TRIBUNMANADO.CO.ID - Travis Reinking, tersangka penembakan di restoran Waffle House mengaku Taylor Swift, megabintang pop, menguntitnya.
Travis mengalami delusi. Ia merasa Swift menguntitnya hingga ke kampung halamannya Illinois. Tak hanya itu, ia merasa Swift meretas telepon dan akun Netflix-nya.
Penembakan di Waffle House di Nashville, Tennessee, terjadi pada Minggu (22/4/2018) dini hari. Pada kejadian yang menewaskan empat orang itu, tersangka bugil.
Polisi kemudian menetapkan Travis sebagai tersangka. Pria berusia 29 tahun ini sebelumnya tinggal di Illinois, kemudian pindah ke Nashville.
Berdasarkan dokumen pihak berwenang di Illinois, orang-orang terdekat Travis khawatir pria ini akan bunuh diri. Menurut kerabatnya, ia mengalami delusi sejak 2014.
2016 lalu, kepada polisi Travis mengaku dikuntit oleh Taylor Swift. Bahkan menurut dia, Swift mengajaknya bertemu.
Dia dibawa ke rumah sakit setempat untuk evaluasi tetapi berpendapat "itu bertentangan dengan keinginannya."
Kepala Polisi Nashville Steve Anderson tidak menyebutkan motif sehingga Travis melakukan penembakan di Waffle House.
Dia hanya menyatakan Travis kemungkinan mengalami masalah mental. Polisi masih mencari keberadaan Travis.
"Ia tiba di tempat parkir Waffle House sekira pukul 3 pagi waktu setempat.
"Dia keluar dari truknya dan mulai menembakkan AR-15 pada dua orang di area parkir restoran. Dia kemudian masuk ke dalam restoran dan melontarkan peluru lagi."
Demikian kata juru bicara polisi Metro Nashville, Don Aaron seperti dilansir CBS, Minggu (22/4/2018).
Korban tewas akibat insiden ini, pekerja restoran Taurean C Sanderlin (29) dari Goodlettsville, pelanggan restoran, Joe R Perez (20).
Dari Nashville, DeEbony Groves (21), dan Akilah DaSilva (23) dari Antiokhia.
Saat ini, Biro Investigasi Tennessee telah menambahkan Travis ke daftar 10 orang paling dicari atau "Top 10 Most Wanted".
Travis pernah ditangkap oleh Dinas Rahasia AS karena berada di area terlarang di dekat Gedung Putih pada Juli 2017.
Saat itu, ia mengaku hanya ingin bertemu Presiden AS Donald Trump. (*)