Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Likuifaksi di Mitra

5 Fakta Likuifaksi di Mitra Sulawesi Utara: Ada Rumah Terdampak, Warga Selamatkan Diri, Jalan Rusak

Berikut Fakta-Fakta Bencana Likuifaksi di Minahasa Tenggara Sulawesi Utara kemarin Selasa 25 Juni 2024.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Indry Panigoro
Dok BPDB Mitra
Tim dari Dinas ESDM Pemprov Sulawesi Utara (Sulut) turun langsung melihat dampak dari bencana likuifaksi di desa Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Selasa 25 Juni 2024. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Warga di Desa Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Minahasa Tenggara ( Mitra ), Sulawesi Utara ( Sulut ) langsung mengungsi.

Itu setelah di Basaan Dua terjadi likuifaksi.

Karena likuifaksi ini, sejumlah rumah warga rusak.

Pun jalan juga rusak parah.

Kejadian ini terjadi pada Selasa 25 Juni 2024 kemarin .

Berikut Fakta-Fakta Bencana Likuifaksi di Minahasa Tenggara Sulawesi Utara.

1. Belasan rumah terdampak

Jalan di desa Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), yang rusak akibat bencana likuifaksi, Selasa 25 Juni 2024.
Jalan di desa Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), yang rusak akibat bencana likuifaksi, Selasa 25 Juni 2024. (Dok BPBD Mitra)

Dari informasi yang diperoleh Tribunmanado.co.id, sebanyak 12 rumah di desa basaan terdampak likuifaksi.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Mitra Dontry Wongkaren saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut.

Menurutnya, ada 12 rumah di desa Basaan Dua terdampak likuifaksi.

"Dari 12 rumah tersebut ada empat yang rusak berat," kata dia via telepon.

Dontry mengatakan saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan Pemprov Sulut terkait bencana tersebut.

"Kita masih akan berkoordinasi untuk menentukan langkah apa yang akan diambil," tegas dia. 

2. Warga selamat kan diri

Salah satu akses jalan yang rusak akibat likuifaksi di desa Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Sulawesi Utara (Sulut), Selasa 25 Juni 2024.
Salah satu akses jalan yang rusak akibat likuifaksi di desa Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Sulawesi Utara (Sulut), Selasa 25 Juni 2024. (Tribun Manado/Nielton Durado)

Sejumlah warga  yang rumahnya terdampak saat ini mengungsi di rumah-rumah warga yang lokasinya aman dari likuifaksi

Kaban BPBD Mitra Sandra Kindangen kepada Tribunmanado.co.id, Selasa 25 Juni 2024 mengatakan ada empat keluarga yang terpaksa mengungsi.

"Sampai malam ini ada empat keluarga yang mengungsi berdasarkan laporan yang masuk ke kami," ujarnya.

Ia menuturkan rumah dari keempat keluarga tersebut rusak parah.

Bahkan sudah tak bisa ditinggali lagi oleh mereka.

"Sekarang mereka mengungsi ke rumah keluarganya. Kita masih mencari solusi untuk warga yang terdampak bencana ini," ungkap dia.

3. Akses jalan rusak parah

Bencana likuifaksi di Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Sulawesi Utara, Selasa (25/6/2024).
Bencana likuifaksi di Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Sulawesi Utara, Selasa (25/6/2024). (BPDB Mitra)

Akses jalan di desa Basaan juga rusak akibat likuifaksi

Dari pantauan Tribunmanado.co.id, akses jalan utama di desa Basaan Dua retak.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Mitra Dontry Wongkaren saat dikonfirmasi mengatakan jalan dan rumah merupakan yang paling parah terdampak.

Ia membeberkan, likuifaksi adalah bencana dimana adanya pergerakan tanah.

"Hampir seperti longsor. Karena pemicunya sama-sama dari cuaca ekstrim," ungkap dia.

Saat ini sudah ada tim dari Dinas ESDM Sulut yang melakukan pemantauan di lokasi likuifaksi.

"Kami harapkan segera ada jalan keluar," ungkapnya.

4. Ini yang Dilakukan warga

Tim dari Dinas ESDM Pemprov Sulawesi Utara (Sulut) turun langsung melihat dampak dari bencana likuifaksi di desa Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Selasa 25 Juni 2024.
Tim dari Dinas ESDM Pemprov Sulawesi Utara (Sulut) turun langsung melihat dampak dari bencana likuifaksi di desa Basaan Dua, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Selasa 25 Juni 2024. (Dok BPDB Mitra)

Kaban BPBD Mitra Sandra Kindangen mengatakan warga bersama BPBD Mitra bergotong royong membersihkan material tanah akibat likuifaksi.

Sementara itu, tokoh masyarakat desa Basaan Dua Stevi Keintjem meminta agar Pemkab Mitra bertindak membantu warga terdampak likuifaksi.

"Harus segera bertindak. Karena ada belasan rumah yang rusak," kata dia.

Ia mengatakan pemerintah harus hadir di tengah permasalahan dari masyarakatnya.

"Harus cari solusinya. Karena itu tugas dari pemerintah," tegas dia.

5. Tim Geologi Turun Lapangan 

Tim dari Dinas ESDM Pemprov Sulut langsung melakukan pemantauan dan mengecek dampak dari bencana likuifaksi tersebut.

Kaban BPBD Mitra Sandra Kindangen saat dikonfirmasi mengatakan tim Geologi dari Dinas ESDM Sulut sudah melakukan pengecekan.

"Tadi tim dari TRC BPBD Mitra mendampingi langsung proses pengecekan di desa Basaan Dua," kata dia. 

"Tim Geologi mengatakan bencana likuifaksi ini jarang terjadi. Selanjutnya mereka akan berkoordinasi dengan pak Gubernur terkait langkah-langkah yang akan diambil," tegas dia. 

Sandra mengatakan tim dari Dinas ESDM Sulut juga akan membuat laporan ke Litbang terkait hasil pemantauan ini.

"Kami berharap ada tindaklanjut dari Pemprov Sulut agar warga yang terdampak bisa direlokasi atau setidaknya mendapatkan solusi terbaik," tegas dia.

Apa Itu likuifaksi

Dilansir Kompas.com dari Institut Teknologi Bandung (ITB), ahli geologi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, mengatakan bahwa likuifaksi adalah perubahan material yang padat (solid), dalam hal ini berupa endapan sedimen atau tanah sedimen, menjadi seperi cairan (liquid).

Dr. Imam menjelaskan, fenomena likuifaksi sebenarnya hanya bisa terjadi pada tanah yang jenuh air (saturated).

Air tersebut terdapat di antara pori-pori tanah dan membentuk yang disebut sebagai tekanan air porii.

Dalam hal ini, tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi umumnya tersusun dari material yang didominasi oleh ukuran pasir.

Ketika ada gempa bumi yang menghasilkan gaya guncangan yang sangat kuat dan tiba-tiba, tekanan air pori naik seeketika hingga terkadang melebihi kekuatan gesek tanah terseebut.

Proses inilah yang menyebabkan terjadinya likuifaksi dan material pasir penyusun tanah menjadi seakan melayang di antara air.

Menurut Dr. Imam, jika posisi tanah berada di suatu kemiringan, tanah dapat ‘bergerak’ ke bagian bawah lereng sehingga benda-benda di atasnya, seperti rumah, tiang listrik, pohon, dan lain-lain ikut terbawa.

Potensi terjadinya likuifaksi

Dr. Imam mengatakan, potensi likuifaksi pada suatu wilayah bisa diidentifikasi, bahkan dihitung.

Identifikasi ini bisa dilihat dari jenis tanahnya yang umumnya berupa pasir hingga pendekatan analitik kuantitatif, dengan menghitung indeks potensi lukuifaksi.

Secara umum, fenomena likuifksi terjadi pada wilayah yang rawan terjadi gempa bumi, muka air tanah dangkal, dan tanahnya kurang terkonsilidasi dengan baik.

Menurut Dr. Imam, likuifaksi biasanya terjadi pada gempa bumi di atas 5 SR dengan kedalaman sumber gempanya termasuk kategori dangkal.

Material yang terlikuifaksi ini berada pada kedalaman sekitar 20 meter, meski terkadang lebih dari 20 meter, bergantung penyebaran tanahnya.

Fenomena likuifaksi pun hanya terjadi di bawah muka air tanah dan tidak terjadi di atas muka air tanah.

Mitigasi bencana likuifaksi

Dilansir dari Teknik Geologi, Universitas Syiah Kuala, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya mitigasi bencana likuifaksi, yakni:

1. Evaluasi kondisi geologi

Evaluasi kondisi geologi berguna untuk mengenali sifat fisik dari material pembentuk lapisan tanah dan umurnya.

2. Evaluasi kondisi kegempaan

Likuifaksi hanya terjadi jika ada eenergi dan durasi gempa bumi yang cukup untuk memicunya.

Besarnya energi dan durasi ini menjadi batas ambang dengan kemampuan lapisan tanah untuk meredamnya.

3. Evaluasi kondisi muka air tanah

Kondisi lapisan tanah yang jenuh air ketika terinduksi gelombang gempa bumi akan menunjukkan kerentanan yang sangat tinggi untuk terlikuifaksi.

Upaya konkret dalam bentuk koordinasi dan sinkronisasi data antar lembaga harus diinisiasi untuk memperoleh gambaran yang akurat akan ketiga kondisi tersebut. (Kompas.com/Tribunmanado.co.id)

 

 

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved