Jurnalis

AJI dan PWI Gorontalo Perintahkan Stop Praktek Jurnalis Cari Iklan

Editor: Andrew_Pattymahu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger



Laporan Wartawan Tribun Gorontalo Budi Susilo

TRIBUNMANADO, GORONTALO
- Berbagai organisasi profesi wartawan di Gorontalo menyayangkan adanya praktek keharusan pekerja pers merangkap sebagai tenaga marketing pencari iklan media masa.

Satu di antara, Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo, Verryanto Majowa, menegaskan, secara etika, jelas hal tersebut melanggar dan sangat rawan meruntuhkan profesionalisme dan independensi jurnalis.

"Bagi jurnalis itu, landasan moral dan etika profesi sangat penting," ujarnya kepada tribungorontalo, Sabtu (12/1/2013).

Ia menjelaskan, landasan moral dan etika profesi satu pokok dalam mewujudkan kemerdekaan pers yang mampu menjaga kepercayaan kepada publik dengan sajian informasi yang benar sesuai fakta yang terjadi sesungguhnya.

"Jurnalis harus independen agar memberitakan fakta sesuai tanpa campur tangan, paksaan, intervensi dari pihak lain," kata Verry.

Bagaimana mungkin, seorang jurnalis merangkap sebagai tenaga marekting dalam melakukan tugas jurnalistiknya.

"Usai wawancara, langsung si wartawan prosepek iklan. Bukankah ini hal mustahil ? Apa bisa menjamin independensinya kalau model begini dilakukan?," tanyanya. 

Ditambahkan, Azhari Bahariawan, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Gorontalo, mengatakan, memang ada beberapa media mempraktekan model rangkap jurnalis dan marekting iklan.

"Ada media-media tertentu yang mempraktekan. Tapi saya rasa, bila sudah bicara hal ini, berarti bicara bonafit sebuah media? Masyarakat pengkonsumsi media yang akan menilainya," ungkap pria berkumis tebal ini.

Ia menegaskan, secara etika profesi, bila jurnalis diberlakukan secara wajib mencari iklan oleh tempat ia bekerja, maka sudah melanggar kode etik jurnalistik, akan mengancam independensi pekerja media. 

"Kalau perlu dari kami, kalau ada yang praktekan wajib cari iklan bagi jurnalis adalah haram. Sama saja ada unsur-unsur pemaksaan mengkerdilkan independensi jurnalis," tutur Azhari.

Kedua organisasi wartawan tersebut mengeluarkan hal demikian dilatar belakangi oleh kasus yang mendera dari jurnalis Antara Gorontalo Syam Terajana, yang oleh tempat bekerjanya di haruskan untuk berperan juga sebagai tenaga marketing iklan. 

Berita Terkini