Semarang Surga Togel, Pengecer Sampai Jualan di Pinggir Jalan, Banyak Wanita Jadi Admin Kios Togel

Editor: Finneke Wolajan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Barang Bukti Judi Togel

TRIBUNMANADO.CO.ID - Judi toto gelap atau togel makin marak di Semarang selama pandemi Covid-19 ini.

Pengecer togel bahkan berani membuat loket jualan mereka di pinggir jalan.

Ada juga pengecer yang keliling kampung untuk ambil uang pemesan nomor setelah japri melalui WA atau SMS.

Ilustrasi - Barang Bukti Uang Judi Togel (Istimewa)

"Sekarang malah sepi tapi bukan karena susah cari konsumen. Tapi karena orang (pengecer) pada banting harga dan mau ambil uang ke rumah-rumah pembeli. Itu saking banyaknya pengecer HK, makanya mereka berani ambil persenan dikit," kata Sugar (nama samaran) pengepul togel di daerah Pedurungan.

Jika biasanya pengecer mendapat keuntungan dari penjualan atau pembelian 20 persen.

Saat ini karena saking banyaknya pengecer, ada yang hanya ambil 10 persen demi persaingan merebut konsumen.

Dulu pembeli diam di rumah sudah ramai orang berdatangan sore hari.

Tapi sekarang karena banyak saingan, pengecer datang ke rumah pembeli untuk ambil uang. Pesanan nomor togel melalui WA atau SMS.

Ditemui Tribun Jateng, seorang kepala keluarga Budreg (nama samaran) mengaku sudah 11 tahun gila togel.

"Kalau dihitung-hitung ya sudah ada 11 tahun. Kalau dirupiahkan mungkin saya sudah mengeluarkan uang Rp 150 jutaan," kata Budreg.

Budreg tak hanya bermain togel secara langsung. Dia juga bermain togel online di beberapa situs togel.

Bedanya, togel online yang dijalankan Budreg pembayarannya melalui transfer.

"Banyak situs yang bisa. Tinggal cari aja di Google pakai kata kunci togel online. Biasanya ada London Pool, Hongkong Pool, Singapore Pool, Sydney Pool. Banyak kok. Nanti untuk lihat hasilnya bisa di situs," ucapnya.

Sekali bermain, Budreg biasa memasang uang Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. Kalau nomor yang dia pilih akhirnya keluar, ia bisa mendapatkan Rp 5 juta.

Tidak setiap kali pasang nomor Budreg mendapatkan hasil. Justru lebih banyak tidaknya.

"Dari pada dapatnya, lebih banyak tidaknya. Tapi kalau sudah sekali ikut, rasanya ingin ikut terus karena penasaran adu keberuntungan. Kalau tidak dapat ya mungkin belum rezekinya," tambah dia.

Dirinya tidak berani menyebut lokasi mana saja, yang biasa digunakan untuk tempat pasang nomor togel.

Sebab, banyak tempat togel yang justru disembunyikan supaya tak terlalu mencolok di masyarakat.

"Saya tidak berani sebut. Pokoknya ada-lah," tutur pria yang bekerja serabutan ini.

Supaya nomor yang dipilihnya bisa tembus, terkadang Budreg melakukan hal unik untuk mendapatkan nomor.

Satu di antaranya dengan melakukan ritual bakar burung gagak di Gombel Semarang.

"Kalau ke dukun saya tidak pernah. Ya justru cari wangsitnya di tempat-tempat yang dianggap banyak orang selalu tepat. Di Gombel itu ada pernah saya ritual sambil bakar gagak. Tapi justru nomor yang didapat tidak tembus," imbuhnya.

Sejak adanya pandemi Covid-19, Budreg lebih memilih untuk berhenti bermain togel. Selain sedang kesulitan ekonomi, dia juga ingin menghentikan kebiasaan buruknya itu.

Ia menganggap, uang dari hasil togel tidak pernah ada manfaatnya.

"Misal dapat ya uang itu hilang enggak jelas. Ekonomi saya juga gini-gini aja. Masih susah buat bayar anak sekolah. Makannya lebih baik berhenti saja," tutupnya.

Beda lagi pengalaman Budi warga Simongan. Budi (bukan nama sebenarnya) ditemui Tribun Jateng di Simongan menyebut kebanyakan admin di kios togel adalah perempuan.

Alasannya tidak diketahui secara pasti, namun penilaiannya sebagai upaya pemanis atau menarik konsumen.

