Pemadam Kebakaran

Suka Duka Tim Pemadam Kebakaran : Info Terlambat tapi Kami Disalahkan

Penulis:
Editor:
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas Pemadam Kebakaran

Laporan Wartawan Tribun Manado Susanto Amisan

Meskipun mendapat rintangan, kerja mulia demi kemanusiaan mendorong mereka tetap menjalankan tugas dengan penuh tanggungjawab
.

SLOGAN kebanggaan anggota Korps Pemadam Kebakaran (Damkar) di Indonesia adalah Pantang Pulang Sebelum Padam. Kata-kata tersebut selalu menginspirasi para petugas pemadam kebakaran di Kota Manado dalam melaksanakan tugasnya meskipun banyak rintangan dan kendala.

Ketika ditemui Tribun Manado di markas mereka, Jumat (7/9), para anggota tim  Damkar Kota Manado secara terbuka berceritera tentang suka duka mereka  menjalankan  tugas yang sarat dengan berbahaya itu. Kata mereka, meskipun sudah berupaya semaksimal mungkin untuk meminimalir dampak kebakaran, tetap saja mereka disalahkan, apalagi jika terlambat tiba di lokasi kebakaran.

Menurut  Kabid Prosedur dan Aplikasi Dinas Damkar Kota Manado Sonny Rompas timnya terlambat tiba di lokasi kebakaran karena mereka memang terlambat mendapatkan informasi dari masyarakat. Kendala lain adalah kemacetan arus lalu lintas di Kota Manado serta  terbatasnya akses menuju lokasi kebakaran. Kebiasaan masyarakat berkerumun di sekitar lokasi pun memberi andil, menyulitkan tim Damkar beraksi memadamkan kobaran api.

"Kami akui, dalam menangani kebakaran, kadang informasi datang terlambat, namun yang disalahkan justru kami. Harapan kami masyarakat bisa mengerti dan ke depan harus lebih cepat menginformasikan," ujarnya.

Dijelaskannya, sesuai standar operasional prosedur (SOP) lama waktu hingga tiba  di lokasi kebakaran adalah 10‑15 menit setelah menerima laporan. Setelah mendapat informasi, anggota tim langsung bergerak, sambil petugas radio menginformasikan kejadian lewat Handy Talky (HT) kepada  lurah dan camat setempat untuk koordinasi dengan instansi terkait.

"Jika peristiwa kebakaran terjadi malam hari atau tengah malam, biasanya waktu tempuh tidak sampai 10 menit, karena jalan lengang. Namun bila terjadi di siang hari, kemacetan Kota Manado ikut menghambat," jelas Rompas.

Dijelaskannya, personel Damkar terdiri atas tiga regu, masing-masing regu beranggotakan 20 orang petugas yang bertugas secara bergantian selama 24 jam, mulai pukul 08.00 Wita hingga pukul 08.00 keesokan harinya. Dari jumlah tersebut, kata Rompas, sudah tidak memadai untuk menangani kebakaran di Manado. Tapi  apa boleh buat, ia dan rekan-rekannya tetap semangat bekerja.

Selain  keterbatasan personel, kondisi peralatan pun tergolong kurang. Contohnya jumlah armada mobil yang ada hanya 11 unit, sembilan di antaranya bisa beroperasi. Namun yang benar-benar siap tujuh armada. Dua di antaranya sering mengalami masalah, sedangkan dua lainnya rusak berat dan tak bisa dioperasikan. "Keadaan bangunan tinggi di Kota Manado sudah semakin banyak, sementara peralatan untuk menanggulangi kebakaran di gedung tinggi tidak ada. Kami pikir bahwa pengadaan armada tangga sudah sepatutnya dilakukan, termasuk  penambahan peralatan safety untuk petugas," katanya.

Untuk aspek pengetahuan dan keterampilan menangani kebakaran, kata Rompas,

pihaknya sering mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) di Jakarta. Pengetahuan  dibagikan ke rekan-rekannya.  
Dia menjelaskan, dalam menangani kebakaran, jika kondisi kebakaran baru sekitar  45 persen, pemadaman akan difokuskan pada titik api. Sedangkan untuk kebakaran yang sudah di atas 70 persen, pihaknya akan melokalisir TKP agar tidak menjalar ke lokasi sekitar. Namun, dari pengalaman selama ini, kadang warga kurang paham, sehingga ketika kondisi kebakaran sudah di atas 70 persen mereka tetap memaksa petugas memadamkan titik api. Padahal seharusnya lokalisir kebakaran agar tidak menjalar.

Wakil Komandan Regu II Stenly Lengkong menuturkan, dalam menjalankan tugas berbahaya itu kadang nyawa menjadi taruhan. Misalnya dalam perjalanan menuju lokasi kebakaran, risiko tabrakan dan mobil alami kecelakaan sangat terbuka. Begitu pun ketika berada di lokasi, risiko tersengat aliran listrik mengancam keselamatan jiwa. Demikian pula kemungkinan tertimpa material bangunan yang jatuh. "Karena ini sudah jadi kehidupan kami, maka risiko tersebut biasanya sudah biasa dan mesti dilalui. Bahkan ada juga risiko kekerasan oleh para preman saat masuk lokasi yang banyak premannya," tuturnya.

Berita Terkini