Berita Sulawesi Utara
Sosok Maxi Rondonuwu, Putra Sulut yang Dijuluki Pahlawan Covid-19, Kini Purna Tugas dari Kemenkes
Maxi menjabat Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI di era Covid 19 yang gelap dan membingungkan
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Gryfid Talumedun
MANADOTRIBUN.CO.ID - Maxi Rondonuwu purna tugas dari jabatannya sebagai Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memberi apresiasi tinggi terhadap Maxi. Lewat akun instagramnya @bgsadikin, Menkes RI menjuluki Maxi pahlawan Covid 19.
"Pak Maxi berhasil wujudkan program vaksinasi COVID dalam waktu 1 tahun 9 bulan," kata dia.
Sebut Budi, prestasi itu sangat fenomenal. Karena dengan hitung hitungan biasa, mustinya itu kelar 10 tahun.
"Cukup 11 bulan, bisa mencapai persen target vaksinasi nasional," kata dia.
Maxi mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan padanya semasa menjabat Dirjen P2P.
Menurut dia, kerja hebat di masa Covid dapat terwujud berkat sentuhan Menteri yang sangat hebat.
"Beban berat yang dibebankan ke kita semua semasa Covid 19 dapat dijalankan karena pak Menteri membuat kebijakan yang sangat hebat," kata dia.
Indonesia mencuri panggung dunia di era Covid 19 lalu dengan menjadi negara yang paling sukses dalam menjalankan vaksinasi.
Tak banyak yang tahu, tokoh dibalik keberhasilan ini adalah seorang putra kawanua.
Namanya Maxi Rondonuwu.
Maxi menjabat Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI di era Covid 19 yang gelap, membingungkan dan penuh keputusasaan.
Tugas sejarah yang sulit.
Tapi Maxi menunjukkan bahwa ia berada di sana sebagai alat Tuhan untuk membawa berkat bagi bangsa.
Tangan dingin Maxi dalam kapasitasnya sebagai Dirjen membuat Indonesia berhasil menuntaskan vaksinasi Covid 19 hanya dalam tempo 10 bulan.
Nama Maxi harum semerbak, hingga ia pun digadang masuk Kabinet Prabowo - Gibran.
Tribun mewawancarai Maxi di salah satu lokasi di Manado pada Jumat (24/5/2024) lalu.
Sosok yang selalu tampil berwibawa di televisi saat heboh Covid 19 beberapa tahun lalu itu, ternyata begitu sederhana.
Malah terlalu sederhana, dengan kaos dan celana panjang kain.
Maxi juga diberkahi keramahan yang natural dan tak pandang bulu.
"Ayo minum kopi dulu," kata dia.
Wawancara berlangsung santai sambil menyantap pisang goroho.
Sepintas nampak bilamana Maxi seorang pemikir sekaligus pekerja lapangan. "Pengalaman hidup mengajarkan saya untuk tulus dan berani mengambil keputusan," kata dia.
Kisah Maxi Rondonuwu bukan 1001 malam.
Tapi kisah perjuangan dari seorang anak desa yang berani bermimpi dan berani pula mewujudkannya.
"Saya lahir dari seorang anak petani di Mitra," katanya.
Sejak kecil sudah ada keinginan besar dari Maxi untuk sukses.
Ia kerap melihat keadaan sekitarnya dan merenung.
"Saya sering melihat orang orang di pasar dan saya berkata pada diri saya, harus berhasil," kata dia.
Saudara dari Maxi gagal kuliah.
Ini ibaratnya bensin yang menyiram api. Maxi terbakar.
"Kegagalan saudara saya memotivasi saya untuk maju dan berhasil," katanya.
Sialnya, Maxi justru gagal pada kesempatan awal.
Ia tak diterima di sekolah pelayaran.
Dirinya pun luntang lantung di Jakarta.
"Saya sempat jadi tukang parkir," kata dia. Maxi pun balik Manado. Niatnya kuliah kembali muncul.
Ada dua pilihan untuk kuliah. Teknik atau kedokteran. "Saya pilih kedokteran Unsrat dan lulus," katanya.
Di sinilah Maxi menemukan habitatnya. Ia memang dilahirkan jadi dokter.
Kuliahnya mulus. "Saya rajin belajar," kata dia.
Untuk menambah uang kuliah, Maxi jadi sopir. Suatu pengalaman unik ia alami.
"Satu kali ada teman saya yang istrinya hendak melahirkan, ketika ia tahu saya dokternya, ia tak percaya, mungkin karena ia mengenal saya sebagai sopir di pasar," katanya sambil tertawa.
Lepas dari kuliah, Maxi ditugaskan menjadi dokter di Donggala, Sulawesi Tenggara.
Sepuluh tahun disana, Maxi dinobatkan sebagai dokter terbaik dan ia pun menyandang status legend. "Waktu saya mau pindah, masyarakat tak setuju, mereka mau saya tetap disana, bahkan mereka menangis kala saya terpaksa harus pindah," katanya. Maxi mengaku menjalankan profesi dokter dengan tulus.
Ia melayani tanpa pandang bulu. "Kadang ada masyarakat yang sakit malam hari, saya datangi dan periksa," kata dia.
Karir Maxi terus moncer. Ia lantas menjadi Kadis Kesehatan Sulut. Lantas dipercayakan mengurusi RS Kandouw.
Ini unik karena Maxi meloncat dari jabatan di Pemprov ke vertikal.
Sebelum menjabat Dirjen P2P, jabatan Maxi adalah kepala pusat perencanaan dan pendayagunaan SDM Kesehatan.
Ia adalah putra Sulut yang berkarier di eselon 1/A Kemenkes dengan jabatan Dirjen. Sebuah prestasi fenomenal.
"Total 34 tahun saya mengabdi, kuncinya adalah ketulusan dan keberanian mengambil keputusan," katanya. (Art)
-
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca berita lainnya di: Google News
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini
| Projo Sulawesi Utara Temui Gubernur YSK, Tegaskan Dukungan Penuh untuk Pemerintahan |
|
|---|
| Harga Kopra di Sulut Tembus Rp22 Ribu, Aksi Pencurian Kelapa Meningkat hingga Beraksi Tengah Malam |
|
|---|
| Segini Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid SMA di Sulawesi Utara: Manado Tertinggi |
|
|---|
| Sosok 2 Dokter Kandidat Kuat Jabat Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Sekda Kota Manado |
|
|---|
| Daftar Berita Heboh Sulawesi Utara Sepekan: Ketua Sinode GMIM Ditahan hingga Penikaman di Bitung |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/Sosok-Maxi-Rondonuwu-Putra-Sulut-yang-Dijuluki-Pahlawan-Covid-19-Kini-Purna-Tugas-dari-Kemenkes.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.