Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tsunami di Aceh

26 Desember 19 Tahun Lalu, Seorang Wanita Rekam Video Kejadian Viral di Dunia, Tsunami Aceh

Gelombang tsunami melewati kediamannya di Gampong Lamjamee, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.

Kolase/instagram Serambinews.com
Cut Putri. Perekam tsunami di Aceh, Minggu 26 Desember 2004. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Tepatnya pada Minggu 26 Desember 2004 pagi bencana alam tsunami terjadi di Aceh

Sosok yang merekam video viral di dunia tersebut bernama Cut Putri

Wanita berdarah Aceh yang kala itu menetap di Jakarta datang mengunjungi Aceh.

Video dahsyatnya tsunami di Aceh direkam Cut Putri menggunakan kamera handycam miliknya.

Saat merekam kejadian itu, Cut Putri sedang berusaha menyelamatkan diri. Dia berada di lantai 2 rumahnya. 

Rumah masyarakat di Aceh diluluhlantakkan oleh tsunami. 

Kejadian itu dilihat Cut Putri dengan jelas. Cut Putri merupakan salah satu penyintas korban Tsunami Aceh

Dia melihat dan merekam bagaimana gelombang tsunami melewati kediamannya di Gampong Lamjamee, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.

Ratusan ribu korban meninggal dunia pada kejadian itu. 

Cut Putri.
Cut Putri. (Kolase/Serambinews.com)

Cut Putri Sempat Kunjungi Tempat Wisata di Aceh, Sebelum Tsunami

Cut Putri datang mengunjungi Banda Aceh bersama keluarga besarnya. Mereka datang untuk menghadiri pernikahan sepupu.

Satu hari sebelum bencana besar itu tiba, Cut Putri bersama keluarga besarnya sempat mengunjungi beberapa lokasi wisata di Aceh.

Dia pun mengabadikan momen liburannya itu dalam kamera handycam,seperti potret PLTD Apung yang masih berada di laut, pantai Lhoknga dan sebagainya.

Lalu keesokan harinya, 26 Desember 2004, pukul delapan pagi, tepat pada saat bencana Tsunami Aceh 2004 silam, gelombang air hitam pekat melewati kediamannya.

Cut Putri turut menyaksikan dan merekam betapa dahsyatnya gelombang air hitam tersebut.

Cut Putri menceritakan kisahnya itu yang kemudian diunggah melalui kanal YouTube Serambinews berjudul "Cut Putri Sosok Perekam Tsunami Aceh 2004" pada Senin (26/12/2022) lalu.

Rumah tingkat dua yang ditempatinya kini, menjadi saksi dahsyatnya tsunami Aceh.

Sebelum tsunami terjadi, Cut Putri menceritakan dirinya sempat jalan-jalan ke seputaran Kota Banda Aceh, pantai Lampuuk hingga Sabang.

"Selama berada di Aceh, saya selalu merekam segala kejadian," kata Cut Putri.

Cut Putri. Perempuan yang merekam kejadian heboh, tsunami di Aceh Minggu 26 Desember 2004.
Cut Putri. Perempuan yang merekam kejadian heboh, tsunami di Aceh Minggu 26 Desember 2004. (Tangkap layar Instagram Serambinews)

Meski 19 tahun sudah berlalu, Cut Putri masih menyimpan hasil rekaman miliknya yang memperlihatkan potret Banda Aceh sebelum tsunami.

Semua ini direkam Cut Putri sehari sebelum terjadinya tsunami Aceh.

"Sampai hari ini saya masih menyimpan dan melihat kembali bagaimana tampakan Banda Aceh sebelum tsunami, demikian juga tampaknya kota Sabang waktu itu karena sempat juga ke Sabang, bahkan saya juga sempat merekam PLTD Apung.

Jadi masih ada di laut waktu itu, lengkap dengan pemandangan laut, dengan orang-orang di sekitarnya di Ulhe Lhue saat itu," sambungnya.

Merekam Video Tsunami Aceh

Pada Minggu, 26 Desember 2004, Cut Putri menceritakan saat itu dirinya beserta keluarga tengah bersiap untuk mengantar sepupunya dalam acara Tueng Dara Baro atau mengantar pengantin wanita ke daerah Lampulo.

Namun, takdir berkata lain.

Pagi pukul 07.59 WIB, Aceh diguncang gempa bumi 9,3 skala richter dan disusul dengan gelombang besar tsunami.

Cut Putri menceritakan jika pagi itu ia melihat semua orang panik saat gempa.

Berbekal ilmu kesiapsiagaan bencana yang dimilikinya, Cut Putri langsung mengajak orang yang di sekitarnya untuk naik ke lantai dua rumahnya.

Dari balkon lantai dua rumah inilah, Cut Putri kemudian melihat dahsyatnya gelombang tsunami yang melewati depan rumahnya.

Ia lantas merekam meski beberapa kali Cut Putri sempat terpleset saat menaiki tangga.

Dalam rekaman itu, tampak puing bangunan dan air hitam mengalir deras dari depan rumahnya.

Hasil inisiatifnya, Cut Putri pun berhasil merekam dhetik-detik tsunami Aceh.

Dari hasil rekaman ini pula, video rekaman Cut Putri berhasil membuka mata dunia akan dahsyatnya gelombang tsunami.

