Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Renungan Harian Kristen

Pakatuan Wo Pakalawiren, Renungan Lansia Senin 10 Juni 2024, Kisah Para Rasul 5:1-11

Renungan harian kristen untuk para bapak ibu lanjut usia atau disingkat dengan Lansia.

Editor: Chintya Rantung
Chintya Rantung/Tribun Manado
Renungan Lansia Pakatuan Wo Pakalawiren, Senin 10 Juni 2024 

Petrus tahu apa yang telah dilakukan oleh suami dan isteri ini.

Karena itu menanyakan kepada Safira tentang penjualan tanah itu dengan harga sekian dan Safira rnengakui perbuatan
mereka (ayat 8).

Petrus mempertanyakan mengapa mereka bersepakat mencobai Roh Tuhan. Karena itu Petrus mengatakan orang-orang yang mengusung Ananias siap mengusung Safira (ayat 9). Artinya Petrus sudah tahu Safira akan mati seperti suaminya Ananias.

Seperti Ananias mati secara tragis begitu juga hal yang sama menimpa isterinya Safira dan dikuburkan disamping suaminya (ayat 11 ).

Atas kejadian yang menimpa Ananias dan Safira menimbulkan ketakutan seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar
tentang hal itu (ayat 11).

Ibu, Bapak Lansia yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,

Cerita tentang Ananias dan Safira mengingatkan kepada kita bahwa sering ada anggapan berdusta adalah hal yang biasa-biasa saja.

Seperti yang sering kita ucapkan dan lakukan setiap hari dan dianggap hal sepele. Apalagi ada anggapan berdusta untuk hal yang baik boleh-boleh saja padahal namanya dusta tetaplah dusta. Hal yang menimpa

Ananias dan Safira mengingatkan kita bahwa berdusta tidak saja menipu, mengelabui dan menyembunyikan yang jahat. Tetapi telah mendustai Roh Kudus sehingga tidak dapat diampuni ( Luk. 12:10).

Setiap perbuatan dosa pasti mengandung hukuman.

Hukuman yang menimpa Ananias dan Safira bukan soal banyak atau sedikit jumlah yang dibawa kepada Rasul.

Tetapi karena mereka telah bersepakat untuk menyembunyikan hasil penjualan itu Praktik dusta sering terjadi untuk menutupi segala
kekurangan yang ada dalam diri kita.

Entah untuk menjaga narna atau penciteraan agar orang lain menganggap kita baik maupun untuk menutupi kesalahan yang telah dilakukan.

Berdusta dengan memakai "topeng" untuk pembenaran dan untuk menguntungkan diri sendiri.

Memang kita tidak sempurna justru itu harus jujur menerima segala kekurangan dan kelemahan tanpa menutup-nutupi sehingga tidak dipakai
iblis untuk mendustai Rah Kudus sepert Ananias dan Safira.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved