalagi jakarta dan sekitarnya.

"Ada yang ikut dengan saya pembantu letnan mengabdi 30 tahun gajinya Rp 6,7 juta per bulan,

kesejahteraan sangat minim, harus mensekolahkan anak sampai perguruan tinggi.

Kondisi ini berbeda dengan prajurit teritorial atau polisi yang bisa membaur dengan masyarakat, bisa membantu dan bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

"Namun sulit bagi prajurit tempur kalau apel tidak hadir bisa kena sanksi indispliner,

maka kesimpulannya ada kecemburuan sosial selama ini tidak bisa diratakan," tutur Sutiyoso.

Potret mobil Polsek Ciracas dalam kondisi terbakar usai diserang ratusan orang tak dikenal. ((Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik))

Dimana mereka harus berperang? Sekarang gak ada lagi pertempuran, GAM sudah merah putih. yang ada cuma di Papua.

"Medan tempur yang diharapkan para prajurit ini adalah menangani terorisme dampaknya menimbulkan trauma yang sangat panjang.

Tapi kebanyakan selama ini yang menangani Polri mereka punya denjaka.

Dengan kondisi ini maka akan banyak prajurit TNI yang jadi pengangguran. Ini masalah psikologis," katanya lagi.

Bila main serang saja, imbuh Sutiyoso maka nanti bisa kembali ke orde lama, melanggar HAM.

Terlepas dari itu apakah prajurit yang punya kemampuan tempur akan terus menjadi pengangguran?

"Tolonglah, masalahnya rakyat tidak peduli siapa yang akan menangani terorisme, yang penting aman dan merah putih.

Semoga sih rakyat gak takut lagi dengan TNI dengan kondisi ini.," kata Bang Yos.

Tonton videonya:

Tautan: 

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Penyerangan Polsek Ciracas, Sutiyoso Soroti Kesejahteraan Prajurit TNI Hingga Kecemburuan Sosial,

https://wartakota.tribunnews.com/2020/09/02/penyerangan-polsek-ciracas-sutiyoso-soroti-kesejahteraan-prajurit-tni-hingga-kecemburuan-sosial?page=all

Berita Terkini