TRIBUNMANADO.CO.ID, TONDANO - Sulawesi Utara dihebohkan peristiwa keracunan makanan. Sebanyak 26 orang dilarikan ke Rumah Sakit Daerah Noongan dan 43 orang lainnya dirawat di RS Budi Setia Langowan, Kabupaten Minahasa, Rabu (2/1/2018). Total ada 110 warga Langowan yang diduga keracunan mie (mi sesuai KBBI) basah atau bakso saat hari kedua tahun baru.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Minahasa, dr Juliana Kaunang, berdasarkan hasil pemeriksaan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) menyimpulkan bahwa dampak keracunan tersebut cukup parah.
"Para pasien mengeluh pusing, sakit kepala, mual-mual bahkan muntah tapi untuk saat ini masih bisa ditangani pihak rumah sakit sehingga belum ada rujukan," katanya.
Juliana melanjutkan, sampel mi dan bakso sudah diamankan penyidik Polsek Langowan untuk diperiksa di Polda Sulut dan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Manado.
Polsek Langowan telah menyegel atau memasang police line (garis polisi) pada kios mi milik keluarga Tulangow-Tabaluyan, pabrik mi mentah di Jaga I, Desa Amongena Dua atau kompleks Pasar lama Langowan yang diduga menjadi penyebab keracunan makanan bagi 110 orang.
Para pasien merupakan konsumen yang membeli mi dari kios tersebut dan ada juga yang mengkonsumsi mi dari pihak kedua.
Usai dilakukan pemeriksaan oleh Dinkes Minahasa dan Dinas Perdagangan Minahasa, maka penyidik Polsek Langowan langsung memasang police line.
Pemilik kios telah ditahan di Markas Polsek Langowan sambil menunggu hasil dari pemeriksaan mi di BBPOM Manado. Pemilik dari kios mi mentah itu masih belum bisa ditemui atau dimintai keterangan.
Menurut Kadis Perdagangan Kabupaten Minahasa, Moudy Lontaan, kios tersebut belum medapat izin dari Layanan Satu Atap. "Selain itu, kios tersebut juga harus memiliki izin Industri Rumah Tangga dari Dinkes. Itu yang kami cek belum ada," katanya saat diwawancari oleh tribunmanado.co.id.
"Kami juga telah lakukan tes yang merupakan uji lab di BBPOM. Paling lama satu hari untuk mengetahui apakah penyebabnya dari mi atau bakso," lanjutnya.
Lontaan menambahkan, pihaknya agak kesulitan memantau jika pedagangnya merupakan industri rumah tangga.
Perlu diketahui, makan mi pedaal atau midal, istilah lokal, jadi kebiasaan warga Langowan usai tahun baru. Hal tersebut dilakukan setelah periode makan lemak yang dilakukan selama hari raya Natal hingga Tahun Baru.
Namun bukannya membersihkan lemak, makan midal awal tahun 2019 justru jadi petaka.
Ratusan warga keracunan setelah menyantap midal serta mi bakso. Mi yang tidak steril diduga jadi penyebab keracunan massal. Mie tersebut diduga dijual di salah satu tempat di Pasar lama Langowan.
Noortje, salah satu warga yang keracunan menyatakan ia menyantap midal di salah satu rumah temannya Rabu siang. "Sepulang rumah, perut saya sakit lantas saya muntah-muntah," kata dia.
Sempat dibawa ke RS Budi Setia, ia pulih setelah mendapat perawatan. "Saya juga minum Beer Brand, " kata dia.
Indria Manaroinsong, satu warga juga merasakan sakit perut serta bagian belakang sakit sehabis menyantap midal di rumah. Ia cepat pulih hingga tak sampai dibawa ke rumah sakit. "Saya hanya minum Bear Brand," katanya.
RS Noongan sudah menampung dan sementara merawat sekitar 26 warga masyarakat yang keracunan akibat makan mi bakso.
Kapolsek Langowan Iptu Fani Tumanduk membenarkan kalau korban khususnya warga Langowan sementara dirawat di RS Noongan berjumlah 26 orang hingga, Rabu malam.
"Hal ini tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah, karena selain ada beberapa warga yang sudah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan, ada juga warga yang masuk rumah sakit untuk mendapatkan perawatan" kata Kapolsek Fani.
Sampai dengan malam ini pihak kepolisian sedang mengumpulkan sampel untuk diperiksa, sekaligus mendata semua warga yang keracunan mi bakso.
