Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pendapat

Fenomena Bendera One Piece Jelang HUT ke-80 Indonesia, Begini Tanggapan Mahasiswa Unsrat Manado

Tren mengganti foto profil media sosial dengan simbol tengkorak dan topi jerami khas Luffy terlihat marak di kalangan anak muda, termasuk mahasiswa.

|
Kolase TribunManado/Fernando Lumowa/HO
ONE PIECE - Kolase foto Kantor Pusat Universitas Sam Ratulangi Manado dan bendera One Piece. Begini tanggapan mahasiswa Unsrat Manado soal fenomena bendera One Piece. 

TRIBUNMANADO.CO.ID – Jelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, media sosial dihebohkan dengan munculnya fenomena penggunaan simbol bajak laut dari serial anime One Piece.

Berupa bendera khas tokoh utamanya, Monkey D. Luffy.

Fenomena ini menyebar luas di berbagai platform, seperti Instagram, TikTok, dan X (Twitter).

Bahkan menimbulkan perdebatan nasional mengenai makna, etika, dan semangat kebangsaan.

Tak hanya terasa di Pulau Jawa, riak fenomena ini juga sampai ke wilayah Indonesia Timur, termasuk Sulawesi Utara. 

Namun pantauan di beberapa wilayah di Kota Manado, Selasa (5/8/2025), belum ditemukan pemasangan bendera bajak laut Luffy secara fisik di rumah-rumah atau fasilitas umum.

Meski begitu, tren mengganti foto profil media sosial dengan simbol tengkorak dan topi jerami khas Luffy terlihat marak di kalangan anak muda, termasuk mahasiswa.

Banyak yang mengunggah gambar tersebut sebagai bentuk pernyataan sikap.

Beberapa mahasiswa Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado turut memberikan tanggapan terhadap fenomena ini. 

Mereka menilai kemunculan simbol One Piece bukan sekadar ikut-ikutan tren.

Melainkan punya makna yang lebih dalam.

“Bendera bajak laut di anime One Piece itu bukan sekadar lambang. Itu simbol pemberontakan terhadap sistem dunia yang dianggap tidak adil. 

Banyak yang merasa belum benar-benar merdeka, sehingga memilih menyuarakannya lewat simbol ini,” ujar Yohanes Dira, mahasiswa Unsrat.

Ia menegaskan, simbol tersebut digunakan sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah.

Dimana ini dinilai belum mampu mewujudkan keadilan sosial dan kebebasan berekspresi bagi rakyatnya.

“Ini suara dari mereka yang merasa hidup masih dikekang oleh aturan yang tidak berpihak. 

Bukan berarti tidak cinta Indonesia, tapi lebih pada rasa kecewa terhadap situasi saat ini,” tambahnya.

Sementara itu, Joshua, mahasiswa Unsrat lainnya, mengatakan dirinya memahami keresahan yang dirasakan banyak orang. 

Namun mengingatkan bahwa simbol One Piece tidak bisa disetarakan dengan Bendera Merah Putih.

“Boleh saja mengungkapkan pendapat atau bentuk kekecewaan, tapi jangan sampai itu menjadi penghinaan terhadap lambang negara. 

Kalau pun ingin memasang bendera Luffy, harus di bawah bendera Indonesia. Jangan sejajar apalagi lebih tinggi,” ujarnya.

Joshua menekankan pentingnya menjaga semangat nasionalisme, terutama menjelang perayaan HUT RI ke-80.

“Kita boleh kecewa, boleh mengkritik, tapi tetap harus menjunjung tinggi simbol negara. Itu bagian dari etika berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.

(TribunManado.co.id/Pet)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved