Golkar Sulut
Jelang Musda Golkar Sulawesi Utara, Pengamat Soroti Dinamika Internal dan Isu Dua Periode
Pengamat politik Sulawesi Utara, Baso Affandi, memberikan tanggapannya terhadap perkembangan tersebut.
Penulis: Petrick Imanuel Sasauw | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Menjelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Sulawesi Utara (Sulut), dinamika internal partai mulai menunjukkan geliatnya secara terbuka.
Salah satu isu yang mencuat adalah mengenai kemungkinan Christiany Eugenia Paruntu (CEP) tidak bisa mencalonkan diri kembali sebagai Ketua DPD I Golkar Sulut karena dianggap telah menjabat dua periode.
Pengamat politik Sulut, Baso Affandi, memberikan tanggapannya terhadap perkembangan tersebut.
Ia menilai dinamika yang terjadi saat ini merupakan bagian dari karakter khas Partai Golkar yang memiliki tradisi kompetisi kuat.
Menjelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Sulawesi Utara yang kabarnya tak lama lagi digelar, dinamika internal partai mulai menunjukkan geliatnya secara terang benderang.
"Ini memang khas Partai Golkar yang memiliki stok kader melimpah dan tradisi kompetisi yang hidup dalam setiap suksesi kepemimpinan,” kata Baso, Senin (2/6/2025).
Ia menyebut nama-nama kuat mulai mengemuka, seperti Christiany Eugenia Paruntu (CEP) dan Tonny Lasut (TL), yang menurutnya merepresentasikan dua kutub kekuatan politik internal yang sama-sama berpengaruh.
Dalam situasi seperti ini, menurutnya, narasi politik menjadi senjata utama.
Pihak yang ingin mendorong pergantian kepemimpinan mulai mengangkat isu pembatasan dua periode, seolah CEP tak lagi bisa mencalonkan diri.
Sementara itu, loyalis CEP meng-counter dengan narasi bahwa CEP masih sangat layak.
"Berbekal pengalaman, jejaring nasional, kemampuan manajerial, serta hubungan baik dengan struktur DPP dan pemerintah pusat,” ujarnya.
Baso menilai kondisi ini menciptakan pertarungan yang cukup sengit dan bisa membuka ruang munculnya figur alternatif.
Namun, ia mengingatkan bahwa siapapun figur yang ingin tampil harus memiliki kemampuan komunikasi politik yang kuat.
Dalam tradisi Golkar, pertarungan semacam ini justru membuka ruang munculnya figur alternatif, sosok yang dianggap bisa menjadi penengah dan menyatukan dua arus besar tersebut.
"Namun tentu, siapapun figur yang ingin tampil harus memiliki kemampuan membangun komunikasi, menguasai medan organisasi, dan mempengaruhi pemilik suara secara strategis,” jelasnya.
Ia juga menggarisbawahi bahwa hasil akhir Musda tidak semata ditentukan oleh aturan tertulis atau popularitas.
Tetapi juga oleh kompromi politik yang mungkin terbentuk di kalangan elite partai.
Menurutnya, Golkar dikenal sebagai partai yang lihai dalam kompromi.
"Jika kompromi terjadi, skenario yang mungkin adalah CEP tetap menjadi ketua dan TL menjadi sekretaris, atau sebaliknya: TL Ketua, dan CEP mendorong figur loyalisnya mengisi posisi sekretaris.
Bahkan, tak menutup kemungkinan muncul figur baru sebagai jalan tengah yang dapat diterima oleh semua pihak,” kata Baso.
Kata dia, intinya politik adalah seni komunikasi dan kompromi.
"Maka dalam helat Musda kali ini, peta kekuatan dan kesepakatan elit partai akan menjadi faktor penentu, bukan semata aturan tertulis atau popularitas semata,” pungkasnya. (Pet)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
Kantongi Suara Signifikan, CEP Tetty Paruntu Penuhi Persyaratan Calon Ketua Golkar Sulut di Musda |
![]() |
---|
Masa Kepemimpinan CEP Diperpanjang, Akan Pimpin Golkar Sulut hingga Musda 2025 |
![]() |
---|
Jubir Golkar Sulut Beberkan Kisah di Balik Pertemuan 11 Ketua DPD dan Tetty Paruntu di Jakarta |
![]() |
---|
Feryando Lamaluta Kunjungi Tribun Manado, Bahas Persiapan Musda Golkar Sulut 2025 di Podcast |
![]() |
---|
11 Ketua DPD Golkar di Sulawesi Utara Angkat Jari C, Yoyo: Ini Silaturahmi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.