Berdasarkan informasi, bahwa warga yang keracunan akibat mengonsumsi mi bakso kaki lima dekat SMA Kristen Langowan.
"Pemilik warung untuk sementara sudah diamankan untuk dimintai keterangannya" ungkap Kapolsek.
Kata Kapolsek kedua pemilik kios sudah dirumahkan dan sedang dijaga oleh aparat kepolisian sambil menunggu hasil dari sampel mi dan bakso yang dibawa ke BBPOM Manado.
"Untuk sementara kedua penjual mi bakso dan mi mentah tersebut kami jadikan tahanan rumah sambil menunggu hasil pemeriksaan sampel produk yang dijual kedua pedagang tersebut," katanya.
"Belum ada status yang kenakan kepada kedua pedagang itu, tapi untuk sementara kami membatasi akses ke mereka untuk alasan keamanan," ujar dia.
Kapolsek mengimbau kepada insan pers jika hendak ingin mewawancara sebaiknya ditahan dulu sampai hasil tes keluar. "Karena bukan kami melarang, tapi penjualnya yang enggan memberikan komentar," lanjutnya.
Bear Brand Ludes
Keracunan massal yang diduga akibat konsumsi mi di Langowan membuat warga Langowan memburu minuman susu steril Bear Brand.
Hal itu dilakukan menyusul pengumuman di akun media sosial Humas Polsek Langowan yang meminta warga yang keracunan segera meminum minuman tersebut.
Informasi yang dihimpun tribunmanado.co.id, Rabu malam, stok Bear Brand di sejumlah warung habis setelah diborong warga. Amelia, seorang pemilik warung menyatakan, Bear Brand miliknya habis dalam sekejab.
"Dalam beberapa jam sebanyak 10 Bear Brand ludes," kata dia.
Ello Kumolontang mengaku tidak berhasil memperoleh Bear Brand di Langowan pada Rabu malam. Ia nanti beroleh minuman itu di Kawangkoan. "Itupun hanya sisa tiga kaleng, saya ambil semua," kata dia.
Anggi Larikan Bayi ke Puskesmas
Bianca Muntah usai Makan Mi Mentah
Keracunan massal di Langowan, Kabupaten Minahasa juga menimpa bayi.
Anggi Tentengan (22), harus menemani bayi semata wayangnya, Bianca Koloay, satu tahun tujuh bulan terbaring lemas di atas tempat tidur Puskesmas Amongena, Langowan. Si kecil kala itu sedang diperiksa oleh perawat Puskesmas.
Bianca menjadi satu dari 110 korban keracunan makanan yang diduga mi yang diproduksi di Pasar lama Langowan.
Orang tua Bianca yang juga berprofesi sebagai pedagang makanan siap saji tidak mengetahui kalau mi yang mereka beli itu tidak layak konsumsi.
"Karena sebelum mulai berjualan, nenek Bianca akan mengolah dulu mi mentah menjadi makanan siap saji, tapi kebiasaan Bianca yang suka mengkonsumsi mi mentah jadi kami biarkan saja karena sejauh ini aman saja," ungkap Anggi.
Setelah bersela dua jam, barulah dampak dari mi tersebut bereaksi yang mengakibatkan bocah yang sedang tidur kala itu tiba-tiba terbangun dan mengalami muntah-muntah. Kondisinya cukup parah.
Segera orang tua Bianca meminjam mobil tetangga dan langsung melarikannya ke Puskesmas dari rumah mereka yang berlokasi di Desa Wasian, Kecamatan Kakas dengan waktu tempuh hanya sekitar 10 menit.
"Setibanya kami di Puskesmas langsung kami lakukan registrasi dan segeralah dirawat. Kami pun dianjurkan membeli obat dari sejumlah resep anjuran dokter," lanjut Anggi.
Anggi mengaku keluarganya belum membuat kartu BPJS Kesehatan sehingga proses administrasi perawatan Bianca masih harus ditanggung sendiri. Selain dana sendiri juga dibantu dari pihak orangtua.
Menurut dr Patricius Roring yang juga menangani pengobatan Bianca, ia sudah melakukan pengobatan sesuai gejala yang dialami pasiennya.
"Pengobatan yang kami lakukan ya sudah sesuai gejala keracunan pasien karena disebabkan bakteri ada antibiotik yang kami berikan dan juga ada obat diare, serta obat muntah yaitu oralit," kata Dokter Patricius (eas/art)