Aditya Moha Perjuangkan PBMR Gunakan Rumus Clash of Clans

Penulis: Handhika Dawangi
Editor:
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Di Rumah Kopi Korot, Anggota DPR RI perwakilan Bolaang Mongondow, Aditya Anugrah Moha membakar semangat pemuda BMR untuk kembali memperjuangkan Provinsi BMR.

TRIBUNMANADO.CO.ID, KOTAMOBAGU - Perjuangan masyarakat Bolaang Mongondow Raya (BMR), untuk mewujudkan Provinsi BMR belum berakhir. Berbagai macam masukan datang untuk membangun semangat perjuangan menyatukan lima daerah dalam satu wilayah.

Seperti tadi malam, Selasa (3/3/2015) di Rumah Kopi Korot, Anggota DPR RI perwakilan Bolaang Mongondow, Aditya Anugrah Moha membakar semangat pemuda BMR untuk kembali berjuang. Saat itu dalam penyampaiannya ia mengumpamakannya dengan Clash Of Clans.

"Intervensi politik yakni kita kirim semua artileri kita, dalam bahasa gaulnya Clash of Clans, (COC) kalau kita membentuk clan dan kemudian mengirim troops terbaik kita di Town Hall 10, untuk menyerang artileri lawan clan sebelah yang ada di pemerintah pusat misalnya, dengan defense upgrade canon level 13 kita tinggal menyiapkan akan menyerang dari mana air attack atau ground attack," ungkapnya diikuti tawa dari para pemuda.

Lanjutnya, perjuangan untuk PBMR harus dilakukan secara bersama-sama. "Kalau hanya kami yang ada di Pusat berjuang dan kemudian memaksakan diri disana (Pusat) menjadi Golem dan P.E.K.K.A maka tidak akan cukup kekuatan, kita butuh spell faktor, butuh kebersamaan," ungkapnya.

Ditambahkannya, ketika bicara mengenai perjuangan bersama, mengenai cita-cita luhur, itu hanya ada dua hal. "Yakni nilai daripada keikhlasan dan pengorbanan, hanya dua itu. Bolaang Mongondow Raya (BMR) hanya terletak pada dua nilai indikator dasar ikhlas dan pengorbanan, kalau torang samua ikhlas dan siap berkorban maka tidak ada hal yang tidak bisa kita lakukan bersama-sama," ujarnya.

Kearifan Lokal, Dan Geo Politik

DALAM pembahasan mengenai perjuangan menjadi PBMR, Aditya Anugrah Moha kemudian menegaskan bahwa perjuangan itu tanpa memandang perbedaan, namun harus ada kebersamaan.

"Kebersamaan kita malam ini dan rekomendasi yang akan bawa bersama-sama, hari ini kita boleh berbeda baju, latar belakang yang berbeda, tapi ketika kita bicara mengenai kepentingan BMR maka tidak ada nilainya jubah ini, tidak ada harganya selain warna BMR yang kita junjung tinggi, bagi saya pemekaran ini harga diri kita bersama," ungkapnya.

Lanjutnya kenapa tidak bicara seperti daerah lain yang melakukan pendekatan mengenai geo politik, mengenai perbatasan dengan negara lain. "Kenapa kita di Bolaang Mongondow Raya, tidak bisa bicara tentang kelebihan kearifan lokalnya, bahwa kita memiliki itu, kita terdiri dari semua kultur dan sub etnis yang ada di Indonesia ini, Itu kekuatan kita, dan itu geo politik, bagi saya." ujarnya. (tribunmanado/handhika dawangi)

Ikuti berita-berita terbaru di tribunmanado.co.id yang senantiasa menyajikan secara lengkap berita-berita nasional, olah raga maupun berita-berita Manado online.

Berita Terkini