TRIBUNMANADO.CO.ID - Petrus adalah tokoh besar dalam kekristenan.
Pernahkah kita duduk dan merenungkan mengenai kehidupan orang ini?
Jika kita melihat kehidupan orang ini, maka ada banyak sekali pelajaran yang kita bisa petik untuk kehidupan kita pada masa kini.
Adalah sesuatu yang menarik ketika kita melihat bahwa Injil-Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) menggambarkan Petrus sebagai pribadi yang berbeda dari Petrus yang digambarkan dalam kitab Kisah Para Rasul. Mari kita menyimak apa kata Alkitab mengenai orang ini.
Injil-Injil pertama kali menggambarkan Petrus sebagai seorang nelayan biasa.
Dia bukan seorang ahli taurat yang berpendidikan tinggi, dia bukan pemungut cukai yang ditakuti, dia bukan pegawai di kantornya Herodes yang memiliki kekuasaan, dia bukan apa-apa. Dia tidak berpendidikan tinggi (lihat KPR. 4:13).
Dia hanya seorang nelayan.
• Kesalehan Ayub Dicobai, Kehilangan Kekayaan dan Anak-anaknya, Responnya Seketika Mengubah Kehidupan
Simon Petrus adalah salah satu dari 12 rasul Yesus, Nama aslinya Simon.
Petrus atau Kefas (bahasa Aram) yang artinya batu karang adalah nama yang diberikan Yesus kepadanya.
Ia adalah seorang nelayan dari Galilea yang diberi posisi pemimpin oleh Yesus dan dipandang demikian pula oleh Rasul lainnya (Yoh 21:3).
Menurut Injil Yohanes Petrus lahir di Betsaida, Galilea. Ayahnya bernama Yohanes.
Petrus & Andreas bekerja sebagai penjala ikan. Dari kesaksian Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus diketahuilah bahwa Petrus sudah menikah.
Petrus dan saudaranya, Andreas, adalah rasul-rasul pertama yang dipanggil oleh Yesus.
Petrus sedang mencari ikan di danau Genesaret ketika Yesus menghampiri dan berkata, "Mari, ikutlah Aku, & kamu akan Kujadikan penjala manusia.".
Versi Injil Yohanes menceritakan bahwa Andreas, yang sebelumnya adalah murid Yohanes, dialah yang pertama kali bertemu Yesus & membawa Simon, saudaranya, kepada Yesus (Yoh 1:35-42) .
Satu-satunya Rasul yang Pernah Menegor Yesus
Ketika Yesus sedang bicara perihal diri-Nya sebagai Anak Manusia yang akan menanggung penderitaan, Petrus menegor Yesus rupanya dengan maksud bahwa Yesus tidak boleh bicara seperti itu karena Petrus berharap penderitaan Yesus itu akan dijauhkan Allah Bapa dari-Nya.
Maka marahlah Yesus kepada Petrus sebab penderitaan jalan salib yang harus ditanggung Yesus adalah kehendak Bapa bagi keselamatan dunia.
Petrus paling tanggap terhadap apa yang disampaikan atau ditanyakan Yesus dan apa yang didengar & dilihatnya.
Petrus langsung mengomentari pertanyaan Yesus tentang siapa yang menjamah Dia dari antara kerumunan orang banyak.
Petrus berkomentar tentang pohon ara yang kering karena dikutuk oleh Yesus, tentang pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus, meminta Yesus menjelaskan arti perumpamaan-Nya, menanyakan hal pengampunan, & hal-hal lainnya.
Petrus juga tanpa sungkan mengatakan kepada Yesus bahwa ia dan rasul lainnya sudah meninggalkan segala sesuatu guna mengikut Yesus & oleh karena itu Petrus menanyakan apa upah yang akan mereka peroleh dari pengorbanan mereka itu.
Sesekali Petrus menahan dirinya dari bertanya atau berkomentar. Mungkin Petrus sendiri menyadari bahwa dari antara para rasul ia saja yang selalu banyak berkomentar atau bertanya.
Namun, Petrus tidak dapat menahan dirinya dari rasa ingin tahu. Ketika Yesus bicara tentang murid yang akan mengkhianati-Nya, kali itu Petrus memilih tidak bertanya langsung kepada Yesus melainkan meminta Yohanes untuk menanyakan pertanyaannya tentang siapa murid yang dimaksudkan oleh Yesus itu.
