Virus Corona di Indonesia

Akibat Virus Corona, 451 Pasien Diperiksa di RSPI Sulianti Saroso, Terbaru 2 WNI Positif Terinfeksi

Editor: Frandi Piring
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pengunjung tengah mengenakan masker di RS Dr. Hafiz Cianjur, Jawa Barat. Di rumah sakit ini, seorang pasien diduga suspect virus corona tengah diisolasi di ruangan khusus

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebanyak 451 pasien telah diperiksa terkait virus corona sejak 2 Januari 2020 lalu hingga kini.

Melalui Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengatakan, 451 pasien telah diperiksa terkait virus corona.

Diketahui, pihak rumah sakit memang membuka posko pemantauan terkait virus corona sejak Januari 2020 lalu.

Posko itu dibuka untuk seluruh masyarakat yang ingin diperiksa kesehatannya yang dianggap memiliki gejala mirip terjangkit virus Covid-19.

"Terakhir dari data sebanyak 451 orang dan semuanya gratis ya tidak ada bayar yah. Tanggal 2 januari kalau tidak salah.

"Jadi begitu WHO mengumumkan global kita langsung buka. Karena RS ini RS rujukan nasional tidak hanya melayani diisiolasi," kata Syahril di RSPI Sulianti Saroso, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (4/3/2020).

Namun demikian, Syahril mengingatkan, seluruh pasien tersebut hanya berstatus pasien dalam pemantauan.

Petunjuk ke ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Sebaliknya, pasien itu berbeda dengan 9 pasien dalam pengawasan yang berada di ruang isolasi RSPI.

"Jadi dia nggak ada apa-apa, pulang nggak ada masalah," ungkap dia.

Selan RSPI Sulianti Saroso, ia menyebutkan, ada 8 rumah sakit lagi yang menjadi rujukan terkait virus corona. Mulai dari RSUP Persahabatan hingga Fatmawati.

"Jadi nanti pasien yang rujukan dari rumah sakit tidak selalu disini tapi bisa juga ke yang disebutkan tadi," jelasnya.

Terpisah, Dokter perawat di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso, dr. Pompini Agustina, Sp.P menuturkan, masyarakat tidak perlu panik untuk langsung meminta diperiksa jika mengalami sakit yang mirip terjangkit virus corona.

Seorang Petugas Medis di Ruang Isolasi RSUD Provinsi NTB, usai memantau kondisi pasien Balita 1,5 Tahun asal China yang dirawat karena mengalami demam tinggi, Senin (27/1/2020). Pasien beljm dinyatakan suspect Corona. (Kompas.com (FITRI R))

Pompini menuturkan, kriteria pasien yang diduga terjangkit virus Corona memiliki riwayat pernah berpergian ke wilayah pandemik virus corona. Jika tidak, kata dia, pasien tidak perlu melaporkan ke pos pemantauan RSPI.

"Kita mempunyai kriteria tidak perlu semua berbondong-bondong ingin diperiksa. Diharapkan kalau masyarakat yang baru berpergian negara terjangkit dan memiliki gejala itu yang harus memeriksakan diri," tuturnya.

"Karena itu lebih baik melindungi keluarga dan melindungi masyarakat. Kalau kita nggak ada riwayat negara terjangkit, tidak ada riwayat kontak dengan positif Corona tidak perlu," tukasnya.

Kunyit, Jahe Bukan Obat Virus Corona, Ahli Herbal: Yang Benar Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Pulau Gangga Dipilih sebagai tempat Observasi Pasien Terduga Virus Corona, Ini Alasannya

2 WNI Positif Virus Corona, Oposisi Sebut Ada Sesuatu yang Pemerintah Tutupi soal Wabah Virus Corona

2 WNI Positif Virus Corona, Oposisi Sebut Ada Sesuatu yang Pemerintah Tutupi soal Wabah Virus Corona

Ketua Departemen Politik PKS, Pipin Sopian mengkritik cara penanganan pemerintah RI soal wabah virus corona.

Pipin Sopian memberikan kritikan kepada pemerintah setelah Virus Corona menjangkit dua WNI asal Depok, Jawa Barat.

Bahkan, menurutnya ada sesuatu yang ditutupi oleh pemerintah terkait wabah Virus Corona.

Hal itu disampaikannya melalui tayangan YouTube Kompas TV, Senin (2/3/2020).

Pipin menjelaskan, merebaknya Virus Corona berpengaruh pada perekonomian negara.

"Kondisi adanya Virus Corona ini menyebabkan perputaran uang ini sangat lamban," kata Pipin.

"Sebagaimana lambannya pemerintah menangani Virus Corona ini."

Terkait hal itu, Pipin pun menyinggung lambannya pemerintah melarang masuknya wisatawan asing ke Indonesia.

Menurut dia, hal itu perlu menjadi bahan evaluasi pemerintah.

"Sebagaimana pemerintah sangat lamban ketika mengeluarkan kebijakan untuk melarang warga negara asing yang terkena Virus Corona dibiarkan tetap masuk ke Indonesia," kata Pipin.

Tak hanya lamban, Pipin juga menilai pemerintah tertutup menangani Virus Corona.

"Dan itu harus dimulai dari evaluasi, menyadari bahwa yang dilakukan oleh pemerintah satu lamban, dua tertutup," kata dia.

"Dua hal ini berbahaya, dua hal ini lah yang menjurus ke dua hal."

Ketua Departemen Politik PKS, Pipin Sopyan dalam saluran YouTube Kompas TV, Senin (2/3/2020). (Youtube Kompas TV)

Pipin mengungkapkan, sikap lamban dan tertutup pemerintah dalam menangani Virus Corona ini justru menimbulkan masalah baru.

Ia pun menyinggung ketidakpercayaan publik pada kemampuan pemerintah.

"Satu, international distrust, yang kedua adalah kemarahan dan kekhawatiran publik," kata Pipin.

"Jadi sebetulnya masyarakat internasional dan juga warga negara Indonesia sudah melihat bahwa ini sepertinya ada yang ditutupi oleh negara kita."

Bahkan, Pipin menilai pemerintah telah melakukan tindakan diam-diam saat menangani warga yang positif tertular Virus Corona.

"Pemerintah sudah melakukan silent operation dan tadi saya kira sudah didengarkan bahwa betul itu sudah dilakukan," ujar Pipin.

"Tetapi yang diinginkan oleh dunia internasional dan warga negara kita itu apa sih sebetulnya?"

Terkait hal itu, Pipin lantas menyinggung upaya bersama untuk menghadapi ancaman Virus Corona.

"Mereka ingin mengetahui kondisi yang sebenarnya, mereka ingin negara itu terbuka bagaimana planning ke depan, grand design untuk Indonesia menghadapi bersama melawan Corona," jelasnya.

Simak video berikut ini menit ke-8.20:

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Imbas Heboh Virus Corona, 451 Pasien Telah Diperiksa di RSPI Sulianti Saroso, https://www.tribunnews.com/nasional/2020/03/04/imbas-heboh-virus-corona-451-pasien-telah-diperiksa-di-rspi-sulianti-saroso.

Berita Terkini