Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Kotamobagu

Habiskan Rp 4 Miliar Lebih, Pabrik Gula Semut di Kotamobagu Sulut Mulai Terbengkalai

Proyek pabrik gula semut yang ada di Desa Moyag, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut), belum beroperasi secara maksimal

Penulis: Diki Cahya Mulya Gobel | Editor: Alexander Pattyranie
Tribunmanado.co.id/Diki Gobel
Bangunan produksi gula semut di Desa Moyag, Kotamobagu, Sulawesi Utara, Sabtu (1/6/2024). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Proyek pabrik gula semut yang ada di Desa Moyag, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut), belum beroperasi secara maksimal.

Pabrik milik pemerintah Kota Kotamobagu ini dibangun menggunakan anggaran lebih dari Empat Miliar Rupiah.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Perindustrian, Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kotamobagu, Aditya Manoppo.

Aditya mengatakan, penganggaran itu dibangun sejak 2016, yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus.

“Itu dari 2016, 2017, 2018. Anggaran bersumber dari DAK sebesar 4,4 M,” katanya, Senin (3/6/2024).

Bangunan produksi gula semut di Desa Moyag, Kotamobagu, Sulawesi Utara, Sabtu (1/6/2024).
Bangunan produksi gula semut di Desa Moyag, Kotamobagu, Sulawesi Utara, Sabtu (1/6/2024).

Lebih lanjut, Aditya menuturkan bila waktu itu pemerintah ingin membangun sebuah tempat bagi para petani aren agar bisa mandiri.

Alhasil, munculah proyek pembangunan tempat atau pabrik gula semut ini.

“Ini sentra. Daripada petani bikin masing-masing, dibuatkan satu tempat agar seluruh petani bisa membuat gula di situ,” ucapnya.

Dalam pantauan Tribunmanado.co.id, Sabtu (1/6/2024), pabrik tersebut terlihat mulai terbengkalai.

Beberapa fasilitas seperti lampu penerangan terlihat tidak berfungsi.

Selain itu, pintu masuk keluar sudah rusak dan beberapa fasilitas lain yang nampak tidak terawat.

Aditya kemudian mengatakan bila pemerintah bakal memberikan anggaran perawatan dan rehabilitasi fasilitas ,asal pabrik tersebut bisa optimal dalam berproduksi.

“Karena belum optimal, maka dinas juga belum bisa mengusulkan anggaran untuk biaya perawatan atau rehab fasilitas,” ujar Aditya.

Diketahui bila saat ini pabrik gula semut tersebut dikelola oleh sebuah organisasi masyarakat atau petani, yang diketuai oleh Made Mangku.

Warga Desa Moyag tersebut mengatakan bila saat ini pabrik tersebut sudah beroperasi sejak awal tahun 2024.

Meski sudah beroperasi namun, belum optimal.

Menurut Made hal ini tidak lepas dari faktor bahan produksi air nira dari petani yang kurang.

“Beroperasi, tergantung air gula dari petani. Berproduksi baru tahun ini,” kata Made.

Bahkan, dirinya mengakui bila akses jalan dan minimnya air bersih juga jadi faktor penyebab optimalisasi produksi ini kurang.

“Jalan kurang mendukung, air bersih belum ada,” ucapnya.

Sementara warga lain di desa Moyag mengaku belum mengetahui pabrik gula tersebut sudah beroperasi.

"Kami di sini, belum tahu kalau pabrik gula semut sudah beroperasi. Setahu kami pabrik itu sudah lama dibangun," ujar YM salah satu warga Moyag.

Di satu sisi, salah seorang petani gula aren di desa tersebut mengatakan saat ini belum mengetahui keberadaan pabrik milik pemerintah itu.

Dirinya lebih memilih untuk mengelola sendiri air nira yang didapat. 

"Untuk pengolahan air nira, kami kelola sendiri di gubuk masing-masing. Dan untuk penjualan saya sudah ada langganan tetap. Kalau pabrik gula semut saya tidak terlalu tahu keberadaannya sampai sekarang," kata salah satu petani aren, DG.

Saat ini, pabrik tersebut belum optimal dan memproduksi gula semut seperti apa yang diharapkan pemerintah.

Bahkan, beberapa bangunan yang dibangun lebih dari empat miliar rupiah ini sudah mulai ditumbuhi rumput liar.

(Diki)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved