TRIBUNMANACO.ID, AIRMADIDI - Arlin Karamoy memekik kegirangan ketika melihat adiknya, Gilbert Karamoy muncul di layar televisi yang menyiarkan secara langsung peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaat RI dari halaman Istana Merdeka Jakarta, Sabtu (17/8/2013) pagi.
Gilbert, Siswa SMAN 1 Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara (Minut) bertindak sebagai pengibar bendera pusaka dalam peringatan HUT ke-68 RI yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), Gilbert bertugas pagi itu bersama Adelena Tesalonika asal Sulawesi Tenggara sebagai pembawa kaki Bendera Merah Putih dan Moh Rayhan Akbar dari Bekasi Jawa Barat. Gilbert Karamoy bertugas sebagai pembentang bendera sedangkan Rayhan sebagai pengerek.
Saat Arlin dan keluarganya secara khusus menonton siaran langsung upacara detik-detik Proklamasi di rumah tante mereka, Selvi Putong di Airmadidi Atas. "Itu luar biasa," kata Arlin melihat adiknya Gilbert berada di barisan tiga pengibar bendera. Selain senang, Alin yang kuliah di FISIP Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado pun tegang. Ia cemas satu kesalahan kecil yang dilakukan Gilbert bisa berakibat fatal. Ketika sang adik tengah memegang bendera, Arlin menutup mata dan berdoa. "Saya minta pada Tuhan agar memberinya kekuatan," kata dia.
Doa Arlin terbukti manjur, ketika Gilbert membentangkan bendera disusul komando "bendera siap". Lalu bendera dikerek diiringi kebangsaan Indonesia Raya. Ketika bendera sudah ada di puncak, Arlin berseru, "Puji Tuhan", lalu mereka sekeluarga berpelukan. Sayang, ia tak bisa mengucapkan selamat karena Gilbert belum bisa dihubungi lewat ponsel.
Jika terhubung dengan Gilbert, apa yang akan ia ucapkan? "Tetap andalkan Tuhan," kata Arlin. Menurut Arlin, adiknya yang lahir ahir di Sawangan 3 September 1996 itu rajin serta berbakti pada orang tua. Sepulang sekolah, kata dia, Gilbert akan membantu orangtua. Kalau ke luar rumah untuk menekuni hobinya bermain bola voli, Gilbert pulang sekitar pukul 6 sore dan tak lagi keluar setelah itu.
"Ia tak mau keluar malam," kata dia. Suatu hari, Gilbert pernah curhat
kepadanya."Pertama ia katakan ingin masuk polisi, lalu ia ganti mau masuk IPDN," kata Arlin. Air mata Alrin menetes, saat bercerita tentang Gilbert yang mesti menimba air setiap hari di sumur mereka. Ia tak sanggup berkata-kata lagi.
Selvi Putong, tante Gilbert yang rumahnya ditinggali Gilbert selama latihan Paskibaraka merasa terharu dengan perjuangan Gilbert sejak di level kabupaten hingga pusat. "Luar biasa perjuangannya," kata Selvi.
Sehari sebelumnya yaitu tanggal 16 Agustus 2013, keluarga di Minut sempat heboh ketika melihat Gilbert tengah memegang bendera dalam tayangan sebuah stasiun televisi. Itu menguatkan firasat Selvi yang sebelumnya yakin Gilbert akan tampil sebagai pengibar bendera, sesuai cita-citanya. "Waktu itu gladi resik, Gilbert tampak memegang bendera kuning hijau," katanya.
Penasaran dengan tayangan itu, Selvi pun menelepon ibu Gilbert, Meiki Lantu, yang ternyata belum tahu kabar itu. Ibu Gilbert menyatakan pada Selvi, sebelumnya ia sudah menanyakan pada Gilbert tentang posisinya, yang malah dijawab."Nanti lihat saja mama," kata Gilbert. Kemarin pagi Selvi sempat menghubungi ibu Gilbert. "Katanya mereka sudah di istana," kata dia. Selvi mewakili keluarga Gilbert mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu Gilbert. "Terima kasih pada pak bupati, pemkab, pak kadispora Minut Max Tapada, kepala sekolah serta para guru SMAN 1 Airmadidi, GMIM Imanuel Sawangan, pemerintah desa Sawangan serta orang tua baptisnya," kata Selvi.
Nonton Bareng
Para guru serta siswa di SMAN 1 Airmadidi juga menggelar nonton bareng peringatan detik-detik Proklamasi di sekolah dan rumah kepala sekolah (kepsek) Ernest Emor. "Kalau siswa di sekolah, sedangkan para guru di rumah kepsek," kata Jurike Waroh, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang didampingi Mangalung Amu serta guru ekonomi Yetty Lengkong
Sewaktu nonton bareng itu, para siswa dan guru yang belum tahu jika Gilbert jadi pengibar bendera, terkejut lalu memekik girang ketika melihat Gilbert di barisan pengerek bendera.Melihat Gilbert akan menunaikan tugas berat, beberapa siswa gelar ibadah singkat. "Mereka mendoakan Gilbert supaya sukses," tutur Jurike.
Sewaktu Gilbert selesai menunaikan tugasnya, Jurike langsung teringat sewaktu Gilbert di kelas satu kesulitan beli buku.
"Ia dari kalangan tak mampu, sering tak bisa beri buku," katanya. Gilbert di matanya adalah siswa yang disiplin, pintar bergaul serta ingin mempelajari hal baru meski akunya prestasinya tak terlalu menonjol. Amu, guru lainnya mengenal Gilbert sebagai bintang bolavoli di sekolahnya. "Ia tukang smesh," kata dia. (art)