Sulut Maju

Tentang KEK: Saatnya Sulawesi Utara Menyembuhkan Dunia

Dok. Pribadi.
PEMPROV SULUT - Staf Khusus Gubernur Sulawesi Utara Bidang Politik dan Kebijakan Fiko Onga. 

Oleh: Staf Khusus Gubernur Sulawesi Utara Bidang Politik dan Kebijakan Fiko Onga

Tulisan ini lahir dari sebuah diskusi keseharian kami sebagai Staf Khusus Gubernur Sulawesi Utara Yulius Selvanus saat senggang maupun menerima tamu di ruang kerjanya baik di Kantor Gubernur Sulut maupun di Graha Negara Bumi Beringin.

Setiap diskusinya selalu ada gagasan segar terhadap ide lompatan untuk Sulut yang lebih maju, sejahtera, dan berkelanjutan. 

Pembangunan kawasan yang dikhususkan di Sulut sudah sejak 2014 yakni Kawasan Ekonomi Khusus melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014, kemudian mulai beroperasi sejak tahun 2019 silam. 

Ada harapan, cita-cita, dan mimpi besar tentang keberadaan zonasi khusus dalam pola ruang di Sulut melalui kawasan ekonomi tersebut. 

Gayung bersambut, KEK Bitung sementara mencari arah pijak pengembangannya, hadirlah Kawasan Khusus untuk Destinasi Wisata Super Prioritas Likupang melalui Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2019 dengan arah pengembangan yang bertujuan membuat Sulut khususnya Likupang menjadi destinasi wisata dengan skala super prioritas. 

Eksistensi dua kawasan ini tentu menjadi peluang emas sekaligus tantangan bagi pemerintah Provinsi Sulut dari periode ke periode. 

Pada 2025 gagasan segar digagas oleh Yulius Selvanus.

Terdapat lompatan besar terhadap arah pengembangan zona khusus yang ada di Sulut, arah konsep pengembangan ini tentu mencari harapan baru untuk lebih mengarahkan pijakan pembangunan.

KEK: Bukan Sekadar Zona Ekonomi, Tapi Zona Penyembuhan

Sulut tidak sedang berbenah untuk sekadar menjadi provinsi yang efisien secara administratif.

Sulut di bawah kepemimpinan Yulius Selvanus tengah merancang lompatan strategis menuju pusat peradaban baru di bibir Pasifik.

Ketika dunia pascapandemi COVID-19 mencari cara baru untuk sembuh secara menyeluruh—bukan hanya fisik, tetapi juga psikis dan sosial—Sulut hadir sebagai calon klinik dunia yang menyambut manusia dari Jepang, Korea, Australia, hingga negara-negara pulau Pasifik.

Dan titik tolak kita bukan sekadar rumah sakit, bukan pula sekadar bandara, melainkan KEK.

Melalui RPJMD 2025–2029, Pemerintah Provinsi Sulut menegaskan komitmen terhadap peningkatan kinerja KEK dan pengembangan logistik hub Asia Pasifik.

Tapi arah kebijakan ini tidak boleh berhenti di meja-meja teknokratik.

KEK bukan hanya infrastruktur fisik, tetapi alat transformasi kebijakan untuk mendistribusikan harapan, penyembuhan, dan kesejahteraan.

Mencontoh Sanur: Menyatukan Wisata dan Medis

Pelajaran penting datang dari Sanur SEZ di Bali. 

Dalam studi Santhi et al. (2024), kawasan tersebut telah diarahkan menjadi medical tourism destination berbasis komunitas. 

Dengan dukungan budaya, lingkungan alami, teknologi, dan pendidikan, KEK Sanur mampu mengintegrasikan nilai-nilai pariwisata, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. 

Sanur mengajarkan bahwa KEK bukan semata kawasan investasi, melainkan wadah pelayanan bernilai kemanusiaan.

Sulut punya modal lebih besar.

Kita punya Likupang, destinasi super prioritas nasional. 

Kita punya Tomohon dan Minahasa, serta Kawasan Mongondow dengan lanskap penyembuhan alami.

Kita punya masyarakat toleran, filosofi Si Tou Timou Tumou Tou, dan ekosistem sosial yang mendukung healing tourism. 

Baca juga: Sosok Aipda RS, Polisi yang Dipecat dari Polri karena Terbukti Gunakan Narkoba

Baca juga: Gempa Bumi Terkini Magnitudo 5.1 SR, Selasa 17 Juni 2025, Terasa hingga Manado Sulut

Semua ini adalah dasar kuat untuk membangun KEK berbasis wisata kesehatan dan kebugaran (wellness tourism).

Ilmu Kebijakan Global: Integrasi adalah Kunci

Pengalaman internasional membuktikan bahwa integrasi antara pariwisata dan layanan medis sangat mungkin dilakukan.

Shaogui Xu dkk. (2022) dalam Frontiers in Public Health menyebut bahwa China mengalami peningkatan coupling coordination antara sistem pariwisata dan sistem medis selama 2012–2019. 

Namun mereka juga menyoroti lemahnya integrasi spasial dan ketimpangan pembangunan antarwilayah. 

Pelajaran bagi kita: tanpa koordinasi lintas sektor dan kepemimpinan pemerintah daerah yang tegas, KEK hanya akan menjadi slogan.

