TRIBUNMANADO.CO.ID - Dua tahun terakhir ini kelompok Abu Sayyaf sering terlibat penculikan nelayan asal Indonesia.
Terakhir tiga nelayan Indonesia yang diculik diidentifikasi bernama Maharudin Lunani (48), anaknya Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27).
Kelompok Abu Sayyaf ini meminta tebusan hingga Rp 8 miliar.
Siapa sebenarnya kelompok Abu Sayyaf ini?
• 3 WNI Disandera Kelompok Abu Sayyaf, Sudah Hampir 3 Bulan Disekap, Minta Tebusan Rp 8 Miliar
Abu Sayyaf secara tidak resmi dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Suriah – Provinsi Filipina, juga dikenal sebagai Al Harakat Al Islamiyya.
Mereka adalah sebuah kelompok separatis yang terdiri dari milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan, dan Mindanao.
Khadaffi Janjalani dinamakan sebagai pemimpin kelompok ini oleh Angkatan Bersenjata Filipina.
Kelompok ini bertanggung jawab terhadap aksi-aksi pengeboman, pembunuhan, penculikan, dan pemerasan dalam upaya mendirikan negara Muslim di sebelah barat Mindanao dan Kepulauan Sulu, serta menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya negara besar yang Pan-Islami di Semenanjung Melayu (Indonesia dan Malaysia) di Asia Tenggara.
Sejarah
Abu Sayyaf sejatinya adalah seorang mujahidin di Afghanistan yang berperang melawan Uni Soviet pada era 1980-an.
Abu Sayyaf, yang berarti bapak ahli pedang dalam bahasa Arab, memiliki banyak anak buah dalam pertempuran tersebut.
Belakangan, nama Abu Sayyaf dipinjam sekelompok orang saat mereka memisahkan diri dari kelompok separatis Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) di Filipina pada 1991.
• Pemuda Ini Mampu Buat Senjata Rakitan hanya Belajar di Youtube, Akhirnya Diciduk Polisi
Kelompok ini tidak hanya ingin mewujudkan Mindanao yang merdeka, tapi juga negara Islam di kawasan tersebut.
Sejak itu, Abu Sayyaf gencar memperjuangkan tujuan itu dengan memerangi aparat Filipina.
Abu Sayyaf Group (ASG) didirikan sekitar tahun 1990 oleh Abdurajak Abubakar Janjalani, yang makin radikal setelah berpergian ke negara-negara Timur Tengah.
Tahun 1988, Janjalani dilaporkan berjumpa Osama bin Laden di Pakistan dan berjuang bersama melawan invasi Soviet di Afghanistan.
Setelah itu, Janjalani mulai mengembangkan misinya untuk mengubah Filipina selatan menjadi negara Islam.
Karakteristik Anggota
Menurut pengamat terorisme Nasir Abbas, yang pernah menjadi anggota kelompok separatis di Filipina, Abu Sayyaf berbeda dengan MNLF dan pecahan lain MNLF, Moro Islamic Liberation Font (MILF).
Meskipun sama-sama memeluk Islam dan memperjuangkan kemerdekaan dari Filipina, Abu Sayyaf dikatakan Nasir, lebih tidak terkontrol, karena anggotanya bergabung karena “solidaritas”, cenderung “tidak berpendidikan dan minim pengetahuan”, sehingga bergerak melakukan perlawanan karena “merasa terintimidasi dan didiskriminasi” oleh pemerintah Filipina.
Setelah secara permanen kembali ke Filipina dari Timur Tengah, Janjalani merekrut anggota dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang kecewa dengan organisasinya, untuk menjadi cikal bakal ASG.
Eks-MNLF ini dikenal lebih radikal dalam ideologi mendirikan negara Islam independen daripada mantan organisasi induknya.
Abu Sayyaf dalam bahasa Arab berarti bapak ahli pedang. Kelompok separatis Abu Sayyaf terdiri milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, seperti Jolo dan Basilan.
Menurut kantor berita Associated Press, jumlah pengikutnya hingga tahun 2015 sekitar 400 orang.
Aksi
Sepanjang tahun 1990-an, ASG beralih menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain terlibat dalam pemboman, penculikan, pembunuhan, dan serangan terhadap pemeluk Kristen dan orang asing.
ASG juga membidik militer Filipina sebagai sasaran kekerasan.
Sejak terpecah dari MNLF, Abu Sayyaf telah menculik ratusan orang.
Mayoritas yang disandera adalah orang Filipina dan orang kulit putih.
• Resmi Jadi Kabareskrim, Irjen Listyo Didesak Segera Ungkap Kasus Novel, Ini KPK dan Ketua DPR RI
Tidak jarang sandera tersebut dibunuh, terutama yang tidak memenuhi permintaan tebusan.
Misalnya pada Juli 2009, dimana staf Palang Merah Internasional dari Italia, Eugenio Vagni, disandera selama enam bulan.
Vagni dilepas di Jolo, setelah ditebus US$10.000 atau sekitar Rp130 juta.
Sementara itu, November 2015 lalu, Abu Sayyaf memenggal Bernard Ghen Ted Fen, seorang turis asal Malaysia, karena keluarga gagal memenuhi tebusan 40 juta peso atau sekitar Rp12 miliar.
Terakhir, pada November 2015, turis Malaysia, Bernard Ghen Ted Fen dibunuh setelah keluarga gagal memenuhi tebusan 40 juta Peso Filipina atau setara Rp12 miliar.
Selain menyandera, Abu Sayyaf pernah melakukan pengeboman.
Pada Desember 1994, kelompok itu mengebom pesawat Philippines Airlines jurusan Manila-Tokyo dan menewaskan seorang penumpang.
Serangan lain mencakup serbuan ke Kota Ipil pada 1995 yang menyebabkan 50 orang tewas dan serangan granat ke sebuah pusat perbelanjaan di Zamboanga pada 1998 yang mencederai 60 orang.
Sebagian besar aksi itu terjadi di bagian selatan Mindanao.
Pemimpin
Pendiri Abu Sayyaf ialah Abdurajak Abubakar Janjalani.
Dia tewas dalam baku tembak dengan tentara Filipina pada Desember 1998.
Komandan Abu Sayyaf saat ini ialah Isnilon Hapilon.
Pemerintah Amerika Serikat menawarkan uang hadiah sebesar US$5 juta bagi informasi yang berujung pada penangkapan Hapilon.
• Gibran Maju Pilwako Solo, Pengamat Politik Ini Ungkap Ketidaksetujuan, Ungkit Kampanye Jokowi
(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas)
Artikel ini telah tayang di tribunnewswiki.com dengan judul 'Abu Sayyaf'