Di lain pihak, karena Petrus suka bertanya maka Yesus juga menantang Petrus untuk memberikan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan yang tidak diduga oleh Petrus.
Petrus & Yohanes tampaknya mendapat kepercayaan Yesus untuk mengerjakan hal-hal yang penting bagi-Nya.
Petrus & Yohanes diberi tanggung jawab oleh Yesus untuk mempersiapkan Perjamuan Malam terakhir Yesus & murid-murid-Nya.
Nama Petrus juga disebutkan secara khusus oleh Malaikat Tuhan sebagai seorang di antara murid-murid Yesus yang harus segera diberitahukan perihal kebangkitan Yesus.
Petrus juga mendapat kepercayaan Yesus sesuai dengan arti namanya “batu” atau “batu karang” bahwa dengan kerja kerasulan Petrus Yesus akan mendirikan gereja-Nya setegar batu karang.
Tugas pengembalaan ini ditegaskan kembali oleh Yesus di masa perjumpaan-Nya dengan murid-murid-Nya sesudah kebangkitan-Nya (Yoh21:15-17).
Selain memiliki karakter emosional yang keras, Petrus juga memiliki emosional keinsafan yang tinggi. Ketika Yesus berkata kepadanya untuk menebarkan jalanya di tempat yang lebih dalam agar mendapatkan ikan, Petrus dengan jujur mengatakan kepada Yesus bahwa ia mengikuti arahan Yesus itu hanya karena Yesus yang menyuruhnya, tetapi Petrus meragukan hasilnya sebab ia & nelayan lainnya telah sepanjang malam mengusahakan hal itu namun mereka tidak mendapatkan seekor ikan pun.
Akan tetapi, kenyataan membuktikan kebenaran perkataan Yesus. Mereka mendapatkan ikan dalam jumlah yang besar. Jala mereka terkoyak, perahu-perahu mereka nyaris tenggelam karena sarat dengan ikan.
Menyadari bahwa ia sempat meragukan perkataan Yesus, maka Petrus tersungkur di hadapan Yesus & mengakui kesalahannya.
Rasa yang sama pun menyelimuti hati Petrus tatkala kebenaran perkataan Yesus akan penyangkalannya terbukti. Saat ayam berkokok, dari dalam ruangan sidang Yesus berpaling memandang Petrus. Luruh hati Petrus menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Petrus meninggalkan tempatnya, keluar & menangis dengan sedihnya.
Satu-satunya rasul Yesus yang sulit ditebak, itulah Petrus.
Bicaranya spontan, tindakannya pun tidak kalah mengejutkan. Turun dari perahu yang mengapung di tengah danau, Petrus meniru Yesus berjalan di atas air.
Walau akhirnya ia mulai tenggelam, Petrus telah membagikan pelajaran iman yang berharga bagi banyak orang yang percaya.
Tanpa disadari oleh Petrus sendiri, dalam pemanggilan Petrus menjadi rasul-Nya & dalam kebersamaan Petrus dengan Yesus, Yesus membentuk Petrus menjadi pribadi yang diubahkan oleh-Nya.
Dari orang yang cepat, mengaku, cepat menyangkal, cepat bertindak, & lain sebagainya yang dapat saja mengesankan adanya kelemahan selain kekuatan pada dirinya, Petrus menjadi pribadi yang kokoh dalam imannya kepada Yesus.
Petrus menjadi rasul besar yang gigih berjuang menyebarkan & mempertahankan kemurnian Injil Kristus, dipenjara bahkan mati dengan cara yang sama dengan Yesus, yakni disalibkan.
Menurut tradisi, penyaliban Petrus dilakukan dengan salib terbalik di Roma saat pemerintahan Nero.
Petrus menolak disalibkan dengan kepala di atas karena ia merasa tidak layak untuk mati dalam posisi yang sama seperti Yesus. Petrus dimakamkan di tempat yang kini persis di bawah altar utama Basilika Santo Petrus di Vatikan. Gereja Roma Katolik mencatat Rasul Petrus atau Santo Petrus sebagai Paus pertama mulai kurang lebih tahun 30 sM s/d akhir hidupnya.