Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kecelakaan di Manado

Pengakuan Ibu Siswa SD Korban Kecelakaan Maut di Jalan GPI Manado Sulawesi Utara, Sempat Tanya Ayah

Berikut ini pengakuan ibu korban kecelakaan maut di Ring Road Jalan GPI, Manado, Sulawesi Utara (Sulut) pada hari ini Selasa 17 September 2024 pagi.

|
Tribun Manado
Pengakuan Ibu Siswa SD Korban Kecelakaan Maut di Jalan GPI Manado Sulawesi Utara, Sampat Tanya Ayah 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut ini pengakuan ibu korban kecelakaan maut di Ring Road Jalan GPI, Manado, Sulawesi Utara (Sulut) pada hari ini Selasa 17 September 2024 pagi.

Hal ini diungkapkan oleh Dahliani ibu dari Aprilio salah satu korban meninggal kecelakaan di Jalan GPI.

Dahliani mengatakan tidak ada firasat namun, semalam sebelumnya kurang enak badan.

Kata dia, Aprilio senang ke kolam renang akhir-akhir ini.

Diketahui sebelumnya, kecelakaan di Ring Road Jalan GPI menyebabkan 2 korban meninggal di antaranya Aprilio.

Ini keterangan Dahliani, Ibu korban yang menceritakan kejadiaan sebelum terjadi kecelakaan.

Diceritakan kepada Tribunmanado.co.id, ibu dari Aprilio salah satu siswa SD korban tewas, bercerita dengan mata berkaca-kaca.

Pagi tadi merupakan momen terakhir dengan korban.

Ia tak menyangka, pagi itu akan menjadi momen terakhirnya melihat Aprilio hidup. 

Sejak malam sebelumnya, Dahliani merasa kurang enak badan.

Tetapi tak ada firasat buruk sedikit pun.

"Aprilio beberapa hari ini memang suka sekali ke kolam berenang.

Dia selalu tanya kapan bisa pergi berenang lagi.

Sudah beberapa hari dia minta ke papanya, tapi papanya sibuk, jadi dibilang nanti saja," kenangnya.

Hari itu, Aprilio sudah bersiap-siap, bahkan hampir seharian penuh dia sudah menggunakan pelampung. 

"Kakaknya bahkan sudah berencana memesan kolam renang plastik via online," lanjut Dahliani, dengan suara yang bergetar.

Pagi itu, sang ayah sempat mengantar kakak Aprilio untuk membeli air, lalu kembali untuk menjemput Aprilio menuju tempat bus sekolah.

"Dia sempat tanya ke saya, ayah mana, lama sekali, takutnya Aprilio ketinggalan bus," cerita Dahliani.

Saat Aprilio sudah berangkat, Dahliani kembali melanjutkan aktivitas di rumah.

Namun, tak lama setelahnya, kejutan tak terduga menghampirinya. 

"Saya lihat media sosial, ada kabar kecelakaan.

Saya langsung panik.

Saya tancap gas tanpa pikir panjang, langsung menuju lokasi," ujarnya.

Ketika tiba di tempat kejadian, Dahliani panik.

"Saya panik, saya cari anak saya.

Saya histeris, barang-barang di motor sudah tidak peduli.

Kunci motor, uang, semua saya tinggalkan," katanya.

Ia sempat melihat anaknya tergeletak kaku di tempat kejadian.

"Ada seorang guru yang memeluk Aprilio, dia sempat membuka mata," lanjutnya.

Sayangnya, meski Aprilio sempat dilarikan ke Rumah Sakit Hermina Manado, nyawanya tidak tertolong. 

Saat ini, jenazah kemudian dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses visum sebelum diserahkan kepada keluarga.

Aprilio adalah anak bungsu dari empat bersaudara. 

Kehilangan seorang anak adalah duka yang sulit diterima, dan bagi Dahliani, tragedi ini terasa begitu berat. 

"Tak ada firasat apa-apa.

Saya tak menyangka, ini adalah perpisahan kami dengan Aprilio," ucapnya. 

Pihak keluarga korban tampak memadati area lokasi, dari informasi jenazah direncanakan akan dimakamkan pada besok hari di area Perumahan GPI.

Jenazah Menuju Rumah Duka

Dua korban meninggal dalam kecelakaan lalu lintas di Jalan Ringroad, Manado, segera menuju rumah duka masing-masing.

Proses visum kedua korban berlangsung kurang lebih dua jam di Rumah Sakit Bhayangkara, Manado.

Setelah selesai, kedua jenazah dimasukkan ke dalam peti berwarna putih, lalu ke mobil ambulans.

Sebelum menuju rumah duka, diadakan ibadah singkat untuk kedua korban di rumah sakit.

Pihak keluarga juga sempat melihat kondisi korban.

Tangisan pecah saat kedua orang tua korban melihat kondisi korban pasca di visum.

Rombongan keluar dari Rumah Sakit pukul 15.20 Wita.

Keluarga korban yang sudah menunggu mengikuti ambulans menuju rumah duka di Perumahan GPI, Manado.

Kedua korban, Aprilio Lele dan Jaziel Sading, merupakan siswa Sekolah Dasar Yayasan Berea GPDI Mapanget.

Detik-detik kecelakaan

Korban kecelakaan maut di jalan GPI Manado Sulawesi Utara, menceritakan detik-detik sebelum terjadi kecelakaan pada hari Selasa (17/9/20240 pagi tadi.

Siswa korban yang duduk di depan samping sopir, menceritakan bahwa bus melaju cukup cepat.

Kemudian bus hilang kendali dan menabrak pembatas jalan.

Saat ditanya, Leo mengiyakan jika sopir sempat melihat kebelakang sebelum insiden terjadi.

"Iya," ucapnya dengan nada gemetar.

Siswa korban lainnya katakan setelah kecelakaan, sopir sempat berusaha membantu para korban keluar dari kendaraan.

Sopir trauma

Minibus tersebut dikemudikan oleh Ezra Mongkau (24).

Ezra diketahui baru saja menyelesaikan kuliah pendeta dan sementara praktik di GPdI Pusat Manado.

"Dia baru saja selesai sekolah pendeta, jadi sementara praktik pelayanan di gereja besar," ujar orang tua Ezra, Bobby, saat ditemui Tribumanado.co.id.

Pihak keluarga sangat keget ketika mendengar anaknya mengalami kecelakaan.

"Kami kaget tiba-tiba dia telepon, Ezra alami kecelakaan dan ada korban jiwa," jelasnya.

Menurutnya, ini adalah musibah yang tidak disengaja.

Namun semua prosesnya diserahkan kepada pihak kepolisian.

"Sementara dia ditahan di Polsek Mapanget, kami belum diizinkan untuk bertemu.

Dari telepon Ezra dengan saya sebelumnya dia mengaku trauma karena semua siswa yang dijemput kenal dekat dengan dia," pungkasnya.

(TribunManado.co.id)

Baca Berita Tribun Manado di Google News

Kecelakaan Lalu Lintas Lainnya

WA TribunManado.co.id : KLIK

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved