John Kei Ditangkap

Kisah John Kei, Mantan Pelaku Pembunuhan yang Kini Ditangkap Polisi, Dijuluki Godfather Jakarta

Editor: Rhendi Umar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah John Kei, Mantan Pelaku Pembunuhan yang Kini Ditangkap Polisi,

TRIBUNMANADO.CO.ID - Nama John Kei tengah ramai diperbincangkan usai ditangkap jajaran Polda Metro Jaya atas dugaan keterlibatannya dalam kasus penganiayaan dan keributan yang terjadi di Green Lake City.

Seorang warga yang belum diketahui identitasnya tewas dibacok di Jalan Raya Kresek, Cengkareng, Jakarta Barat.

Korban pembacokan tersebut dinyatakan meninggal dunia setelah dilarikan di ke rumah sakit.

Tak butuh waktu lama, polisi kemudian menangkap 25 orang termasuk John Kei di markas kelompok John Kei di Jalan Titian Indah Utama X, Bekasi, Jawa Barat, Minggu malam.

Mereka diduga terlibat kasus penganiayaan di Tangerang dan Jakarta Barat.

Saat menggeledah markas tersebut, polisi menyita sejumlah barang bukti yakni 28 buah tombak, 24 buah senjata tajam, 2 buah ketapel panah, 3 buah anak panah, 2 buah stik bisbol, dan 17 buah ponsel.

Hingga berita ini ditulis, mereka masih menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya.

Lalu, siapa John Kei?

Nama John Kei memang tak asing dalam kasus kriminalitas di Indonesia. Dirinya tercatat pernah terlibat dalam kasus pembunuhan dan dikenal sebagai mafia.

Bahkan, nama John Kei sempat disandingkan dengan mafia-mafia di Italia serta diberikan gelar "Godfather Jakarta". Alasannya, dia mampu berbisnis layaknya mafia, tetapi jarang tersentuh aparat kepolisian.

Catatan Kompas.com, hanya satu kasus pembunuhan yang membuat John Kei mendekam di jeruji besi, yakni pembunuhan Tan Harry Tantono alias Ayung (45).

Ayung merupakan seorang pengusaha perusahaan peleburan besi baja, PT Sanex Steel Indonesia (SSI), yang kini berubah nama menjadi PT Power Steel Mandiri. 

Ayung diduga dibunuh pada 26 Januari 2012. Saat itu, dia ditemukan tewas dengan 32 luka tusuk di bagian pinggang, perut, dan leher di dalam kamar 2701, Swiss-Belhotel.

Tak butuh waktu lama, polisi mengendus keterlibatan John Kei dan anggotanya dalam kasus pembunuhan tersebut. Polda Metro Jaya kemudian menangkap lima anak buah John Kei yakni Tuce Kei, Ancola Kei, Chandra Kei, Deni Res, dan Kupra.

Kelimanya mengaku John Kei tidak terlibat dalam kasus pembunuhan tersebut, tetapi polisi yakin John terlibat dalam kasus itu berdasar pada keterangan saksi dan rekaman CCTV.

Hingga akhirnya, Pada 17 Februari 2012, Polda Metro Jaya menangkap John Kei di Hotel C'One, Pulomas, Jakarta Timur.

Penangkapan John disaksikan oleh sang adik, Tito Refra, yang tak sengaja berada di hotel itu saat ditangkap.

"Saat itu, saya pulang kantor bersama rekan satu kantor juga kami berempat ke sana, tempat tongkrongan kami karena ada live music saat datang itu sepi," kata Tito, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (18/2/2012).

Proses penangkapan John Kei pun tak memakan waktu lama, hanya 15 menit, kemudian dia dipapah oleh beberapa anggota kepolisian tak berseragam.

Selain kasus pembunuhan Bos Sanex Steel, tiga kasus John Kei yang menjadi perhatian yakni kasus pembunuhan tokoh Maluku, Basri Sangaji pada tahun 2004.

Kemudian kasus bentrok di klub Blowfish tahun 2010, dan terakhir kasus bentrok di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2010 lalu.

Meski begitu, setelah mendekam selama lima tahun di penjara Nusa Kambangan, John Kei yang dikenal kejam dan tak kenal ampun telah berubah menjadi sosok yang lebih baik.

Lantas bagaimana perjalanan hidup sang pembunuh keji, John Kei sebelum dibekuk dan menjadi terpidana hingga kini telah tobat?

Dikutip Gridhot.ID dari berbagai sumber, berikut lima fakta mengenai kehidupan John Kei.

1. Pernah kerja sebagai security dan debt colector

Sebelum John Kei terjebak di dunia kekerasan hingga menganggap membunuh adalah hal wajar, rupanya ia pernah bekerja sebagai petugas keamanan.

"Saya tahun 92, saya waktu sempat menjadi security di Jalan Jaksa, di salah satu hostel dan kafe, tempat bule-bule di Jakarta," ujar John Kei dikutip Gridhot.ID dari YouTube Kick Andy, Sabtu (13/4/2019).

Tak hanya menjadi security, John Kei rupanya juga pernah menjadi debt colector.

"Kalau itu, dia (peminjam uang) harus selesaikan tanggungannya, kita datang kalau tanpa masalah berarti kita ganggu, tapi kalau dia ada masalah, dia harus selesaikan," pungkasnya.

2. Masuk perjara pertama kali tahun 1992

Sebelum John Kei terpidana kasus pembunuhan Bos Sanex Steel, Tan Harry Tantono pada 2013 lalu, ia pernah membunuh orang di tempatnya bekerja pada 12 Mei 1992.