Dia menyebut ada lapak togel besar berlokasi tak jauh dari rumahnya. Lapak itu sudah lama ada dan pemasang atau pemain makin ramai.

Bahkan dalam sehari omzet mencapai puluhan juta. Lapak itu beroperasi mulai pukul 11.00 hingga pukul 23.00.

Pemilik atau pengecer adalah warga Sampangan namun menyewa kios di lokasi tersebut. Satu keluarga menekuni agen togel.

Budi mengetahui betul bagaimana geliat judi togel di Semarang. Bahkan ia sempat menjadi pengecer sebentar namun terpaksa tutup karena sepi pembeli.

"Kalau usaha ini susahnya di awal, keuntungan tidak seberapa karena kan konsumen sepi. Tapi kalau sudah punya banyak pelanggan ya enak," tutur dia.

Menurutnya Semarang merupakan surga bagi judi togel. Kota besar seperti Jakarta saja beroperasi tidak begini.

Di Kota Semarang orang berani buka kios di pinggir jalan sambil melayani pembeli togel, layaknya jualan handphone.

"Saya pernah ajak teman dari Jakarta ke Semarang senang banget dia. Karena mudah menemukan penjual togel di sini," kata Budi.

Dijelaskannya bahwa menjadi pengecer judi togel bisa dibilang bisnis risiko kecil. Sebab tidak butuh modal, hanya mencatat transaksi yang terjadi.

Sedangkan jika ada konsumen tembus hadiahnya dikucurkan langsung dari bandar. Bahkan pengecer juga mendapat persenan.

Keuntungannya menjadi pengecer mengambil 20 persen dari omzet harian. Ketika mendekati waktu tutup biasanya ada orang suruhan yang mengambil rekapan dan omset hari itu juga. Ia bertugas menyerahkannya kepada pengepul.

Untuk bisa menjadi pengecer pun syaratnya mudah. Cukup menyertakan foto copy KTP proses pendataan sebagai member. Fungsinya jika terjadi gangguan maka akan dilindungi oleh bandar.

"Karena jadi anggota pengecer kalau ada apa-apa aman. Kamu mau, saya bisa daftarkan ga perlu modal kok, kan udah dari bandar?,” kata dia kepada Tribun Jateng. Dia menyebut jika ada pengecer kena gerebek ditangkap polisi hukumannya juga tak lama. Dan keluarga pengecer itu akan dinafkahi oleh sang bandar.

Pantauan Tribun Jateng terdapat pengecer atau penjual togel buka kios untuk menyamarkannya. Orang datang ke kios itu tak mencurigakan bahwa mereka akan beli togel.

Lokasi kios tersebut tak jauh dari kantor polisi. Pelanggan sudah paham bahwa kios itu juga nyambi jualan togel.

Beralih Jualan Makanan

Seorang pengecer togel di Pucanggading sebut saja Harso sudah tiga bulan ini tidak proaktif. Dia mengaku sekarang nggak bisa diharap lagi cari uang melalui jualan togel.

"Sepi Pak sekarang. Nggak kayak dulu. Orang cari pengecer nomor. Sekarang kita yang cari konsumen. Susah dan pembelian cuma sedikit," kata Harso kepada Tribun Jateng, Minggu (12/7).

Menurut pengakuannya, sepi pembeli bukan karena orang tak punya uang. Tapi sekarang banyak orang jadi pengecer. Dulu mereka membeli togel tapi sekarang malah jadi penjual. Sudah tahu caranya.

"Kami dulu berani ambil 20 persen dari omzet total harian. Mereka pengecer baru-baru itu rela cuma mendapat 5-10 persen. Kalau sudah begini mending jualan yang lain saja," terang Harso.

Beberapa bulan lalu depan rumah Harso sering banyak sepeda motor parkir. Mereka keluar masuk rumah Harso untuk beli togel. Tapi sekarang pemandangan berubah. Depan rumahnya sering ada sepeda motor ojek online untuk ambil pesanan masakan.

"Ya begini-begini kalau ditekuni bisa untuk bayar sekolah anak-anak juga," tutur dia.

Menurutnya sekarang makin banyak pelanggan pesan makanan nasi kotak ke dia. Selain menyediakan masakan tongseng, ayam bakar, sosis, ada juga gulai kambing. Sudah dua bulan ini menekuni usaha jualan makanan via online. Dia kerjasama dengan ojek online untuk meningkatkan penjualan. (tribunjateng/cetak)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Semarang Surga Togel Hari Ini? Pembeli Sepi Penjual Ramai, Pengecer Banting Harga Buka di Tepi Jalan

Berita Terkini