TRIBUNMANADO.CO.ID - Suasana duka menyelimuti rumah mertua Serma TNI Rama Wahyudi di Jalan Garuda Sakti, Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (24/6/2020).
Rama Wahyudi merupakan prajurit TNI Angkatan Darat dari Detasemen Peralatan (Denpal) 1/4 Pekanbaru.
Rama dikabarkan gugur saat menjalankan misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo.
Kepergian Serma Rama Wahyudi ke pangkuan Ibu Pertiwi meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, khususnya ibunda tercinta Wagini.
Serma Rama Wahyudi gugur dalam misi perdamaian di Republik Demoktik Kongo.
Wanita 64 tahun ini mengenang Serma Rama Wahyudi sebagai sosok anak yang penurut.
Sedari kecil hingga menjadi prajurit TNI-AD Kodam I/Bukit Barisan, sosok putra ketiganya adalah anak yang baik.
"Dia ini gak merokok, karena menjaga kesehatan dari kecil. Kawannya banyak. Rajin nelpon keluarga, apa-apa ngabarin. Bahkan tiap ke Medan, selalu nyempatin pulang ke sini," ujar Wagini di kediamannya, Desa Kerasaan I, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun. Kamis (25/6/2020).
Dalam pertemuan dengan wartawan, Wagini bercerita dirinya sudah mulai tabah.
"Kita semua punya waktu masing-masing," katanya mencoba mengikhlaskan semua yang terjadi.
• 80 Persen Warga Indonesia Setuju Jokowi Terapkan Normal Baru, Begini Detail Hasil Survei SMRC
Serma Rama Wahyudi berdinas di Detasemen Perlengkapan Korem 031/ Wira Bima yang berkedudukan di Pekanbaru.
Satuan ini masih berada di bawah komando Kodam I/Bukit Barisan.
Ia merupakan satu dari 200 prajurit yang dikirim sebagai kontingen perdamaian Indonesia untuk PBB di Republik Demokratik Kongo sejak lima bulan yang lalu.
Di negara ini, harusnya Serma Rama Wahyudi akan bertugas hingga Februari 2021.
"Induk organisasinyakan, di Kodam I/BB di Medan. Makanya setiap ke Medan, dia nanya saya, 'Mama mau apa kalau aku pulang?' Saya selalu bilang bawakan lah Bika Ambon yang di Jalan Majapahit. Karena saya suka Bika Ambon itu," kenang Wagini.
Namun sekarang, Wagini tak mungkin mendapatkan kasih sayang itu lagi, lantaran Serma Rama Wahyudi sudah dipanggil Illahi untuk selama-lamanya mengikuti ayahnya yang meninggal tahun 2017 karena sakit.
"Saya berharap, cukup anak saya yang gugur dalam bertugas. Prajurit-prajurit yang lainnya harus pulang kembali dengan keadaan tanpa suatu apapun," pungkasnya.
Prajurit TNI Rama Wahyudi Sempat Video Call ke Keluarga Sebelum Gugur
Suasana duka menyelimuti rumah mertua Serma TNI Rama Wahyudi di Jalan Garuda Sakti, Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (24/6/2020).
Rama Wahyudi merupakan prajurit TNI Angkatan Darat dari Detasemen Peralatan (Denpal) 1/4 Pekanbaru.
Rama dikabarkan gugur saat menjalankan misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo.
Sejumlah karangan bunga dukacita tampak berderet di pinggir jalan depan rumahnya.
Ucapan belasungkawa mengalir mulai dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Pangdam I/Bukit Barisan, Komandan Korem 031/Wira Bima, Komandan Kodim 0313/Kampar Letkol Inf Aidil Amin dan yang lainnya.
Istri almarhum Wahyudi, Anita (36) terlihat sedang duduk di sofa depan rumah.
Anita sambil mengenakan mukena ditemani beberapa keluarganya.
Air mata berlinang di wajah Anita.
Dia teramat sedih dengan kepergian suami tercinta. Sesekali ia mengusap air matanya dan berusaha untuk tegar menghadapi musibah itu.
Ia pun bersedia diwawancarai Kompas.com yang datang ke rumah duka, Rabu siang.
Sempat video call sebelum penyerangan
Anita menceritakan, sebelum mendapat kabar suaminya meninggal, ia sempat berkomunikasi lewat video call.
"Senin malam itu kami video call sebelum pukul 22.00 WIB. Sebelum tidur, saya sama anak-anak pasti video call dulu. Biasa tanya kabar dan sebagainya," kata Anita.
Pada saat video call, menurut Anita, suaminya sedang berada di dalam mobil dan sedang menempuh perjalanan.
Suaminya kemudian menutup video call dan berjanji akan disambung lagi setelah sampai di markas.
"Setelah itu enggak ada telpon lagi. Paginya dapat kabar, orang staf (TNI) datang kasih tahu kejadian itu. Pas saya tanya kronologi, katanya dihadang pas pulang itu," sebut Anita.
Dia mengatakan, suaminya sudah enam bulan berada di Kongo.
Apabila tidak ada halangan, sebut Anita, sang suami rencananya akan pulang kampung pada September 2020 mendatang.
"Katanya kemarin bulan delapan (Agustus) mau pulang, tapi karena Covid-19 tak bisa. Jadi bulan sembilan ambil cuti gelombang kedua. Saya bilang bisa pulang ya, dijawabnya iya. Kalau bisa pulang, pulang lah dulu," tutur Anita.
"Rupanya Allah berkehendak lain ya. Pulangnya lebih cepat," kata Anita sambil menangis.
Anita dan Wahyudi memiliki tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki.
Anak pertama kelas II SD, anak kedua masih TK dan yang terakhir masih berusia 4 tahun.
• KABAR BAIK, Hari Ini 19 Orang Terkonfirmasi Sembuh dari Covid-19 di Sulut
Rencana membangun rumah
Mereka selama ini tinggal di rumah orang tuanya di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung.
Sedangkan rumah mereka masih dalam tahap pembangunan.
"Rumah kami sedang di bangun di kilometer 2 di Jalan Garuda Sakti ini juga. Rencananya kalau dia udah pulang kita bangun rumah lagi," ucap Anita.
Menurut Anita, suaminya akan berulang tahun di usia yang ke-37 pada Juli 2020 mendatang.
Komandan Korem (Danrem) 031/ Wira Bima Brigjen TNI Syech Ismed mengatakan, kepulangan jenazah menunggu pengurusan dari PBB terlebih dahulu.
Menurut dia, dalam beberapa hari ke depan jenazah akan tiba di Pekanbaru.
"Nanti akan dimakamkan di TMP (Taman Makam Pahlawan) Pekanbaru. Dia adalah pahlawan karena gugur dalam bertugas," sebut Ismed.
Sebagaimana diketahui, Serma Rama Wahyudi gugur saat bertugas menjalankan misi perdamaian di Kongo.
Dia diserang milisi setempat saat berada sekitar 20 kilometer dari Kota Beni, Provinsi Kivu Utara.
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul "Wagini Ikhlaskan Kepergian Serma Rama Wahyudi, Prajurit TNI AD yang Gugur di Republik Demoktik Kongo" dan Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Prajurit TNI Rama Wahyudi Sempat Video Call ke Keluarga Sebelum Gugur oleh Serangan Milisi Kongo dan Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Sedih Istri Prajurit TNI yang Gugur di Kongo, Video Call Sebelum Penyerangan"