Peristiwa tersebut ditengarai lantaran ada suatu kelompok berjumlah lima hingga enam orang yang menimbulkan keributan di tempat John Kei bekerja.

John Kei sendiri mengaku jika awalnya tidak berniat untuk membunuh orang tersebut.

"Pada saat itu ada yang bikin ribut di tempat dan saya pisahin dan saya dipukul dari belakang," ujar John Kei.

"Saya sempat ribut dan polisi datang, menyelesaikan, masih penasaran balik ambil golok."

"Niatnya saya tidak mau bunuh dia, niatnya saya mau kasih putus saja tangannya, ternyata di luar dugaan parang pas kena leher, langsung mati."

"Yang lain lari saya kejar, saya potong kakinya, sudah (setelah memotong kaki korban) anak buah saya, saya suruh starter motor cabut," cerita John Kei.

Lantaran peristiwa tersebut, John Kei akhirnya harus bertanggung jawab atas tindakan kriminal yang telah ia buat.

"Saya buron satu minggu, tanggal 24 Mei saya menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya, itu pertama kali masuk penjara."

3. Sempat hidup di kolong jembatan

Pahit dan manis kehidupan sudah dialami John Kei, sejak usia belia ia memutuskan keluar dari tanah kelahirannya di Tutrean, Pulau Kei, Maluku.

Melansir dari Kompas, John Kei merantau ke Surabaya pada tahun 1986.

John Kei yang sifatnya cuek tak malu harus hidup di kolong jembatan saat di Surabaya.

Pada saat itu lah John Kei mulai harus berjuang sendiri untuk hidup.

Setahun kemudian, John Kei datang ke Ibu Kota dan mulai memperkenalkan diri sebagai John Kei kendati nama aslinya adalah John Refra.

Pindah ke Jakarta, keahlian John Kei dalam bergaul dan memberikan pengaruh akhirnya berdampak dengan lingkungan barunya di kawasan Berlan, Jakarta Pusat.

John Kei kemudian tumbuh sebagai seorang 'yang dituakan' dan dipercaya sebagai Ketua Angkatan Muda Kei (AMKEI) sejak tahun 1998.

4. Pernah membangun gereja dan perbaiki rumah warga

Adik John Kei, Tito Kei mengatakan kakaknya telah membangun sebuah gereja dan rumah pastor di kampung halaman mereka di Pulau Kei.

"Kami mulai dari nol, tukang dan bahan semua kami bawa dari Jawa. Rencananya April 2013 akan pemberkatan gereja," ungkap Tito, Selasa (21/2/2012), dalam perbincangan dengan Kompas.com di Rumah Sakit Polri Soekanto, Jakarta.

Gereja itu dibangun John Kei selama empat tahun dimulai tahun 2007 hingga tahun 2011.

Dana pembangunan gereja didapat dari pemerintah daerah sebesar Rp 100 juta, namun pembangunan tersebut menghabiskan dana miliaran rupiah.

Hingga akhirya John Kei yang menambal semua kekurangan biaya dalam pembangunan gereja.

"Tapi gereja itu biayanya miliaran, akhirnya kakak saya yang bantu semua," jelas Tito.

Selain membangun gereja, John Kei juga memutuskan untuk membantu 20 rumah warga di Pulau Kei yang masih beratapkan jerami.

"Coba saja yang kenal dekat dia. Pasti akan bilang dia orang paling baik karena dia sangat peduli dengan adik-adik atau orang-orang susah. Orangnya dermawan," tutur Tito.

5. John Kei kini telah bertobat dan menjadi pendeta

John Kei yang dulu dikenal kejam dan tak kenal ampun ketika menghabisi nyawa targetnya kini berubah menjadi sosok yang lebih baik.

Baca Juga: Ikuti Suaminya yang Berpindah - Pindah Keyakinan, Artis Ini Tuai Kemarahan Dari Orang Tuanya, Begini Penjelasan Pasangannya!

Perubahan itu terjadi setelah John Kei mendekam selama lima tahun di balik jeruji dengan penjagaan sangat tinggi di Nusa Kambangan.

Dalam masa tahanannya, John Kei mengaku menghabiskan waktunya dengan membaca dan beribadah.

“Saya dulu tidak pernah ada waktu untuk ibadah. Tapi Nusa Kambangan membawa Tuhan hadir di diri saya,” kata John Kei dikutip Nawalaksp.id dari TribunWow (15/4/2019).

John Kei pun mengaku menyesal dengan perbuatannya dan ingin menghapus masa kelamnya tersebut.

Ia juga ingin mendekatkan diri pada Tuhan dan meminta bantuan dari Tuhan agar mampu bertahan di masa hukumannya.

“Kalau saya mati, saya mau masuk surga. Bukan masuk neraka kerena bunuh diri,” katanya.

Meskipun baru menjalani lima tahun hukuman penjara, John Kei mengaku sudah banyak perubahan terjadi di dirinya.

Ia pun kini menjadi pendeta dan memberikan pencerahan bagi narapidana lainnya.

“Saya ingin menjadi manusia baru ketika saya keluar dari penjara. Saya menyerahkan hidup saya pada Tuhan,” tutupnya. 

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Rekam Jejak John Kei, Baru Bebas Bersyarat dalam Kasus Pembunuhan, Kini Ditangkap Lagi dan di Sosok  dengan judul Kisah Preman John Kei, Tebas Leher dan Potong Kaki Lawannya dengan Golok Walau Polisi Sudah Berdatangan

Berita Terkini