Laporan wartawan Tribun Manado Arthur Rompis
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Bayangkanlah, malam pergantian tahun tanpa kembang api, tanpa jalan - jalan ke pusat perbelanjaan, juga tanpa berkumpul dengan keluarga tercinta. Pastinya berat.
Namun begitulah yang dialami para anak penghuni Panti Asuhan Bukit Harapan Gereja Bala Keselamatan di Pakowa setiap malam pergantian tahun.
Takdir sepertinya telah menempatkan mereka pada kehidupan yang senantiasa sunyi, meski itu di hari besar.
Namun, Tuhan maha adil. Merekalah pelakon makna sesungguhnya perayaan hari Natal dan Tahun Baru.
Merry Jenifer (13) salah satu penghuni mengatakan, biasa menghabiskan malam tahun baru dengan beribadah serta berkumpul dengan sesama teman panti asuhan.
"Kami semua beribadah di Gereja , setelah itu makan sama - sama di Panti Asuhan, lalu nonton TV secara bersama - sama pula, saling bercanda, curhat - curhatan," kata dia kepada Tribun Manado, Kamis (31/12) di ruang tunggu Panti Asuhan itu.
Remaja yang sudah bertahun - tahun menghuni Panti Asuhan ini mengaku merasakan damai kala itu. Damai yang tumbuh dari hangatnya persaudaraan, ungkap dia, adalah obat penyembuh hatinya yang remuk karena terpisah dengan orang tua.
Ia bersyukur pada Tuhan karena persaudaraan itu terus hadir saat Natal dan tahun baru.
"Saya selalu berdoa pada Tuhan agar ia terus menghadirkan kehangatan itu dalam hari Natal, dan Tuhan selalu mengabulkannya," kata dia.
Sharon penghuni panti lainnya cukup puas dengan hanya mengintip di jendela kembang api yang terang benderang di langit - langit kala malam pergantian tahun.
Sharon mengagumi kembang api, barang yang tak sanggup ia miliki karena keterbatasan ekonomi. Namun, kembang sesungguhnya bagi Sharon adalah para pengasuh.
"Cinta mereka membuat saya mampu mencintai kehidupan ini," kata dia.
Sharon tak menyesal tak pernah memasang kembang api, asal saja "kembang - kembang" tersebut senantiasa mekar di sisinya.
"Terima kasih Tuhan," kata dia.
Lusi penghuni paling imut mengaku sangat merindukan kedua orang tuanya di Palu.
Awalnya setiap Natal, Lusi dilanda sedih karena tak bisa bertemu mereka.
"Namun lama - kelamaan saya merasa pengasuh serta teman - teman lain sangat memperhatikan saya, kami senasib, mereka menghibur saya dengan tidak menghiraukan penderitaan mereka sendiri," kata dia.
Semenjak kesadaran itu hadir, ia berubah tegar. Jadilah ia penghibur bagi penghuni baru yang sulit melupakan orang tua mereka.
"Saya sering katakan, ada Yesus yang sayang pada kita, dalam kesedihan kita begitu dekat kepadaNya," kata dia.
Para penghuni pun sering membuat resolusi di tahun baru. Lusi salah satu penghuni panti mengatakan, di tahun yang baru ia berjanji untuk lebih rajin lagi.
"Saya memang suka tidur," kata dia.
Isna pengasuh panti asuhan mengatakan, para penghuni panti yang berjumlah 29 orang biasa menggelar ibadah pada pukul 10 malam di tanggal 31 Desember 2015. Dalam ibadah perpisahan dan penyambutan tahun baru, para penghuni akan bersyafaat untuk kota Manado. " Kami panjatkan doa agar Manado terus aman jauh dari huru hara," kata dia.
Menurut Isna, pihaknya selaku mengajarkan para penghuni untuk merayakan Natal dan Tahun Baru dengan sederhana.
Isna mengaku sesungguhnya tak ada larangan khusus bagi para penghuni panti untuk memasang kembang api. "Mereka lebih memilih merayakan Natal dengan mengeratkan persaudaraan antar mereka," kata dia.
Saat Natal lalu, kata dia, banyak warga yang merayakan Natal di panti asuhan tersebut. Diantaranya para anggota Dewan. "Bahkan kami sempat Natalan di Hotel," kata dia. Menurut Isna, kasih dan perhatian tersebut begitu menyentuh hati para penghuni panti. Rasa percaya diri serta optimisme mereka muncul. "Ini adalah bukti bahwa kasih tak pernah hilang, jika kita memberikan kasih, maka orang yang menerima akan memberi kasih itu kepada orang lain," kata dia. (tribun manado/arthur rompis)