Tak Lagi Antre Panjang di Bandara Soetta

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tempat pengambilan bagasi penumpang di Bandara Soekarno Hatta.

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Bandara Internasional Soekarno-Hatta kini mempunyai landas pacu (run way) ketiga sehingga tak perlu lagi antre panjang untuk take off dan landing. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan pada pertengahan Agustus 2019 mendatang landas pacu tersebut sudah dapat dioperasionalkan secara penuh.

Budi Karya Sumadi meninjau uji coba kelayakan pendaratan pesawat di landas pacu Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) pada Minggu (21/7). Meski fisiknya sudah siap digunakan, Budi mengatakan masih ada beberapa hal yang masih perlu diperlukan sebelum bisa dioperasikan secara aktif.

Baca: Eman Hadiri Ibadah Syukur HUT ke-151 Jemaat GMIM Imanuel Walian

Persiapan di antaranya terkait dengan standard operasional procedure (SOP) dan sosialisasi kepada maskapai terkait pengoperasiannya. "Kita usulkan paling lambat pertengahan Agustus bisa beroperasi penuh. Sebenarnya sekarang bisa, tapi saya pikir lebih baik kita sempurnakan dulu," katanya.

Menurutnya Kementerian Perhubungan dan Air Navigation segera melakukan penyelesaian beberapa hal minor. "Dari segi fisik sebenarnya sudah siap. Bisa dibuktikan. Kalau emergency (darurat), pesawat landing sudah bisa. Semuanya sudah siap. Tapi koordinasi, SOP harus kita sempurnakan," kata Budi.

Menurutnya manakala landasan pacu tersebut telah beroperasi penuh, pergerakan pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, dari yang semula 81 per jam, bakal bertambah menjadi 114.

"Nantinya jadi 114 pergerakan pesawat per jam. Jadi kapasitasnya naik. Kalau kapasitasnya naik, paling tidak level of service yang ada ini sudah tidak ada antrean. Jadi yang nunggu di atas (antre di udara) lebih sedikit," kata Budi.

Baca: Bupati Royke Roring Jamu Warga Minahasa di Rumah Dinas

Diungkapkan, beroperasinya landas pacu ketiga membuat kapasitas Bandara Soekarno-Hatta bertambah 40 persen. "Kenaikan 40 persen itu bisa diilustrasikan kira-kira menjadi 100 juta penumpang per tahun. Bandara yang kepasitasnya segitu sekarang ini cuma ada beberapa, Beijing dan Atlanta yang mendekati 100 juta per tahun," kata Budi.

Pada kesempatan tersebut Budi sempat berbincang dengan pilot pesawat kalibrasi, Kapten Iwan, yang baru saja mendarat di landasan pacu tersebut. Kapten Iwan menyatakan landasan pacu tersebut sudah terlihat jelas. "Tadi Kapten Iwan menyatakan clear, tidak ada masalah. Jadi jadi secara teknis ini sudah bisa dipertanggung jawabkan," kata Budi.
PR mendatang

Dalam kesempatan itu Budi Karya membeberkan sejumlah pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan oleh Menteri Perhubungan pada kabinet selanjutnya. Satu poin penting ditekankan Budi yaitu terkait ketergunaan fungsi transportasi yang sudah ada.

Menurutnya Menteri Perhubungan pada kabinet berikutnya harus memastikan pembangunan bandara, pelabuhan, atau terminal berfungsi secara optimal. Budi mencontohkan Bandara Kertajati, di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

"Secara konkret misal Bandara Kertajati. Kertajati harus tergunakan secara baik. Upaya harus kita maksimalkan," katanya.

Baca: Manuver Politik Joune Ganda tak Terbendung, Makin lekat di Pusaran Elit PDI Perjuangan

Tidak hanya itu, Budi juga menekankan pada fungsi Kementerian Perhubungan untuk menunjang perekonomian "Kita juga menunjang sektor-sektor perekonomian. Kita itu kan ingin pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen, syukur kalau bisa 6. Itu ditentukan tiga hal, yaitu investasi, ekspor, dan tourism. Tiga hal ini harus terus kita dukung," kata Budi.

Ia mencontohkan penguatan sektor transportasi di sejumlah tempat wisata di Indonesia antara lain Labuan Bajo (NTT), Bitung (Sulawesi Utara), Jogjakarta, Solo, dan Semarang. "Itu secara detail kita tingkatkan supaya itu bisa mendapatkan suatu penambahan fasilitas, perbaikan fasilitas sehingga memudahkan orang mendapatkan layanan itu," katanya.

Terkait dengan sektor ekspor, Budi menjelaskan pelayanan di pelabuhan merupakan hal penting yang harus ditingkatkan. Ia bahkan berniat untuk berbicara dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk kemungkinan mencanangkan pengoperasian pelabuhan pada hari minggu.

"Hal lain yang perlu ditingkatkan, ekspor. Ekspor ini paling banyak di pelabuhan. Kita akan detail bicara tentang apa hambatannya. Sekarang Tanjung Priok hanya digunakan tiga hari dalam seminggu. Kita ingin tujuh hari, kita ingin 24 jam. Saya akan ajak Bu Menkeu bersama-sama kita canangkan, Minggu mesti tetap beroperasi," kata Budi.

Selain itu ke depan Kementerian Perhubungan perlu memperkuat fasilitas-fasilitas transportasi yang sudah dibangun agar dapat menunjang sektor pariwisata.

"Pelabuhan Kuala Tanjung (Kabupaten Batubara, Sumatera Utara) belum maksimal. Kita akan maksimalkan Kuala Tanjung, supaya sebagian pindah dari Pelabuhan Belawan (Medan), sehingga sama-sama berkembang," kata Budi. (tribunnetwork/git)

Berita Terkini