Untuk itu, Sulut perlu menghadirkan kebijakan afirmatif yang menyatukan Dinas Kesehatan, Pariwisata, Investasi, Kominfo, Pendidikan Tinggi, dan industri dalam satu peta jalan KEK Kesehatan. 

Ini bukan kerja satu OPD.

Ini adalah orkestrasi multipihak sebagaimana yang sering disampaikan Yulius Selvanus yakni untuk melahirkan zona penyembuhan berskala regional dan global.

Tiga Pilar Zona Kesehatan: Infrastruktur, Destinasi, Layanan

Ali A. Poorani dan Yuan Fang (2022) dalam buku Medical Travel Brand Management menyusun kerangka keberhasilan Medical Tourism Special Economic Zones (MTSEZs) dalam tiga pilar utama:

1. Infrastruktur zona ekonomi khusus yang siap pakai

2. Daya tarik destinasi pariwisata yang otentik

3. Kualitas layanan kesehatan yang kredibel dan bersertifikat internasional

Sulut sudah memiliki dua pilar pertama yang perlu dikejar dengan sungguh-sungguh adalah pilar ketiga. 

Kita perlu menggandeng investor medis internasional, rumah sakit global, serta institusi pendidikan kedokteran terkemuka untuk membangun pusat-pusat pelayanan unggulan di dalam KEK.

Keadilan Sosial dalam Wisata Kesehatan

Namun, perlu juga kita berhati-hati.

Dalam Handbook on Tourism, Public Health and Wellbeing (2022), Alejziak mengingatkan bahwa pariwisata seringkali hanya menekankan dampak positifnya terhadap pengunjung, tanpa memperhitungkan efek sosiomedis terhadap masyarakat lokal. 

Wisata kesehatan bukan berarti warga lokal justru tersisih dari akses layanan. 

Justru KEK Kesehatan harus menjadi pusat inovasi sistem jaminan kesehatan publik—dengan mengintegrasikan layanan BPJS, program UHC, dan subsidi komunitas lokal dalam desainnya.

Model KEK kita harus inklusif.

Tidak boleh ada dikotomi antara wisatawan dan warga.

Klinik yang dibangun untuk tamu asing, juga harus menjadi rujukan teknologi dan etika pelayanan kesehatan lokal. 

Dengan cara ini, KEK bukan hanya zona ekonomi, melainkan zona keadilan sosial dan kesehatan berkelanjutan.

Baca juga: Gempa Bumi di Sulawesi Utara Siang Ini Selasa 17 Juni 2025, Info BMKG Magnitudonya

Baca juga: Lirik Lagu Indak Gagah Bana - Wawa Naela

Mewujudkan Klinik Asia Pasifik dari Sulut

Mari kita bermimpi besar—dan bekerja lebih besar.

Sulut punya semua: laut biru, langit bersih, masyarakat yang ramah, dan kepemimpinan politik yang progresif.

KEK Minut–Bitung dapat menjadi jembatan bagi pasien dan pelancong dari Asia Pasifik, bukan sekadar jalur logistik industri. 

Wisatawan dari Osaka, Busan, Manila, dan Darwin bisa mendarat di Sam Ratulangi bukan hanya untuk menyelam di Bunaken, tapi untuk menyembuhkan penyakit tulang, memulihkan trauma psikologis, atau mengikuti terapi regeneratif dan wellness retreat.

Kita bisa membangun pusat kesehatan regeneratif di Minahasa.

Kita bisa merancang klinik perawatan kanker payudara bertaraf internasional di Bitung.

Kita bisa menciptakan wellness village dengan yoga, fitofarmaka, dan meditasi di kaki Gunung Klabat dan Lokon.

Semua dengan dukungan KEK dan insentif kebijakan daerah.

Menyembuhkan Dunia dari Ujung Utara Nusantara

Sebagai staf khusus Gubernur Sulut, kami meyakini  bahwa arah kebijakan Yulius Selvanus berkaitan dengan KEK dan logistics hub kita harus lebih dari sekadar statistik dan grafik investasi. 

Ia harus menyentuh aspek terdalam peradaban: kesehatan, kehidupan, dan harapan. 

Dunia hari ini tidak butuh lebih banyak mall dan pabrik.

Dunia butuh lebih banyak tempat untuk sembuh—dan Sulut bisa jadi rumahnya.

Bukan halusinasi jika kita berkata: Manado, Bitung, dan Likupang akan dikenal dunia bukan hanya karena pantainya, tapi karena kemampuannya menyembuhkan.

Jika Sanur di Bali telah memulainya, maka Sulut siap melampaui. 

Kini saatnya kita menulis ulang peta KEK bukan dengan angka dan pajak, tetapi dengan manusia, harapan, dan penyembuhan.

Baca juga: Gempa Bumi Guncang Sulawesi Utara Sore Ini Selasa 17 Juni 2025, Gempanya Baru Saja Terjadi di Sini

Baca juga: Lirik Lagu Dada - Aftershine, Nanging Kudu Meneng Senadyan Lara

Di bawah kepemimpinan Yulius Selvanus dengan lompatan gagasan yang besar mari kita nyatakan: Sulut adalah klinik Asia Pasifik masa depan.

Kita semua adalah arsitek yang membangunnya di bawah komando Yulius Selvanus—bersama, hari ini, untuk dunia yang lebih sehat.(*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.