Renungan Harian Kristen
Pelita, Renungan P/KB GMIM 26 Januari - 1 Februari 2025, Lukas 16:19-31, Saat Hidup Berdiakonialah
Pelita, renungan ibadah Pria Kaum Bapa (P/KB) GMIM, selama sepekan Minggu 26 Januari sampai Sabtu 1 Februari 2025.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pelita, renungan ibadah Pria Kaum Bapa (P/KB) GMIM, selama sepekan mulai Minggu 26 Januari sampai Sabtu 1 Februari 2025.
Pembacaan alkitab terdapat pada Lukas 16:19-31.
Tema perenungan adalah Saat Hidup Berdiakonialah.
Khotbah,
Sahabat-sahabat Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan,
Kita sudah berada di penghujung bulan Januari tahun 2025 ini.
Rasanya seperti baru minggu yang lalu kita merayakan tahun baru, tapi itulah hidup, memang singkat adanya.
Masa hidup manusia di dunia terbatas. Perumpamaan yang diceritakan Yesus juga menyiratkan hal tersebut.
Siapa pun dan apa pun kedudukannya, orang kaya maupun orang miskin akan meninggalkan dunia ini bila sudah tiba ajalnya.
Namun kematian di dunia yang fana ini bukanlah akhir bagi manusia, sebagaimana tergambar dalam Injil Lukas 16:19-31.
Sahabat-sahabat yang dikasihi Tuhan,
Perumpamaan yang diceritakan Yesus ini tentu saja berhubungan dengan keadaan sosial dan keagamaan di tengah
masyarakat Yahudi.
Yang jelas bahwa ada orang kaya dan ada orang miskin, bahkan pengemis.
Namun yang hendak disorot oleh Yesus adalah gaya hidup seorang kaya yang sehari-hari hidup dalam kesenangan dan kemewahan namun tidak peduli dan tidak berbuat apa-apa untuk menolong orang yang sangat miskin dan menderita, yang selalu dilihatnya.
Dari pakaian yang dikenakannya; jubah ungu yang mahal, orang kaya itu mempunyai kedudukan penting dalam
keagamaan.
Itu artinya, orang kaya itu semestinya lebih memiliki kesadaran untuk berbuat sesuatu terhadap sesama yang benar-benar membutuhkan pertolongannya.
Memang orang kaya itu tidak mengusir pengemis yang datang mendekat kepadanya yang menunggu sisa-sisa makanan yang dibuang dari meja makannya namun kenyataannya bahwa orang kaya itu tidak memberi perhatian secara langsung terhadap Iazarus yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Di sinilah letak kesalahan dari orang kaya itu. Ia tidak berbuat kebaikan yang wajib untuk dilakukannya.
Orang menjadi berdosa bukan saja karena berbuat kejahatan tetapi juga karena tidak berbuat kebaikan yang sanggup dilakukannya.
Apalagi orang kaya itu selalu menampilkan kemewahan, kekayaan dan kesenangan.
Sahabat Pria/Kaum Bapa yang diberkati Tuhan,
Bagian firman Tuhan ini memperingatkan semua orang yang mempunyai kemampuan terutama orang-orang kaya untuk
dapat menolong sesama yang miskin dan menderita apalagi mereka yang nyata-nyata berada di depan mata.
Tuhan sama sekali tidak melarang orang untuk menjadi kaya.
Tuhan tak pernah memusuhi orang kaya. Justru Tuhanlah yang telah memberi berkat sehingga orang dapat menjadi kaya dan menikmati buah dari kerja kerasnya.
Namun yang tidak dikehendaki Tuhan adalah jika seseorang memanfaatkan kekayaannya hanya untuk kesenangan diri sendiri; apalagi pamer kekayaan, kemewahan; menjadi sombong dan tidak peduli terhadap sesama yang benar-benar membutuhkan pertolongannya.
Perhatian Yesus terhadap kaum yang lemah memang menjadi salah satu ciri khas Injil Lukas, termasuk dalam
perumpamaan ini.
Di mana Lazarus menjadi potret dari kalangan status sosial rendah; yang dicap miskin, hina dan terpinggirkan.
Untuk itu Yesus dan Lukas mau mendorong orang percaya untuk dapat melayani dan mengangkat derajat hidup orang-orang yang termarjinalisasi.
Sahabat Pria/Kaum Bapa yang dikasihi Tuhan,
Firman Tuhan saat ini memberi pesan moral kepada semua orang bahwa selagi hidup dan berkemampuan
berdiakonialah.
Jangan menjadi sombong, egois, kikir, materialisme dan hedonisme.
Antara kebaikan dan keburukan perilaku terbentang perbedaan. Demikian juga gambaran jurang yang tak terseberangi antara surga dan neraka.
Keadaan manusia sesudah kematian, yang dilukiskan dengan kebahagiaan bersama Abraham di tempat yang tinggi, dan penderitaan kesakitan di alam maut yang dalam.
Perumpamaan ini berangkat dari anggapan di kalangan Yahudi bahwa sesudah kematian orang akan pergi kepada bapa Abraham.
Perumpamaan ini juga mau mengingatkan kita bahwa hidup adalah kesempatan untuk mendengar dan melakukan firman Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci.
Tidak ada lagi kesempatan kedua untuk bertobat sesudah kematian.
Jangan sekali-kali mengabaikan pemberitaan firman saat itu diperdengarkan kepada kita.
Ingat bahwa selama kita berada di dunia ini, tidak ada lagi yang dapat kita dengarkan untuk memperingatkan kita selain firman Tuhan, agar kita tidak menjadi sombong, egois dan tamak.
Firman itulah yang akan menuntun kita maupun keluarga kita menuju ke tempat kebahagiaan dan bukan penderitaan yang kekal. Amin.
Sumber: Komisi Pria kaum Bapa GMIM Edisi Desember 2024 -Januari 2025
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Renungan Harian Kristen Markus 2:1-12, The Power of Trust |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Markus 1:21-28, The Power of Change |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen, Matius 25:34-36, Kepedulian Terhadap Sesama Mendatangkan Berkat |
![]() |
---|
Obor Pemuda GMIM, Renungan Senin 15 September 2025, Matius 25:31, Kedatangan Anak Manusia |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Senin 15 September 2025, Matius 25:32-33, Yesus Kristus Hakim yang Adil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.