Cut Putri juga menceritakan, banyak orang asing dan media luar yang meminta hasil rekaman tersebut untuk mengabarkan kepada seluruh dunia.

Kisah Putri, Warga Aceh yang Selamat dari Tsunami karena Sebuah Jerigen

(Serambinews.com kembali menayangkan arsip berita dari koran Harian Serambi Indonesia, edisi Selasa 4 Januari 2005.

Artikel ini ditayangkan tepat sembilan hari setelah tsunami menghantam kota Serambi Mekkah)

Putri berhasil selamat berkat memegang jerigen.

Dalam hempasan gelombang Tsunami, saya memeluk erat-erat sebuah Jerigen hingga dibawa arus gelombang terombang ambing selama satu jam lebih, ujar Putri Magribna (10) mengawali kisahnya.

la dapat meloloskan diri dari cengkeraman maut badai tsunami, Minggu (26/12/2004) silam.

Putri Magribna adalah seorang anak yang selamat dari hantaman badai Tsunami yang melanda Banda Aceh diantara ribuan jiwa anak manusia yang harus merelakan nyawanya tenggelam di bawa arus badai Tsunami paling dahsyat.

Putri akhirnya terhempas pada sebuah dinding rumah dan diselamatkan oleh seorang gurunya.

Putri adalah anak sepupu Mawardi Ibrahim (Waredpel Harian Serambi Indonesia kala itu).

Putri Magribna yang masih trauma ditemani ibunya Marliani (49), Senin (3/1/2004) mengisahkan, ia tinggal di jalan TWK Raja Keumala 105 Merduati Banda Aceh.

Pada hari kejadian, Putri yang masih duduk di kelas V SD Negeri 38 Taman Siswa Banda Aceh ini sedang berada di rumahnya bersama 30 saudara sepupu saat gempa melanda Banda Aceh, sedangkan ibunya sedang barada di Jakarta untuk kepentingan dinas.

Kira-kira 15 menit kemudian, tiba-tiba ia mendengar suara orang berteriak mengatakan air laut sudah naik.

Kemudian ia melihat petugas irigasi berusaha menutup pintu air tak jauh dari rumahnya, namun pintu air itu bobol dan orang-orang berlarian kesana kemari.

Secepat kilat ia meraih tangan kakak sepupunya Yunika Arianda alias Yunun (13) untuk berlari keluar rumah dan menuju sebuah toko di jalan Lampaseh Kota Banda Aceh sekitar 500 meter jarak dari rumahnya.

la masuk pada lantai bawah toko berdesakan dengan 60 orang dewasa dan anak anak yang sudah duluan berada di dalam.

Dua menit kemudian arus badai tsunami menghatam pintu belakang hingga jebol dan mendorong manusia di dalam keluar toko.

Ia melihat banyak manusia yang terjepit saat dihantam gelombang.

Namun, tubuhnya yang kecil terhempas sejauh lima meter ke depan pintu toko dan sejak saat itu pula ia berpisah dengan Kak Yuyun.

la malihat melihat tubuh kak Yuyun sayup-sayup dihantam gelombang menjauh darinya.

Saat itu permukaan air laut sudah melewati lantai II toko yang ada di jalan Lampaseh Kota Banda Aceh.

Ia berenang sekuat tenaga dan tiba-tiba meraba sepotong papan sepanjang 30 sentimeter melintas di depannya.

Dengan berbekal kayu itu Putri dibawa arus air ke arah Jalan Taman Siswa, Merduati sekitar 450 meter dari Lampaseh.

Di tengah perjuangan hidup mati, Putri melihat kakak sepupunya Nauvan (12) tenggelam di depan matanya.

Saat itu ia semakin galau, tubuhnya terhanyut sendiri di atas sebilah papan sementara ribuan orang lainnya di sekitarnya sedang berjuang melawan maut.

Putri beruntung tidak ada orang lain yang merebut kayu pelampung tubuhnya.

Selang 20 menit kemudian, kayu ditangannya terlepas ketika riak gelombang semakin besar dan terpisah jauh darinya.

Saat itu, Putri terbayang raut wajah ibunya sehingga menambah semangatnya dan dengan sekuat tenaga ia berusaha berenang dengan tangan kosong mendekati sebuah bangunan berlantai dua kepunyaan Pak Hasbi pemilik Toko Souvenir Aceh Putra.

Tiba-tiba saja lewat sebuah jerigen kosong dekatnya.

la memeluk jerigen itu kuat-kuat dan tubuhnya yang ceking itu didorong arus semakin mendekati rumah Pak Hasbi.

Ketika hampir mendekati dinding itu, Putri sempat masuk pusaran air yang berputar hingga tenggelam sekitar dua meter ke dalam air yang keruh berwarna kehitam hitaman.

Lalu ia teringat lagi wajah ibunya, dan kemudian air membawanya ke permukaan.

Saat ia timbul ke permukaan, ia melihat Pak Husaini (seorang guru Putri Magribna di SDN 38 Taman Siswa Banda Aceh) yang kenal dengannya.

Ia memanggil nama Putri berkali-kali, kemudian putri mengayuh pelan-pelan hingga mendekati dinding rumah lantai II.

Pada rumah yang hampir roboh itu ia bertahan selama sejam lebih bersama dengan lima orang warga lainnya yang tidak ia kenalnya. (Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Firdha Ustin)

(Serambinews.com/Serambinews.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved