Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jalur Gaza

Daftar 5 Negara yang Dilobi Israel untuk Tempat Relokasi Warga Gaza, Sedang Perundingan

Adapun perundingan ini dimaksudkan untuk membahas potensi penempatan warga Palestina dari Jalur Gaza

Editor: Alpen Martinus
AFP/OMAR AL-QATTAA
GAZA: Warga Palestina yang kembali sebentar ke kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza Utara untuk memeriksa rumah mereka, mencari perlindungan setelah sebuah sekolah terkena serangan Israel pada 30 Mei 2024. Israel sedang melobi negara yang mau menerima pengungsi Gaza. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Niat Israel untuk menguasai jalur Gaza rupanya semakin besar.

Bahkan upaya untuk pengosongan jalur Gaza terus dilakukan.

Mulai dari sejumlah serangan ke jalur Gaza, hingga upaya untuk relokasi jalur gaza.

Baca juga: Indonesia Terjunkan dari Pesawat 800 Ton Bantuan untuk Warga di Gaza, Perintah Presiden Prabowo

Jalur Gaza adalah sebuah kawasan yang terletak di pantai timur Laut Tengah, bagian dari wilayah Negara Palestina, berbatasan dengan Mesir di sebelah barat daya, dan Israel di sebelah timur dan utara.

Luasnya mencapai 365 km persegi dengan jumlah populasi 2,142 juta jiwa pada 2024.

Israel dilaporkan tengah melakukan pembicaraan rahasia dengan sejumlah negara.

Mereka membicarakan mengenai kemungkinan relokasi sebagian warga Palestina dari Jalur Gaza.

Informasi ini dikonfirmasi oleh enam sumber Israel kepada The Associated Press (AP).

Dalam laporannya mereka menyebut bahwa negaranya tengah melangsungkan perundingan dengan lima negara, yaitu Indonesia, Somaliland, Uganda, Sudan Selatan, dan Libya.

Adapun perundingan ini dimaksudkan untuk membahas potensi penempatan warga Palestina dari Jalur Gaza, menandai babak baru dalam strategi kontroversial Israel untuk mendorong migrasi massal dari wilayah Gaza yang hancur akibat serangan selama 22 bulan terhadap Hamas.

Meski detail kemajuan perundingan belum jelas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan gagasannya itu merupakan realisasi rencana yang sebelumnya juga pernah diusulkan Presiden AS Donald Trump.

Dengan tujuan mengurangi jumlah penduduk sipil di Gaza, Israel berharap bisa mengurangi tekanan internasional terkait korban sipil dan krisis kemanusiaan yang terjadi akibat serangan.

Sudan Selatan Bantah Klaim Israel

Setelah Netanyahu menggembar-gemborkan daftar negara yang bersedia menampung warga Gaza, Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan dengan tegas membantah laporan tersebut.

Mereka menegaskan bahwa laporan mengenai diskusi dengan Israel soal pemukiman kembali warga Gaza tidak benar.

 Pernyataan ini muncul setelah Associated Press (AP) melaporkan adanya pembicaraan rahasia antara pejabat Israel dan Sudan Selatan mengenai rencana pembangunan kamp pengungsi.

Sementara itu, Indonesia, Somaliland, Uganda, dan Libya yang disebut masuk daftar lobi Israel tidak yang secara terbuka menyatakan kesediaan menerima warga Gaza.

Sebagian besar memilih untuk tidak memberikan komentar, mungkin untuk menghindari tekanan diplomatik dari dunia Arab dan Afrika.

Rencana Israel Dikecam

Kendati Netanyahu menyebut langkah ini sebagai bentuk “migrasi sukarela” yang menurutnya akan memudahkan operasi militer Israel di Gaza tanpa resiko korban sipil, banyak pihak menilai kebijakan tersebut sejatinya adalah pengusiran paksa (forced displacement) yang melanggar hukum internasional.

Termasuk Otoritas Palestina yang menolak total rencana tersebut dan menyebutnya sebagai pembersihan etnis.

Kemudian ada Mesir. Meskipun tidak termasuk dalam daftar negara tujuan relokasi, Mesir menjadi penentang paling vokal.

Pemerintah Kairo menolak keras ide pemindahan warga Palestina ke negara ketiga karena khawatir akan memicu eksodus pengungsi ke wilayahnya sendiri yang berbatasan langsung dengan Gaza.

Pejabat Mesir bahkan mengaku telah melobi Sudan Selatan agar tidak menerima tawaran Israel.

Kairo menegaskan bahwa solusi bagi krisis Gaza harus menghormati hak warga Palestina untuk tetap tinggal di tanah mereka.

Kecaman serupa juga dilontarkan Liga Arab, Uni Afrika, dan sebagian anggota Uni Eropa, mereka kompak menegaskan solusi konflik Gaza harus menghormati hak warga Palestina untuk tinggal di tanah mereka.

Lalu,kKelompok HAM internasional, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, menyatakan kebijakan ini adalah deportasi massal ilegal.

Ini karena pemindahan massal warga Gaza ke negara lain berpotensi menciptakan gelombang pengungsi baru dengan kondisi hidup yang tidak pasti.

Terlebih banyak negara tujuan yang disebut seperti Sudan Selatan atau Somalia masih dilanda konflik atau krisis pangan, sehingga risiko warga Gaza mengalami kelaparan, penyakit, dan kekerasan tetap tinggi.

Jika melihat sejarah konflik, skenario ini cenderung menciptakan masalah jangka panjang yang kompleks, mirip dengan krisis pengungsi Palestina pada 1948 dan 1967 yang hingga kini belum terselesaikan.

Saat itu Palestina dilanda insiden Nakba, yakni peristiwa pengungsian massal sekitar 700.000 warga Palestina ketika berdirinya negara Israel memicu perang dengan negara-negara Arab.

Jalur Gaza

Jalur Gaza juga dikenal sebagai Gaza adalah wilayah Palestina yang lebih kecil dari dua wilayah Palestina lainnya.

Wilayah lainnya adalah Tepi Barat yang membentuk Negara Palestina di wilayah Levant Selatan di Asia Barat .

Dihuni oleh sebagian besar pengungsi Palestina dan keturunan mereka, Gaza adalah salah satu wilayah terpadat di dunia. 

Perkiraan akhir tahun 2024 menyebutkan populasi Jalur Gaza mencapai 2,1 juta jiwa, yang merupakan penurunan 6 persen dari tahun sebelumnya karena perang Gaza .

Gaza berbatasan dengan Mesir di barat daya dan Israel di timur dan utara. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Kota Gaza .

(Tribunnews.com / Namira)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado, Threads Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved