Jasad Ditemukan dalam Tong Setelah Dua Hari Hilang: Dufi Sempat Komunikasi dengan Istri

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mayat dalam drum ternyata Dufi

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Abdullah Fitri Setiawan alias Dufi (43 tahun), menemui ajalnya secara memilukan. Mayatnya dimasukkan dalam drum atau tong plastik berwarna biru yang dibuang di Kampung Narogong, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bagian kepala berada pada dasar dan kaki di bagian luar tong. Kasus ini masih dalam penyidikan polisi.

Dufi diketahui hilang sejak Jumat (16/11) atau dua hari sebelumnya. Saat ditemukan pemulung, sekujur badannya luka-luka, menguatkan dugaan ia meninggal sebagai korban pembunuhan. Dufi, berprofesi di bidang media massa, diketahui tinggal di TGS Catalina Blok A3 Pagedangan, Tangerang, Banten.

Muhammad Ali Ramdoni, adik Dufi, mengatakan, sang kakak terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga pada Jumat pagi saat hendak bekerja. "Komunikasi terakhir dengan istrinya bahwa dia mau ke kantor naik KRL. Mobil diparkir di Stasiun Rawabuntu (Tangerang, Banten)," kata pria yang akrab disapa Doni tersebut di TPU Semper, Jakarta Utara, Senin (19/11).

Doni menuturkan, pihak keluarga tidak menaruh curiga meski Dufi tidak memberikan kabar sejak dua hari sebelumnya. Sebab, Dufi dikenal sering bekerja pada akhir pekan. Kendati demikian, Dufi akan selalu kembali ke rumahnya di kawasan Tangerang, Banten, setelah bekerja.

Betapa kagetnya Doni ketika ia mengetahui keluarga Dufi dihubungi pihak kepolisian. Ia sempat mengira kakaknya terlibat kasus kriminal. "Tetapi enggak mungkin deh, karena polisi menunggu kami datang. Sampai di jalan, kami ditelepon, 'sudah sampai mana?' Diminta cepat, dari situ kami merasa ada yang enggak beres nih," ujar Doni.

Hingga kini polisi masih menyelidiki motif pembunuhan tersebut. Pihak keluarga juga meminta agar polisi menuntaskan kasus kematian Dufi. Doni mengatakan keluarga ingin motif pembunuhan segera diungkap.

"Bagaimana pun kami pengin tahu motifnya kenapa, karena selama yang kami ketahui semasa hidupnya almarhum tidak pernah mencari musuh," kata Doni setelah pemakaman Dufi di TPU Semper, Jakarta Utara.

Menurut Doni, Dufi memang biasa berdebat dalam konteks pekerjaannya. Tapi, perdebatan Dufi tak pernah berniat untuk menyakiti hati orang lain. "Kalau cari musuh sampai akhirnya kayak begini sepertinya mustahil, apakah ada persaingan bisnis atau apa," ujar Doni.

Doni mengatakan, mobil milik Dufi hilang pada Jumat (16/11). Mobil Dufi hilang saat akan pergi kerja dari Stasiun Rawabuntu, yang terletak di Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. "Kepolisian belum ada titik terang bahwa ini memang ini mobilnya, tetapi pelat nomor sudah dicatat kepolisian, fotokopi STNK sudah diterima," ucapnya.

Lokasi penemuan jasad Dufi di kawasan Industri Kembang Kuning, Kampung Narogong, RT 10/3, Desa Kembangkuning, Klapanunggal, Kabupaten Bogor, dikenal sebagai lokasi rawan kejahatan. Di lokasi tersebut minim Penerangan Jalan Umum. Lokasi penemuan mayat dalam drum berada di tepi jalan yang menghubungkan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi.

Jarak antara jalan dengan lokasi temuan sekitar 1 meter. Lokasi pemukiman warga pun cukup jauh sekitar 500 meter. Lokasinya penemuan mayat dalam drum dipenuhi tumbuhan ilalang yang cukup luas dan diapit pabrik Galvanis, pabrik karpet dan pabrik galon.

Subianto (56), warg setempat mengatakan ruas jalan itu sangat rawan ketika dilintasi pada malam hari. "Kalau malam jalan ini enggak pernah digunain warga, paling mobil-mobil pabrik aja. Kan disini kawasan pabrik seperti Galvanis, pabrik galon disebelahnya pabrik karpet," kata Subianto kepada TribunnewsBogor.com yang menemuinya di lokasi, Senin.

