Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Travel

Tak Hanya Bunaken, Ini 3 Wisata Religi Manado Berhasil Pukau Turis Shanghai

Kota berjuluk Tinutuan ini punya sederet wisata religi kelas dunia yang dapat mencuri hati turis asing.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
Tribunmanado.com/Arthur Rompis
TEMPAT WISATA - Klenteng Ban Hin Kiong, Patung Yesus Memberkati , dan Gereja Sentrum di Kota Manado, Sulawesi Utara. Tiga tempat wisata tersebut memukau turis Tiongkok. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Gelombang turis Tiongkok dari Kota Shanghai terus mendatangi Sulawesi Utara.

Salah satu lokasi yang didatangi adalah Kota Manado.

Manado memiliki objek wisata pantai yang sudah mendunia, namanya Bunaken.

Namun Manado tak hanya Bunaken.

Kota berjuluk Tinutuan ini punya sederet wisata religi kelas dunia yang dapat mencuri hati turis asing.

Salah satunya Patung Yesus Memberkati, ada pula gereja dengan Tugu Perang Dunia II.

Berikut tiga wisata religi andalan Manado yang memukau turis Tiongkok:

1. Klenteng Ban Hin Kiong

Klenteng Ban Hin Kiong adalah klenteng tertua di Kota Manado, didirikan pada tahun 1819.

Keberadaannya di Manado selama beberapa abad diwarnai sejumlah peristiwa yang diklaim sebagai mukjizat.

Pada 1930 misalnya, Kota Manado dilanda wabah penyakit kolera.

Korban jiwa berjatuhan.

Pihak klenteng berinisiatif menggelar sembahyang khusus.

Setelah itu, kio/tandu dari klenteng digotong keliling kota.

Wabah pun hilang setelahnya.

Pada tahun 1819, saat bangunan klenteng masih semi permanen, pernah terjadi kebakaran besar di seputaran klenteng.

Keajaiban terjadi saat api mendekati klenteng, api tiba-tiba tegak lurus lantas padam.

Klenteng Ban Hin Kiong, Manado, Sulawesi Utara.
Klenteng Ban Hin Kiong, Manado, Sulawesi Utara. (tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)

Saat perang Permesta versus pemerintah pusat, salah satu meriam ditembakkan ke klenteng.

Pelurunya nyasar di bawah altar Yang Suci Kong Tek Cun Ong namun tidak meledak.

Pada masa Perang Dunia II, Manado luluh lantak dihantam bom Sekutu.

Salah satu yang utuh adalah Klenteng Ban Hin Kiong.

Pada peristiwa 14 Maret 1970, Klenteng habis terbakar, kecuali satu arca yang terbuat dari kayu, arca tersebut adalah salah satu arca dari Hok Lok Siu (Dewa Panjang Umur).

Klenteng tersebut juga menjadi saksi dari kerukunan antar umat beragama di Manado.

Berada di Kampung Cina yang diapit Kampung Arab serta pemukiman Suku Gorontalo dan Minahasa, klenteng itu juga berada tak jauh dari gereja serta masjid. 

Selain sebagai tempat ibadah penganut Tridharma, juga warisan budaya bagi Manado.

Klenteng ini telah mewarnai sejarah kota.

Menurut cerita, klenteng tersebut didirikan seorang dari Tiongkok. 

Terombang-ambing di laut, dia berjanji bakal mendirikan sebuah kelenteng di tempatnya terdampar jika selamat.

Baca juga: Orang Tua Nahtasya Antou Wanita Manado yang Meninggal di Kamboja Minta JR Tanggung Jawab Uang Donasi

Baca juga: Lirik Lagu Idgitaf - Takut - Sudah di Kepala Dua

2. Gereja Sentrum dan Tugu Perang Dunia II

Di pusat Kota Manado, ada sebuah gereja bernama Gereja Sentrum Manado atau lengkapnya Gereja Masehi Injil di Minahasa (GMIM) Sentrum Manado.

Gereja ini terletak di Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang.

Menurut sejarah, gereja ini berdiri sejak tahun 1677.

Gereja ini merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda dan tertua di Manado.

Dulu namanya bukan GMIM Sentrum, tetapi Gereja Besar (Oude Kerk) Manado.

