Tragedi Kebakaran Inul Vizta Manado

Silvia dan Brayen Kaawoan Dikubur Dalam Satu Liang Lahat

Penulis: Alpen_Martinus
Editor: Fransiska_Noel
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kakak beradik Silvia dan Brayen Kaawoan, dua korban tragedi maut Inul Vizta dimakamkan dalam satu liang lahat, Senin (26/10/2015). (TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS)

TRIBUNMANADO.CO.ID,TONDANO - Ratusan pelayat antar jenazah Silvia Kaawoan dan Brayen Kaawoan korban kebakaran Inul Vizta, ke pemakaman di Desa Tampusu Kecamatan Remboken, Senin (26/10).

Tiba di lokasi, kedua jenazah kakak adik dalam dua peti tersebut, dimasukkan ke dalam satu liang yang di jejer.

Namun sebelumnya dilakukan penghormatan yang dilakukan petugas Pamdal IPDN, kemudian dilakukan ibadah singkat.

Sebelum dilepas ke pemakaman, terebih dahulu dilakukan ibadah pelepasan di rumah duka desa Tampusu.

Tampak saat pelaksanaan ibadah, Bupati Minahasa Jantje Sajow bersama istri, dan seluruh jajara Pemkab Minahasa, Direktur IPDN Alex Wowor, pemerintah desa dan perangkatnya, para praja IPDN, dan masyarakat lainnya.

Pada saat itu, Bupati Minahasa diberikan kesempatan untuk menyampaikam ungkapan belasungkawa.

"Kami datang kemari untuk menyampaikan ungkapan turut berduka kami, dan mau memberikan penguatan kepada keluarga," jelasnya.

Ia menambahkan, memang ditinggalkan oleh dua anak sekaligus bukanlah hal yang mudah diterima, namun kematian tidak dapat ditolak.

"Semua kita tidak menghendaki kematian, namun semua tinggal menunggu waktu saja, dan dengan kejadian ini, keluarga tetap bersabar dan terus semakin dekat dengan Tuhan," jelas dia.

Ia juga menceritakan bahwa, saat tengah berduka lantaran keponakannya Sinta Sajow juga turut menjadi korban dalam kejadian naas malam itu, yang kebetulan bersama-sama dengan dua korban.

Usai prosesi di rumah duka, dilakukan upacara IPDN yang dipimpin oleh Alex Wowor Dirut IPDN, kemudian dibawa ke liang lahat.

"Dilakukan penghormatan terakhir, karena jasa selama mereka mengabdi di kampus IPDN," jelas Alex Wowor.

Sementara itu, saat ibadah dilaksanakan, ibu Korban Syane Komotoy tak henti-hentinya menangis di depan jenazah dua anaknya tersebut, sambil sesekali meraba-raba wajah mereka, juga menciumnya.

Dua korban ini merupakan pegawai honor di IPDN Tampusu, Silvia Kaawoan bertugas di TU, dan Brayen Kaawoan bertugas di pengamanan dalam.

"Mereka berdua anak yang rajin, setiap pagi sebelum pergi kerja, mereka pamitan dulu kepada kami orang tua," jelas Weby Kaawoan, mengenang, dan saat ini tidak ada lagi yang berpamitan pagi hari untuk pergi kerja.

Dua korban ini meninggalkan satu orang kakak dan dua orang tua.

Ia menambahkan, bahwa Silvia jarang sekali keluar rumah atau pergi jalan -jalan, tapi kalau Brayen sering ke Koka bertemu dengan Sintia.

"Namun, hari itu adiknya (Brayen) ajak Silvia ke Manado, dan mereka berdua pergi sejak siang, pamit hanya bilang mau ke Manado," jelasnya. Ternyata itu adalah pamitan terakhir dua anak mereka.

Tidak ada firasat apa-apa, saat mengizinkan ke dua anaknya tersebut pergi ke Manado.

"Nanti kami dapat telepon pagi, bahwa mereka sudah meninggal," katanya.

Dijelaskan, bahwa dua korban ini, belum memberitahukan rencana mereka kepada orang tua, namun ajal sudah menjemput. (Tribun Manado/Alpen Martinus)

Berita Terkini