Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Viral

Siswa SD dan SMP Wajib Nonton Bioskop Filmnya Ternyata Diperankan Kepala Dinas

orang tua murid dari jenjang SD hingga SMP mengkritik terhadap kebijakan sekolah yang mewajibkan anak-anak mereka menonton film tersebut di bioskop.

Penulis: Alexander Pattyranie | Editor: Alexander Pattyranie
TribunJateng.com/DL Entertainment
Kolase foto viral Siswa SD dan SMP Wajib Nonton Bioskop Filmnya Ternyata Diperankan Kepala Dinas. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah produksi film lokal yang berjudul "Pulang Tak Harus Rumah" saat ini menjadi sorotan di media sosial.

Pasalnya, orang tua murid dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga menengah pertama (SMP) mengkritik terhadap kebijakan sekolah yang mewajibkan anak-anak mereka menonton film tersebut di bioskop.

Dalam durasi film selama 79 menit, Muhyiddin, Kepala Dinas Pendidikan Makassar, tampil sebagai cameo, memerankan karakter seorang kepala sekolah.

Film yang disutradarai oleh Rusmin Nuryadin ini telah diputar sejak 15 Januari yang lalu.

Namun, beberapa hari belakangan, protes dari orang tua murid mulai mencuat.

Unjuk rasa tersebut mengekspresikan ketidakpuasan karena anak-anak mereka diwajibkan untuk pergi menonton film tersebut di bioskop.

Salah satu orang tua siswa mengungkapkan keluhannya di media sosial, "Acece mentang-mentang pak kadis jadi Cameo di Film Pulang Tak Harus Rumah, Anak-anak SD diwajibkan pergi nonton bioskop berbayar poeng.

Belum lagi kalau didampingi orangtuanya, terus bikin berita judulnya 'Antusias warga nonton blablabla'. Antusias apanya kalau diwajibkan sekolah. Terpaksa pergi biar tidak dikurangi nilainya anak-anak."

Protes serupa juga muncul di akun Instagram Sosmed Makassar.

Seorang orang tua menanyakan urgensi outing class untuk anak-anak kelas 1 SD, terutama dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung.

Imam, seorang orang tua siswa, mengaku harus mengeluarkan Rp250 ribu untuk membawa anaknya menonton di bioskop.

Selain uang tiket, ia juga harus menyiapkan uang jajan serta seragam persatuan yang dibuat bersama teman-teman.

"Habis Rp250 ribu tuk nonton pak kadis main film.

Pulang nonton saya tanya (anak) apa ceritanya itu film, dia bilang: nda kutau, menangis saja karena sedih," ungkapnya.

Salah satu pegiat film yang tak ingin disebut namanya turut mengkritik masalah ini.

Ia sangat prihatin jika peserta didik terkesan dipaksa untuk menonton film tersebut.

"Menurut saya aneh, anehnya kenapa harus nonton film itu, kedua sekarang jaman digital kenapa tidak ditayangkan di TV atau youtube supaya anak-anak bisa nonton gratis," katanya.

Menurutnya, banyak film bertema edukasi yang bisa diajarkan kepada anak sekolah.

"Lebih banyak film bertema pendidikan yang punya nilai, misalnya air mata di ujung sejadah, ini ada apa," ujarnya.

Kendati demikian, beberapa orang tua juga mengaku bahwa itu hanya bersifat imbauan, tidak bersifat memaksa apalagi mewajibkan.

Klarifikasi Kadis Pendidikan Makassar

Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar Muhyiddin memberi klarifikasi terkait pelajar yang diimbau untuk menonton film Pulang Tak Harus Rumah. 

Muhyiddin menjelaskan, imbauan tersebut sifatnya tidak mewajibkan atau memaksa. 

Artinya, keputusan untuk menonton film tersebut tergantung dari murid atau orang tua masing-masing. 

Kata Muhyiddin, ini menjadi salah satu pembelajaran outing class, apalagi Film tersebut mengandung nilai pendidikan di dalamnya. 

"Itu bukan wajib kita mengimbau saja ke sekolah sebagai pembelajaran outing class, apalagi itu ada dalam bentuk pendidikan," ucap Muhyudin kepada Tribun Timur, Sabtu (20/1/2024) malam. 

Hal itu juga sebagai upaya untuk mengapresiasi karya-karya sineas lokal, dimana pemain hingga sutradaranya berasal dari Makassar. 

Lanjut Muhyiddin, film itu tidak hanya direkomendasikan kepada peserta didik, masyarakat secara umum juga diimbau untuk menonton. 

Dalam film itu ada nilai edukasi, termasuk perwujudan visi dan misi Pemerintah Kota Makassar yaitu 18 revolusi pendidikan. 

Selain itu, ada juga nilai-nilai budayanya, pendidikan karakter, literasi, dan bisa mengubah kebiasaan anak menjadi lebih baik. 

"Tapi kan bukan berarti ini kewajiban, banyak orang memberi respon positif saat menonton, saya sudah sampaikan ke orang tua dan sekolah yang inventarisir saja yang mau nonton, ada imbauan ke sekolah tapi bukan kewajiban," jelasnya. 

Menurutnya, keliru jika ada sekolah yang membahasakan bahwa itu wajib, apalagi mengintervensi sampai ke nilai peserta didik. 

"Oh tidak (intervensi), salah itu kalau soal nilai, tidak betul, ini sifatnya imbauan," katanya.

Sinopsis Film

Seorang anak bernama Jeihan (Alif Rafael Amelia) baru berusia 13 tahun.

Ia merupakan anak yang tinggal di daerah ibu kota.

Jeihan menjalankan rutinitas layaknya seperti anak lain yang ada di daerah perkotaan, dirinya tak bisa lepas dari gawai miliknya.

Melihat tingkah laku anaknya, sang ibunda yakni Inara (Michelle Amelia) memilih untuk membawa sang anak pergi ke rumah kakeknya di desa.

Kakek Jeihan bernama Puang Sinar (Abdul Rojak).

Ketika datang ke tempat kakeknya tinggal Jeihan menolak dan merasa kesal sebab gadget yang ia miliki disita oleh ibunya.

Jeihan harus terbiasa tinggal di pedesaan dengan suasana dan kehidupan pedesaan yang begitu sederhana.

Sang kakek tak tinggal diam ia berusaha dengan sepenuh tenaga membuat sang cucu tertawa dan bisa menerima keadaan yang kini terjadi pada dirinya.

Sang kakek mengajarkan berbagai pengalaman baru yang Jeihan tak bisa dapatkan di ibu kota

Ketika di kampung Jeihan bertemu dengan seorang gadis yang bernama Uleng (Jelov Thalia Mattaru).

Uleng merupakan seorang gadis desa yang sederhana, bersahaja, dan ramah terhadap sesama.

Uleng senantiasa mengajak dan membimbing Jeihan mengenal berbagai hal yang ada di kampungnya.

Seperti macam-macam permainan tradisional.

Bahkan Uleng mengajak Jeihan berpetualang ke hutan desa yang kebingungan mencari signal.

Di sini mereka bertemu dengan para preman kampung dan konflik pun terjadi.

(TribunManado.co.id/Alp/TribunJateng.com/Tribun-Timur.com)

Baca Berita Lainnya dari Tribun Manado di sini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved