TRIBUNMANADO.CO.ID - Gerhana bulan total blood moon terlama sepanjang sejarah tak lama lagi akan terjadi akhir bulan ini.
Momen ketika bumi, selaras sempurna antara bulan dan matahari, bayangannya akan benar-benar menutupi bulan. Satelit kita akan berwarna merah darah.
Dikutip dari laman livescience.com, para pengamat dan ilmuwan yang berada di tempat tepat akan menjadikan momen itu sebagai catatan bersejarah dalam hidupnya.
Namun jika jauh balik ke masa lalu, ketika belum banyak orang tahu soal ilmu alam, fenomena gerhana bulan total dimaknai sebagai tanda 'hari kiamat'.
Ada satu cerita yang menunjukkan bahwa Christopher Columbus tahu gerhana bulan akan terjadi pada 29 Februari 1504, tetapi dia dan menggunakan ini untuk keuntungannya.
Kisah itu dimulai ketika Columbus dan anak buahnya terjebak di sebuah pulau, yang sekarang dikenal sebagai Jamaika, selama lebih dari enam bulan. Singkat cerita, kemurahan hati suku pribumi pulau itu mulai memudar.
Dan kelaparan mulai mengancam Columbus dan anak buahnya, hingga akhirnya, dia menggunakan almanak yang diterbitkan oleh seorang astronom dan matematikawan Jerman, Johannes Müller von Königsberg, juga dikenal sebagai Regiomontanus.
Dari Almanak itu ternyata diketahui bahwa tak lama lagi gerhana bulan total telah datang, dikutip livescience.com dari Space.com.
Columbus memberi tahu Arawak (suku pribumi) bahwa tuhannya marah karena mereka tak memberi makanan. Dia kemudian mengatakan kepada kepala suku Arawak, tuhannya akan membuat bulan hilang atau menjadi "merah murka" selama tiga hari.
Dan benar blood moon alias bulan darah muncul pada malam Minggu yang menakutkan itu, itu dikabarkan menakutkan Arawak. Mereka setuju untuk memberikan Columbus dan orang-orangnya dengan apa pun yang mereka butuhkan, dan meminta agar tuhannya mengembalikan bulan seperti sedia kala.
Biasanya, sinar matahari langsung mengenai bulan dan itulah alasan mengapa warna cerah dan putih. Namun selama gerhana, Bumi bergerak langsung antara matahari dan bulan dan menghambat sebagian dari cahaya itu, menurut NASA.
Ketika sinar matahari putih menerpa atmosfir Bumi, ia menyebarkan cahaya biru tetapi mendorong sinar merah langsung ke bulan dan karenanya, disebut bulan darah naik.
Jumlah cahaya yang masuk ke bulan dan dengan dan bayangan merah atau oranye tergantung pada faktor-faktor lain seperti berapa banyak debu dan air berada di atmosfer Bumi hari itu. Ia bahkan bisa bergantung pada suhu dan kelembaban, menurut NASA.
"Ada beberapa kali catatan dalam sejarah, beberapa di antaranya fiktif, beberapa di antaranya konon nyata, di mana orang telah mengambil keuntungan dari prediksi gerhana bulan untuk mengendalikan penduduk pribumi," kata Duane Hamacher, seorang ahli astronomi budaya di Monash University di Australia.
Dan masih banyak lagi, banyak cerita tentang penduduk pribumi yang takut gerhana di langit, tambahnya.
Beberapa penduduk asli Australia, misalnya, menghubungkan warna merah dengan "jahat," "darah" atau "api", menurut Hamacher.
Bulan darah bagi orang-orang aborigin, misalnya, "secara umum dilihat sebagai manusia bulan yang berlumuran darah, bangkit dari kematian," kata Hamacher.
Beberapa mitos Mesopotamia kuno menggambarkan gerhana bulan sebagai hasil serangan dari tujuh iblis, dan Inca mungkin telah melihat gerhana bulan sebagai jaguar yang
menyerang bulan.
Untuk menyelamatkan bulan dan orang-orang Bumi yang mungkin juga menjadi korban, bangsa Inca akan menggoncangkan tombak di bulan, membuat banyak suara dan memukul anjing mereka untuk membuat mereka melolong, menurut National Geographic.
"Budaya yang berbeda memberikan arti yang berbeda kepada dunia di sekitar mereka," kata Hamacher. "Sekarang di mana pun di dunia orang tahu penjelasan ilmiah tentang bagaimana gerhana bulan terjadi ... kita tahu tidak perlu takut." (iwe/tribunjogja.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Gerhana Bulan Total Blood Moon, Christopher Columbus dan Mitos Zaman Dahulu, http://jogja.tribunnews.com/2018/07/24/gerhana-bulan-total-blood-moon-christopher-columbus-dan-mitos-zaman-dahulu?page=all.
Editor: iwe