Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kabar Israel Palestina

PM Israel Netanyahu Klaim Tentaranya Bantu Evakuasi Bayi di RS Gaza, Ini Tanggapan Warga dan Dokter

Penembakan justru terus berlangsung di luar rumah sakit di mana inkubator terbengkalai tanpa listrik, dan persediaan penting semakin menipis.

Editor: Rizali Posumah
AFP
Ilustrasi tentara Israel bersiap dalam serangan darat di Gaza, Palestina. 

"Dengan ambulans tidak dapat mencapai rumah sakit... dan tidak ada rumah sakit yang punya kapasitas untuk menerima mereka, tidak ada indikasi bagaimana ini dapat dilakukan dengan aman," kata CEO Melanie Ward.

Opsi satu-satunya adalah agar Israel menghentikan serangan dan membiarkan bahan bakar masuk ke rumah sakit, kata Ward.

Kementerian Kesehatan mengatakan ada 1.500 pasien di Shifa, bersama dengan 1.500 personel medis dan antara 15.000 hingga 20.000 warga sipil, baik anak-anak, perempuan dan lansia yang mencari perlindungan.

Presiden Doctors Without Borders International, Christos Christou, mengatakan kepada "Face the Nation" di CBS bahwa dibutuhkan berminggu-minggu untuk mengevakuasi pasien.

Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter X mengatakan RS al Shifa sudah tiga hari tidak punya persediaan air bersih dan sudah "tidak berfungsi sebagai rumah sakit lagi." Beberapa kelompok kemanusiaan mengatakan kepada The Associated Press mereka tidak dapat mencapai rumah sakit pada hari Minggu.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan rumah sakit lain di Kota Gaza, Al-Quds, "tidak lagi beroperasi" karena kehabisan bahan bakar dengan 6.000 orang terjebak di sana. Pembangkit listrik tunggal Gaza mati sebulan yang lalu, dan Israel melarang impor bahan bakar untuk mencegah Hamas menggunakannya.

Seorang perempuan yang melarikan diri dari utara Gaza, Fedaa Shangan, mengatakan dia menjalani operasi caesar di Al-Quds: "Lukanya masih segar." Dia mengatakan tentara Israel di dekat rumah sakit "tidak peduli dengan pasien, anak-anak, perempuan, dan lansia. Mereka tidak peduli pada siapa pun."

"Kami tidak ingin melihat penembakan di rumah sakit di mana orang-orang tak bersalah, orang-orang yang tidak berdaya, orang-orang yang mencari perawatan medis terjebak di tengah tembakan," kata Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, kepada "This Week" di ABC.

"Tindakan internasional yang tegas diperlukan sekarang untuk menjamin gencatan senjata kemanusiaan segera" di tengah serangan terhadap perawatan kesehatan, direktur-direktur regional WHO dan lainnya mengatakan dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa lebih dari separuh rumah sakit di Gaza telah ditutup.

Muhammed Zaqout, direktur rumah sakit di Gaza, mengatakan Kementerian Kesehatan tidak dapat memperbarui jumlah kematian sejak hari Jumat karena petugas medis tidak dapat mencapai daerah yang terkena bombardir Israel.

Netanyahu mengatakan, tanggung jawab atas seluruh warga sipil ada pada Hamas.

Israel telah lama menuduh kelompok ini, yang beroperasi di lingkungan pemukiman padat, menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.

Lebih dari 11.000 warga Palestina, dua pertiga di antaranya perempuan dan anak-anak, tewas sejak perang dimulai, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, yang tidak membedakan antara kematian warga sipil dan militer. Sekitar 2.700 orang dilaporkan hilang.

Setidaknya 1.200 orang tewas di pihak Israel, sebagian besar adalah warga sipil yang tewas dalam serangan Hamas awalnya. Empat puluh enam prajurit Israel tewas di Gaza sejak serangan darat dimulai.

Sekitar 250.000 warga Israel dievakuasi dari komunitas di dekat Gaza, di mana militan Palestina masih menembakkan salvo roket, dan di sepanjang perbatasan utara dengan Lebanon.

Baca berita lainnya di: Google News

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini

SUMBER: KOMPAS TV

 

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved