Sudah Zaman Now, Sulut Masih Koleksi 'Jembatan Lapuk'

Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang warga melewati jembatan gantung Silimandungan, Bolmong, Jumat (24/11/2017).

TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK - Ternyata masih banyak jembatan kayu di Sulawesi Utara. Kebanyakan di antara sarana penyeberangan ini dalam kondisi rusak dan tidak safety (aman) hingga membahayakan nyawa warga.

Jembatan darurat berbahan kayu dan bambu tersebar mulai Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Bolaang Mongondow (Bolmong), Kotamobagu, Minahasa Selatan (Minsel), Minahasa, Minahasa Utara (Minut), dan Kota Manado.

Di sepanjang jalur mulai Desa Poopoh, Kecamatan Tombariri, Minahasa hingga Desa Raprap, Kecamatan Tatapaan, Minsel terdapat beberapa jembatan besi berlantai kayu. Kondisi alas jembatan yang lapuk, membahayakan kendaraan yang lewat.

Di Desa Solimandungan I, Kecamatan Bolaang, Bolmong, ada jembatan gantung yang menghubungkan permukiman penduduk dengan kebun.

Kondisi jembatan memprihatinkan. Kayu sudah lapuk dan berlubang. Warga harus berhati-hati melewati jembatan ini. Salah sedikit saja, bisa jatuh ke sungai. Apalagi mereka yang lewat menggunakan sepeda motor.
Jembatan ini telah mendapat bantuan dari Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow, agar segera perbaiki. Bantuan material sudah ada, sisanya tanggung jawab desa untuk meneruskan. Jembatan ini tak kunjung rampung. Warga mengeluh.

"Padahal jembatan ini menghubungkan ke perkebunan kami. Warga sering bolak-balik. Motor yang lewat sering terperosok di lubang. Kayu sudah lapuk. Ini rusak karena air sungai sering naik," ujar seorang warga, Jumat (24/11/2017).

Sangadi Desa Solimandungan I, Ronald Potabuga yang dihubungi lewat telepon mengatakan, bantuan dari Bupati Yasti memang sudah ada. Namun desa masih terkendala biaya tukang.

"Material sudag ada. Tapi biaya tukang belum ada. Kami mengira ini bantuan langsung jadi, tapi rupanya tidak," ujarnya.
Pemerintah desa tidak bisa mengerjakan jembatan itu tahun ini, karena tak teranggarkan di dana desa. Namun Ronald berjanji akan musyarawah dengan pimpinan desa.

"Nanti akan kami musyawarahkan dengan Badan Perwakilan Desa (BPD) dan masyarakat untuk mengusulkan biaya tukang. Jika disetujui bersama, maka akan dibangun tahun depan," jelasnya.

Tak kalah miris dialami warga sekitar jembatan gantung di Desa Kopandakan II, Kecamatan Lolayan, Bolmong. Mereka menyesalkan lambatnya bantuan perbaikan jembatan yang sempat ambruk karena terpaan banjir bandang di aliran sungai Mengkang pada 17 September 2017.

Tak mau menunggu pemerintah, warga secara swadaya mengumpulkan uang serta bahan untuk membangun kembali jembatan yang menjadi objek vital akses menuju ke perkebunan Onibung.

"Sudah ada sebulan lebih jembatan ini bisa digunakan, dilewati kendaraan roda dua dan sepeda pasca diperbaiki. Dana pembangunan hasil swadaya dari para petani setempat. Mereka mengumpulkan Rp 4 juta," kata Rahman Eda (49), warga Kopandakan II, Jumat sore.

Rahman yang berprofesi sebagai petani ini, menceritakan, sejarah jembatan gantung. Banyak petani menjadi korban derasnya air sungai Mengkang kala meluap.

Seingatnya, jembatan yang kini bermaterikan kayu kelapa, besi delapan dan laberang bekas dibangun pertama pada tahun 1989 dekat bantaran sungai. Pada tahun 2000 rusak diterjang banjir bandang. Semua meterial jembatan terbawa aliran sungai. Kemudian oleh pemerintah dibangun lebih tinggi lagi dan menggunakan tiang sebagai tempat untuk menggantikan material jembatan.

Pada tahun 2006 kembali terkena bencana serupa dan rusak parah lalu dibangun lagi sampai kali ketiga terkena musibah pada September 2017.

"Kondisi sekarang tak sekuat waktu lalu, materialnya tak sekokoh jembatan pada saat sebelum kena bencana banjir bandang. Kami yang lewat diselimuti waswas dan serba hati-hati takut jembatan itu suatu saat ambruk lagi," urainya.
Peeng Liangga, petani lainnya, mengaku dengan diperbaikinya jembatan, dia sudah bisa angkut hasil bumi dari dalam kebun.

"Waktu masih rusak harus bergelantungan ke kebun, atau memutar jauh dari perkampungan sebelah," kata Peeng. Bermacam-macam hasil bumi seperti pala, kelapa, cengkih, coklat, pisang dan lainnya menjadi sumber penghasilan petani setempat. Hasil pertanian dijual di pasar Kotamobagu.

"Kalau untuk pergi kebun pagi sore. Kalau untuk ambil hasil (pertanian), tiga atau empat hari sekali," tandasnya. Tribun Manado coba melintas jembatan itu. Tak di ujung jembatan sudah terasa bergoyang.
Jembatan kayu juga dijumpai di Ibu Kota Provinsi Sulut, Manado. Seperti di Lingkungan V, Kelurahan Kairagi Weru, Kecamatan Paal Dua dan Dendengan Dalam menuju Tikala.

Jembatan kayu di Dendengan Dalam hanyut dibawa air saat banjir Manado tahun 2014. Sarana itu akses terdekat, Dendengan Dalam menuju Tikala. Warga pun tetap menggunakan jalur itu, namun dengan alat lain.
"Waktu itu kami menggunakam rakit. Aktivitas setiap hari selalu menggunakan rakit," ujar Coco Rahmat Rifan Pido (15), warga Dendengan Dalam.

"Pada 2014 jembatan putus, kami warga akhirnya menggunakan rakit. Memang cukup berbahaya karena kadang, arus sungai deras," ujar Syafril Parasana.
Beberapa waktu kemudian masih di tahun yang sama, TNI bersama Pemerintah Provinsi Sulut membantu membangun kembali jembatan. Tentu dengan bahan yang lebih kuat.

Hingga kini jembatan itu tetap kuat. Besi-besi dipinggir jembatan tampak erat. Meski bergoyang-goyang saat dilewati namun warga sekitar mengaku tidak takut. Karena jembatan itu diyakini sangat kuat.
Namanya Jembatan Loreng. Itu terlihat pada bagian atas gapura sebelum masuk jembatan. Warna catnya juga loreng seperti namanya.

Pantauan Tribun Manado, Jumat sore, di atas jembatan itu tampak ada sekitar 20 anak-anak. Mereka hanya mengenakan celana pendek. Tiba-tiba seorang anak melompat ke sungai. Anak itu hilang tertutup air kecokelatan yang terus mengalir.

Anak itu kemudian muncul kepermukaan air dan berteriak. “Om foto om” kata anak-anak meminta Tribun Manado mengambil gambar. Mereka sengaja melompat. Aktivitas bermain air itu mereka lakukan hampir setiap sore.
Dari atas jembatan, anak-anak yang tinggal sekitar situ melompat dengan tumpuan di besi jembatan. Begitu berulang kali. Jembatan hanya bergoyang. *

Berita Terkini