Menurut Kasubag Humas Polres Bogor, AKP Ita Puspita Lena, mayat merupakan warga Tangerang, Provinsi Banten. "Berdasarkan hasil penyelidikan, didapati identitas korban Abdullah Fithri Setiawan, pekerjaan karyawan swasta, alamat Tangerang," ungkap Ita.

Kapolsek Klapanunggal AKP Bimantoro Kurniawan menjelaskan, jenazah Dufi pertama kali ditemukan seorang pemulung yang tengah melintas di Kawasan Industri Kambang Kuning, Kampung Narogong, Minggu (18/11) sekitar pukul 06:30 WIB. Jasad lelaki itu ditemukan di dalam sebuah drum plastik berwarna biru.

“Saksi (pemulung) mengira drum plastik itu berisikan sampah. Namun setelah dibuka, di dalamnya ada mayat laki-laki. Langsung teriak minta tolong ke warga,” kata Bimantoro.

Mayat pertama kali ditemukan Sartika BT Saim (56), pemulung, saat sedang mencari barang rongsok. Temuan kemudian dilaporkan ke warga dan diteruskan ke polisi. Petugas Polsek Klapanunggal tiba di lokasi dan mengevakuasi mayat ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan sementara, mayat pria tanpa identitas itu ditemukan beberapa luka sekujur tubuhnya.

Sartika menuturkan, dia sedang mencari sisa rongsokan di drum sampah berukuran besar yang sebelumnya dijatuhkan dari sebuah mobil. Penasaran atas isi tong plastik itu, Sartika pun menghampiri dan melihat ke dalam drum volume sekitar 80 cm dan tinggi 150 meter.

Sartika  mengaku tak bisa tidur sebelum menemukan mayat dalam drum, Minggu (18/11) pagi. "Malamnya itu saya memang enggak bisa tidur dan itu tumben kemudian perasaan saya juga biasa aja, nah akhirnya saya ngambil wudhu, salat subuh kemudian berangkat mulung," kata Sartika kepada TribunnewsBogor.com saat ditemui di lokasi.

Sartika mengaku berangkat jalan kaki sekitar pukul 05.30 WIB sambil mengais sampah yang ditemuinya di pinggir jalan. Setibanya di lokasi penemuan, ia melihat satu buah drum berwarna biru terikat lakban hitam dan tertutup alang-alang.

"Dari rumah pagi-pagi sudah muter sambil nyari-nyari sampah plastik, sampai disana saya lihat drum tertutup ilalang. Saya sudah senang tuh nemuin drum kan lumayan kalau ditimbang. Tapi pas saya buka malah ada kaki langsung saya teriak," ujarnya.

Saat teriak, ada seorang pengendara motor melintas. "Kaget terus teriak untung saja ada pengendara sepeda motor lewat dan merespon teriakan saya," ungkap Sartika.

Menurutnya lokasi tersebut menjadi tempat untuk memulung karena dijadikan tempat pembuangan sampah bahkan di sekelilingnya ditumbuhi alang-alang. "Iya saya sering mulung di sini karena lokasi tempat buang sampah. Nah kebetulan kemarin saya lihat drum biru yang sebelumnya enggak pernah lihat," ujarnya.

Selain itu lokasi penemuan dikenal sepi dari aktivitas karena berada di kawasan industri Kembang Kuning.

Batal Syukuran Anak

Menurut Doni, Dufi sempat menyebar undangan acara tasyakuran anak kepada keluarga dan kerabat. Dufi mengundang keluarga untuk datang ke rumahnya pada Minggu (18/11). "Beliau ngirim WA, hari Rabu atau Kamis. Beliau bilang mengundang kakak, atau ibu semua, Hari Ahad jam 11 sampai selesai untuk tasyakuran, rupanya itu benar jam 11 beliau diambil oleh Allah," kata Doni dikutip dari Warta Kota.

Dilihat dari akun Facebook Dufi Abdullah, Dufi baru saja merayakan ulang tahunnya. Dufi diketahui lahir pada 8 Oktober 1975. Ucapan selamat ulang tahun untuk Dufi juga mengalir deras dari rekan. Dufi diketahui merupana mantan wartawan di sejumlah media ternama. Kini Dufi diketahui mempunyai perusahaan bidang periklanan setelah meninggalkan dunia jurnalistik.

Guna kepentingan penyelidikan dan proses identifikasi, polisi mengevakuasi mayat Dufi ke Pusdokkes RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Minggu siang. Setelah proses autopsi selesai, jenazah diserahkan kepada pihak keluarga, dan dimakamkan.

Lantaran malam hari tidak ada petugas penggali kubur, keluarga memutuskan jenazah disemayamkan sementara di Yayasan Yatim Piatu al-Khairiah, Tanjung Priok. Senin pagi, jenazah pria itu akhirnya dimakamkan di TPU Budi Dharma, Semper, Jakarta Utara.  

Kaget, Ternyata Jasad Kawan Saya

Ucapan belasungkawa mengalir kepada Abdullah Fitri Setiawan alias Dufi (43 tahun). Misalnya, datang dari rekannya sesama jurnalis, Joko Intarto. “Saya tersentak. Kaget. Mayat yang ditemukan di dalam drum yang sedang heboh itu, ternyata jasad kawan saya. Dugaan polisi, dia menjadi korban perampokan,” ungkap Joko melalui unggahan di laman media sosialnya yang telah dikonfirmasi, Senin (19/11).

Joko menjelaskan, Dufi adalah temannya saat keduanya sama-sama berprofesi sebagai wartawan di surat kabar Indopos. Dufi semula bekerja di syrat kabar Rakyat Merdeka, kemudian bergabung pada Indopos. “(Kebersamaan kami di Indopos) sampai saya pindah ke JakTV dua tahun kemudian,” ucap Joko.

Sekitar 2008, Dufi pindah kerja ke stasiun televisi Berita Satu, media milik Lippo Group. Pada waktu itu, Joko sempat bekerja sama dengan Dufi dalam pembuatan konten untuk program kultum jelang magrib.

“Menjelang Ramadan yang lalu, saya bertemu Dufi seusai jumatan (Salat Jumat) di Masjid At-Taqwa di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng (Jakarta Pusat). Dufi sudah pindah kerja di iNews TV, media milik MNC. Itulah pertemuan terakhir saya dengan Dufi,” tutur Joko.

Terakhir, Dufi pindah ke TVMu, stasiun TV milik Persyarikatan Muhammadiyah. Di sana, dia bekerja sebagai tenaga pemasaran iklan. “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Semoga Allah mengampuni semua kesalahan dan dosa-dosamu. Aamiin,” ucap Joko.

Sebelum meninggal, Dufi terakhir bekerja sebagai tenaga pemasaran (marketing) di stasiun televisi milik Persyarikatan Muhammadiyah, TVMu. Dufi diketahui tinggal di TGS Catalina Blok A3 Pagedangan, Tangerang, Banten.

“(Dufi) karyawan lepas sebagai marketing,” tutur Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia (SDM) PT TVMu Surya Utama, Purnomo Harry, ketika dikonfirmasi, Senin (19/11).

Dia menuturkan, Dufi dikenal sebagai sosok pekerja keras yang membesarkan nama TVMu. Dufi juga terlibat aktif di pimpinan cabang Muhammadiyah (PCM). Pria itu semasa hidupnya juga pernah berkiprah sebagai jurnalis di sejumlah media nasional.

“Kami merasa sedih dengan kejadian ini. Kami merasa kehilangan karena beliau yang terbaik dan pekerja keras, sukses membesarkan TVMu. Iya (pernah aktif sebagai wartawan) dan di sini freelance (pegawai lepas). Dia aktif di PCM,” kata Hary.

Muhammad Ali Ramdoni, adik Dufi,  mengatakan sang kakak sempat bekerja di sejumlah perusahaan media cetak maupun televisi. "Beliau yang kami tahu bergelut di bidang jurnalistik, entah advertising ataupun peliputan, karena karier beliau berawal dari jurnalis di harian Rakyat Merdeka," kata Doni setelah pemakaman Dufi di TPU Semper, Jakarta Utara, Senin (19/11).

Setelah itu, Dufi melanjutkan kariernya di Indopos yang juga merupakan media cetak. Dufi mencoba peruntungan masuk industri televisi dengan bergabung dalam Berita Satu, kemudian ke televisi berita iNews.

"Untuk yang dua terakhir ini beliau merasa lebih tertantang di dunia marketing-nya. Nah beberapa tahun lalu, beliau minta izin berhenti dari tugasnya di iNews TV sebagai marketing," ucap Doni.

Dufi pun membuat usahanya sendiri di dunia periklanan sambil bekerja sebagai staf khusus Dewan Pengurus TVRI. Ia juga bekerja freelance di TV Muhammadiyah. Pekerjaan-pekerjaan itu dilakoninya hingga ia ditemukan meninggal pada Minggu kemarin. Doni menambahkan, Dufi tercatat sebagai alumni SMAN 13 Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Jakarta. (tribunnews bogor/warta kota/kompas.com)

Berita Terkini