Kesehatan Jantung

Tak Bisa Disepelekkan, Hipertensi Berhubungan Erat dengan Penyakit Jantung dan Stroke

Editor: Isvara Savitri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi.

Pada beberapa kasus, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah pecah.

Jika pembuluh darah pecah di otak, itu disebut stroke hemoragik, dan darah bisa bocor ke dalam tempurung kepala serta merusak jaringan otak.

Studi menemukan, hipertensi meningkatkan kemungkinan stroke hemoragik sekitar 10 kali.

Menurunkan tekanan darah membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.

Terlepas dari bahaya hipertensi, Center for Disease Control and Prevention memperkirakan, 11 juta orang dewasa di AS tidak tahu mereka memiliki hipertensi.

Kita tidak dapat merasakan tekanan darah tinggi, karena itu American Heart Association menyebutnya sebagai "silent killer".

"Kecuali seseorang memiliki perawatan medis rutin dan menjalani pemeriksaan, kita tidak sadar memiliki tekanan darah tinggi, sampai kita mendapat konsekuensi yang tidak menguntungkan."

Demikian diungkapkan Usman Baber, MD, ahli jantung di Icahn School of Medicine Mount Sinai.

Kendati demikian, ada beberapa faktor risiko yang umum.

Menurut Lattore, sekitar 60 persen orang berusia 60 tahun atau lebih memiliki hipertensi.

Seiring bertambahnya usia, adalah ide baik untuk menjaga tekanan darah.

Jika kita terkena hipertensi, mengobatinya dapat memiliki efek kuat pada kesehatan.

Sebagai contoh, penelitian telah menemukan, mengurangi tekanan darah sistolik sebesar 10 poin dikaitkan dengan risiko kematian karena stroke 50-60 persen lebih rendah.

Risiko kematian karena penyakit arteri koroner juga menurun, yaitu sekitar 40-50 persen lebih rendah.

Guna mengobati hipertensi dan menurunkan risiko stroke atau penyakit jantung, Fergus mengatakan, kita harus olahraga teratur, konsumsi makanan rendah garam dan tinggi kalium, serta tidak merokok.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengupas Hubungan Hipertensi, Penyakit Jantung, dan Stroke".

Berita Terkini