KENDATI memiliki potensi
yang sangat besar, namun pengembangan lokasi wisata Air Terjun
Tumimperas sejak dahulu belum tersentuh bantuan pemerintah sedikit pun.
Julius
Ering (69), mantan Hukum Tua Pinaras era 1984-1993 menjelaskan
pembangunan fasilitas pendukung seperti tangga untuk mempermudah akses
menunu dan kembali dari air terjun, hanya dilakukan sekali sekitar tahun
1980-an atas swadaya masyarakat dan dana bantuan desa (bandes). "Sampai
sekarang memang belum ada kemajuan berarti, fasilitas yang ada belum
banyak berubah seperti saat dibangun awal. Pada hal Gubernur kala itu
sempat menjanjikan akan mengambil alih dan menambah fasilitas baru, jika
sudah ada pengembangan dari pemerintah desa. Tapi, hingga sekarang
tidak ada, meski upaya pengembangan dan pengelolaan sudah dilakukan,"
ujarnya, Sabtu (23/6).
Ronny Wenur mengatakan terbentuknya air
terjun Tumimperas berawal dari cerita zaman dahulu dimana ada seorang
yang dikenal dengan Siouw Kuruz (Siouw: Sembilan, Kuruz: Lutut), dan
menyebut dirinya dengan “rehen wanua” (rehen: pagar, wanua: kampung)
Pinaras, bahkan hanya dengan 9 langkah maka ia akan tiba di Tondano.
Pada
waktu Siouw Kuruz tidur, muncul musuh dari Bolaang Mongondow yang
datang menantangnya untuk berkelahi. Siouw Kuruz tidak ingin bangun,
tetapi musuh itu terus mengganggunya, sehingga bangunlah ia dan
bangkitlah amarahnya, sampai musuh itu lari.
Akibat kemarahannya
terhadap musuh tersebut, maka dengan sekuat tenaganya ia menyentakkan
kakinya ke tanah hingga terjadilah lembah yang dalam dan membentuk tumit
kaki.
Melalui lembah itu maka air mengalir, dari ketinggian,
danitulah yang disebut Air Terjun “Tumimperas” Pinaras. Sentakkan kaki
dari Siouw Kuruz juga mengakibatkan posisi tanah dari lembah Air Terjun
“Tumimperas” menanjak ke atas sampai di daerah ”kentur”(kentur di bagian
Sendangan: Timur Pinaras). (War)
Fasilitas di Pinaras Hanya Berasal dari Bantuan Desa
Penulis:
Editor: Andrew_Pattymahu
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger