Sesak Bernafas Tapi Pasien RSUD Datoe Binangkang Disuruh Pulang

Penulis: Finneke
Editor: Andrew_Pattymahu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Markus Makaminang (63) terbaring lemah di ruang rawat inap RSUD Datoe Binangkang.

Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan

TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK - Markus Makaminang (63) terbaring lemah di ruang rawat inap RSUD Datoe Binangkang. Nafasnya terengah-engah, dengan bantuan tabung oksigen di samping tempat tidurnya.

Kamis (16/11) pagi, ia bertelanjang dada. Tubuhnya tampak sangat kurus, ada infus di tangan kanannya. Markus tak bisa lagi melihat, sejak tahun 1997. Kala itu, Markus mengaku menderita kesakitan.

"Saya belum bisa lepas oksigen. Kalau lepas, pas mau ke toilet, rasanya sesak sekali. Dada saya sakit, punggung saya juga sakit. Leher saya seperti digaruk-garuk," ujarnya. Meski lemah, Markus bisa bicara dengan lantang.

Markus pasien satu-satunya di bangsal untuk pria itu. Anak, cucu serta istrinya yang menjaganya siang itu. Markus rupanya sedang mengidap penyakit paru-paru. Ia positif tuberkulosis, hasil pemeriksaan dokter.

Kamis itu, hari keempat ia menginap di rumah sakit. Ia masuk pada Senin. Ia mengaku masih sangat lemah, belum mau pulang rumah sampai ia benar-benar bisa bernafas normal. Namun Markus kecewa dan kaget, saat pihak rumah sakit menyuruhnya pulang pada Rabu (15/11) sebelumnya.

Markus memang pasien umum, perawatannya tak ditanggung BPJS Kesehatan atau Kartu Indonesia Sehat. Rumah sakit beralasan, Markus pulang saja agar tagihan tak membengkak.

"Kemarin saya sudah disuruh pulang. Katanya pulang hari ini (Kamis) sebelum dokter datang. Mereka bilang kasian katanya kalau saya masih tinggal, biayanya akan membengkak. Total tagihan sudah Rp 770 ribu waktu itu. Biaya obat lain, kamis sudah bayar," ujar Markus.

Saat pingsan, warga Desa Lalow, Lolak ini dibawa oleh sangadi di desanya. Sangadi itulah yang saat ini sedang mengurus BPJS Kesehatan Markus.

"Saya urus KIS, tapi nanti keluar tahun depan katanya. Kan sangadi yang bawa saya ke sini, saya bilang kemarin tunggu saja sangadi saya. Dia masih mengurus BPJS saya," ucapnya.

Pada Rabu itu, dari perawat menyodorkan kertas untuk tanda tangan. Saat itu hanya cucunya yang berumur 15 tahun yang menjaganya. "Cucu saya juga tak sekolah, tak tahu membaca. Tapi perawat bilang tak apa-apa tanda tangan saja. Kami tak tahu jelas itu surat apa," ucapnya.

Markus hanya berharap, bisa mendapat perawatan yang layak. Jangan dulu disuruh pulang karena kondisinya masih sangat lemah. Markus pun mengaku masih menunggu sangadinya untuk memberi kabar selanjutnya.

"Memang kami tak mampu bayar biaya rumah sakit, kalau sudah banyak. Kami masih berusaha bagaimana caranya. Yang penting saya masih mau dirawat. Saya belum sanggup cabut oksigen," ucap Markus.

Dirut RSUD Sebut Markus Sempat Membaik

Direktur RSUD Datoe Binangkang, Sahara Albugis yang mendapat informasi soal protes pasien ini langsung berkunjung ke kamar pasien. Sahara tampak meminta rekam medis Markus pada perawat, serta hasil rotgen.

Halaman
12

Berita Terkini