Nama “Sentrum” baru digunakan setelah kemerdekaan.

Di masa silam, gereja ini berada di bawah binaan Indische Kerk atau Gereja Negara.

Namun, kehidupan rohani yang dikuasai oleh negara menimbulkan ketidakpuasan.

Hal tersebut kemudian mendorong lahirnya KGPM pada 1933 sebagai jawaban atas pemisahan gereja dari negara.

Pada masa Indische Kerk, pelayanan administrasi Gereja di Minahasa dan Bitung berpusat di Manado.

Kemudian sejak 30 September 1934, Gereja Protestan di Manado, Minahasa, dan Bitung dinyatakan berdiri sendiri dengan sebutan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM).

Kedudukan kantornya pun tidak lagi di Manado, tapi dipindahkan ke Tomohon.

TUGU PERINGATAN - Selasa (13/5/2025) pagi, ratusan turis Cina berkunjung ke Tugu Peringatan Perang Dunia Kedua dan Gereja Sentrum yang berada sekompleks di pusat kota Manado.
TUGU PERINGATAN - Selasa (13/5/2025) pagi, ratusan turis Cina berkunjung ke Tugu Peringatan Perang Dunia Kedua dan Gereja Sentrum yang berada sekompleks di pusat kota Manado. (Tribun Manado/Arthur Rompis)

Pada masa pendudukan Jepang, Gereja Sentrum pernah dijadikan sebagai markas MSKK (Manado Syuu Kiri Sutokyop Kyookai) yang dipimpin oleh Pendeta Jepang Hamasaki.

Sayangnya, bangunan gereja ini hancur dibom ketika Perang Dunia II.

Pada 1946-1947, dibangunlah Monumen Perang Dunia II oleh Sekutu/NICA, dengan arsiteknya Ir Van den Bosch, letaknya tepat di samping lokasi Gereja Sentrum.

Monumen ini dibangun sebagai suatu kenangan terhadap korban Perang Pasifik, baik dari pihak Sekutu, Jepang, maupun rakyat, semasa Perang Dunia II berlangsung.

Pada tahun 1952, gereja yang merupakan artefak budaya ini dibangun kembali dan ditahbiskan 10 Oktober 1952.

Bangunannya bercorak khas Gereja Protestan di Belanda yang berbentuk persegi sebagai simbol empat penjuru mata angin.

Bangunan GMIM Sentrum Manado telah beberapa kali direnovasi dan mengalami perubahan.

Posisi mimbar yang sebelumnya menghadap ke utara dipindahkan dari utara menghadap ke timur, namun keaslian dinding dan pilarnya tetap dipertahankan.

Sebagai pusat kegiatan keagamaan dan objek wisata religi, GMIM telah banyak didatangi wisatawan.

Baca juga: Mahasiswa UT Ternate Eksplorasi Dunia Industri dan Praktek Guiding di Manado

Baca juga: Kunci Gitar Dere - Berisik - Chord C

 

Ratu Beatrix dari Belanda dan suaminya, Pangeran Claus Van Amsberg, pun pernah mengunjungi gereja di ibu kota Sulawesi Utara ini pada 1995.

3. Patung Yesus Memberkati

Sejak dibangun tahun 2007 silam, patung Yesus Memberkati yang terletak di kawasan perumahan elite CitraLand ini telah menjadi ikon Kota Manado, Sulawesi Utara.

Monumen Yesus Memberkati ini telah menjadi destinasi wisata religi di Provinsi Sulawesi Utara.

Pada sebuah taman kecil yang dibangun menghadap patung ini, menjadi spot warga untuk menikmati megahnya patung ini beserta pemandangan indah di sekitarnya.

Patung ini dibangun setinggi 30 meter, di atas penopang setinggi 20 meter.

Terbuat dari bahan dasar fiber, dengan topangan serangkaian besi baja.

Total ketinggiannya mencapai 50 meter.

Patung ini berwarna putih dan menghadap langsung ke pusat Kota dan Teluk Manado.

Dibangun miring, condong ke depan seperti terbang, dengan pakaian yang diterpa angin.

Patung ini juga menjadi simbol kerukunan umat beragama di Sulut, yang mayoritasnya beragama Kristen.(*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved