TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejumlah advokat yang tergabung dalam Advokat Pengawal Konstitusi melaporkan calon presiden Prabowo Subianto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon ke Bareskrim Mabes Polri, Rabu (3/10/2018).
Laporan dibuat oleh advokat Jeppri Firdaus dengan surat tanda terima laporan dengan nomor: STTL/1009/X/2018/Bareskrim.
Jeppri datang bersama para pengacara yang tergabung di Advokat Pengawal Konstitusi.
Belakangan, Ratna mengaku bahwa pengakuannya soal penganiayaan adalah bohong.
Keduanya dinilai telah menyebarkan berita bohong atau hoaks.
"Kami sangat menyesalkan ada warga negara yang menurut saya punya jabatan di negara ini bahkan calon presiden," ujar Saor di Kantor Bareskrim, Jakarta, Rabu.
"Keduanya malah menebarkan suatu hoaks, suatu fitnah dan tidak tanggung-tanggung bahkan yang disasar itu adalah kepala negara," lanjut dia.
Pernyataan Prabowo dan Fadli Zon terkait penganiayaan Ratna dinilai meresahkan masyarakat.
Oleh karena itu, kata dia, para advokat yang tergabung di Advokat Pengawal Konstitusi datang ke Bareskrim.
Selain membuat laporan, para advokat juga datang untuk mendorong polisi untuk melakukan proses hukum atas kasus penyebaran berita bohong tersebut.
Baca: 7 Fakta Dunia Ini Masih Belum Banyak Diketahui, Pasir Bernyanyi hingga Bumi Berwarna Ungu
Selain dinilai menyebarkan berita bohong, Prabowo dan Fadli Zon juga dilaporkan atas tindak pidana ujaran kebencian (hate speech) UU Nomor 19 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Keduanya juga dinilai melanggar Pasal 28 Ayat 2, Pasal 14 ayat 1-2 dan Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP. Pada Selasa (2/10/2018) malam, Prabowo memberikan keterangan pers dan menyatakan mengecam tindakan penganiayaan terhadap Ratna, seperti pengakuan yang disampaikan padanya.
Prabowo bahkan berencana meminta waktu untuk bertemu Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian untuk membahas kasus ini.
Sementara itu, pada Rabu (3/10/2018) sore, Ratna Sarumpaet meminta maaf kepada calon presiden Prabowo Subianto terkait kebohongan yang dibuatnya.
Baca: Update Gempa Donggala dan Tsunami Palu 3 Oktober 2018, Pengungsi Capai 70.821
Ratna mengaku berbohong soal pengakuannya telah mengalami penganiayaan di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, pada 21 September 2018.
Ia mengungkapkan hal itu saat menggelar konferensi pers pada Rabu sore. (*)