Kasus Perceraian di Sulut
Cerita Fanny dari Minahasa: Pernikahan yang Kandas saat Pandemi, Retak oleh Jarak dan Orang Ketiga
Inilah kisah Fanny (bukan nama sebenarnya), seorang wanita 31 tahun asal Langowan, Kabupaten Minahasa.
Penulis: Petrick Imanuel Sasauw | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID — Tidak ada pasangan yang menikah dengan niat untuk berpisah.
Namun, kenyataan hidup tak selalu sejalan dengan harapan.
Beberapa luka terlalu dalam, beberapa jarak terlalu jauh, dan beberapa rahasia terlalu berat untuk ditutupi.
Inilah kisah Fanny (bukan nama sebenarnya), seorang wanita 31 tahun asal Langowan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, yang akhirnya harus melepaskan ikatan suci pernikahan karena komunikasi yang runtuh dan hadirnya orang ketiga.
Fanny membagikan kisah hidupnya kepada Tribun Manado melalui WhatsApp, Jumat (8/8/2025).
Bukan untuk mencari simpati, katanya.
Tapi untuk menjadi pengingat, bahwa hubungan tanpa komunikasi adalah lahan kering yang mudah terbakar.
Ia menikah pada 2015 dengan pria pilihannya, seorang pekerja konstruksi yang kerap ditugaskan di luar kota.
Mereka belum dikaruniai anak.
Meski sejak awal mereka sering berjauhan karena pekerjaan sang suami, Fanny yakin cinta mereka cukup kuat untuk menembus jarak.
"Awalnya semua baik-baik saja. Kami sering video call, kirim pesan, saling kasih kabar. Saya percaya sama dia," cerita Fanny.
Namun semua berubah saat tahun 2020.
Pandemi COVID-19 mengguncang dunia, termasuk kehidupan rumah tangganya.
Pandemi, Lockdown, dan Jarak yang Membentang.
Saat virus corona merebak, pemerintah memberlakukan pembatasan ketat.
Termasuk penutupan jalur transportasi antardaerah.
Suami Fanny yang saat itu sedang bekerja di luar daerah, terjebak tak bisa pulang.
Lockdown membuat mereka terpisah lebih lama dari biasanya.
“Waktu itu kami masih sering telepon. Pagi, siang, malam. Rasanya kami tetap dekat walau jauh,” ujar Fanny.
Namun, perlahan, sesuatu berubah. Tanda-Tanda yang Tak Bisa Diabaikan
Fanny mulai merasakan perubahan dalam komunikasi mereka.
Telepon yang biasanya penuh tawa dan cerita, kini menjadi pendek, terburu-buru, dan hambar.
"Awalnya saya maklum. Mungkin dia lelah. Tapi lama-lama saya curiga. Dia sering cepat-cepat matikan telepon.
Banyak alasan. Katanya sinyal jelek, lagi sibuk, atau baterai habis," ucapnya dengan nada getir.
Ia mencoba bertahan. Memberi pengertian.
Tapi kecurigaan makin menguat saat Fanny menemukan bahwa suaminya mulai menyembunyikan beberapa hal.
Seperti siapa saja yang ada di sekitarnya, atau mengapa ia sulit dihubungi malam hari.
“Saya tahu ada yang berubah. Saya merasa dia menjauh. Tapi saya belum tahu pasti kenapa,” ungkapnya.
Suatu hari, kebenaran itu terungkap.
Lewat seorang kenalan yang juga tinggal di daerah tempat suaminya bekerja, Fanny mendengar kabar bahwa sang suami sering terlihat bersama seorang perempuan lain.
“Saya pikir itu cuma gosip. Tapi setelah saya tanya baik-baik, dia malah marah. Dari situ, saya sadar ada orang ketiga,” kata Fanny.
Hatinya remuk. Tapi ia tidak serta-merta minta cerai.
Ia mencoba berdamai, bahkan masih memberi kesempatan untuk suaminya menjelaskan.
Tapi kesetiaannya pecah saat melihat sebuah postingan di media sosial.
Di sana ia melihat sang suami sedang berfoto dengan seorang wanita dengan pose mesrah.
Hatinya hancur, saat melihat sang suami sudah punya orang lain.
Komunikasi mereka semakin dingin.
Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk melepaskan.
"Kalau hanya saya yang berjuang, ini bukan pernikahan. Saya lelah. Saya ingin bahagia," tuturnya lirih.
Proses perceraian mereka selesai setahun kemudian, pada 2021.
Kini, Fanny sudah mencoba bangkit.
Ia fokus membangun hidupnya kembali, tinggal bersama orang tua, dan membuka usaha kecil-kecilan dari rumah.
"Saya belajar banyak dari ini. Komunikasi itu bukan cuma soal bicara, tapi soal kejujuran dan saling percaya.
Kalau dua hal itu hilang, hubungan pasti retak," katanya.
Ia percaya, setiap luka membawa pelajaran. Dan setiap perpisahan bisa membuka jalan baru.
"Saya tidak menyesal pernah menikah. Tidak menyesal juga telah berpisah. Itu keputusan terbaik," pungkasnya.
Di akhir percakapan, Fanny menitipkan pesan untuk pasangan lain yang mungkin tengah berjuang mempertahankan rumah tangga.
“Kalau masih bisa diselamatkan, bicaralah dari hati ke hati. Jangan biarkan jarak dan diam menghancurkan yang sudah kalian bangun bersama.
Tapi kalau sudah tak sehat, jangan takut untuk pergi. Kadang, bertahan itu lebih menyakitkan dari melepaskan," tuturnya. (Pet)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca juga: Akademisi Unsrat Manado: Produk Turunan Kelapa Sulut Bisa untuk Farmasi, Otomotif, Helm Anti Peluru
Penanganan Kasus Korupsi Dana Hibah GMIM, Pengacara:Jefry Korengkeng adalah Tom Lembong versi Sulut |
![]() |
---|
Daftar 10 Kampus dengan Jurusan yang Memiliki Gaji Tinggi |
![]() |
---|
Aktivis di Kota Bitung Rocky Oroh: Bendera One Piece Bentuk Perhatian Rakyat untuk Bangsa |
![]() |
---|
Kasus Jefry Korengkeng dalam Dugaan Korupsi Dana Hibah GMIM Disebut Mirip Tom Lembong |
![]() |
---|
Cerita Obi, Penjual Bendera Merah Putih di Minahasa: Sepi Pembeli, Ditanya Bendera One Piece |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.