Jelang Ramadhan

Di Kotamobagu, Harga Daging Ayam Capai Rp 60 Ribu

Penulis:
Editor:
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan Tribun Manado Edi Sukasah

TRIBUNMANADO.CO.ID, KOTAMOBAGU
- Harga barang-barang kebutuhan pokok di Kotamobagu mulai merangkak naik jelang Bulan Ramadhan ini. Bahkan, ada di antaranya yang mengalami kenaikan 100 persen seperti daging ayam.

"Beberapa minggu lalu harga daging ayam satu ekor Rp 25 ribu yang kecil, sementara yang besar Rp 34 sampai 40 ribu satu ekor. Tapi sekarang harganya mencapai Rp 60 ribu per ekor," ujar Emon Mamonto, warga Desa Moyag, Sabtu (14/7/2012).

Harga tersebut membuat Kusdiningsih Monoarfa, pemilik warung nasi di Kampung Baru, Kelurahan Kotobangon menegluh. "Padahal kalau di Manado, harga daging ayan masih ada yang Rp 30 ribu," ujar perempuan berusia 51 tahun ini.

Kenaikan harga juga terjadi pada cabai rawit atau rica, terigu, minyak goreng, gula, dan beras.   Keke, atau biasa disapa Mama Rindi oleh tetangga di lingkunganya di Kotobangon, mengatakan gula pasir naik dari Rp 480 ribu menjadi Rp 630 ribu per karung berisi 50 kilogram atau Rp 12.6 per kilogram..

"Gula pasir yang sedikit murah yang warnanya agak kemerahan atau orang sini mengatakan Gula Gorontalo. Harganya dari Rp 480 ribu menjadi Rp 580 ribu per karung berisi 50 kilogram. Harga memang gila-gilaan sekaranng, masa inde (pedagang) menawarkan satu sikat pisang kapas sampai Rp 12 ribu. Padahal biasanya juga Rp 1.500," kata Keke.

Sedangkan harga terigu naik Rp 1.000. Harga terigu Rp 7 ribu menjadi Rp 8 ribu per kilogram. Pun demikian dengan harga minyak goreng, dari Rp 12 ribu menjadi Rp 13.5 ribu per kilogram. Dan, harga beras  jenis serayu pun naik dari Rp 8 ribu menjadi Rp 9 ribu per kilogram.

Kenaikan harga tersebut juga diakui oleh Uda, pedagang telur di Pasar 23 Maret, Kotamobagu. Hal tersebut kata dia karena pasokan barang tetap sementara permintaan naik. Maka terjadilah hukum pasar.

"Pasokan telur saja kurang, sementara permintaan meningkat jelang Ramadhan ini. Telur saja, dari Rp 1.250 per butir menjadi Rp 1.450. Ini pun bukan barang lokal, tapi berasal dari Makassar atau Palu," ujar pria berjambang ini.

Senada, Syarifah, penjual barito di Pasar 23 Maret, mengatakan, harga barang sangat tergantung pasokan. Dia mencontohkan, cabai rawit saat ini kebanyakan dipasok dari Gorontalo. Pun demikian dengan tomat, yang biasanya dia beli Rp 15 ribu per peti kas, kini menjadi Rp 40 ribu.

Menanggapi mulai merangkaknya harga-harga di pasaran, Juru Bicara Pemkot Kotamobagu Agung Adati mengatakan, pihaknya melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal (Disperindagkop-PM) terus mematau pergerakan harga tersebut.

"Bila kenaikan harga ekstrim terjadi, maka pemerintah akan melakukan operasi pasar untuk mengatasinya. Namun yang jelas saat ini, pemerintah terus memantau pergerakan harga tersebut," kata dia.

Agung minta agar para pedagang tidak menaikkan harga secara sepihak sehingga merugikan konsumen. Selain itu, pemerintah juga minta agar para pedagang tidak melakukan penimbunan barang yang bisa mengakibatkan barang tidak ada di pasaran dan akibatnya harga melonjak naik.

Berita Terkini