Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rumah Produksi Film Dewasa

Rincian Bayaran Pegawai Hingga Pemain di Rumah Produksi Film Dewasa, Ada yang di Bawah UMR

Pegawai rumah produksi film dewasa di Jakarta Selatan (Jaksel) ternyata digaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR) selama bekerja.

Editor: Alpen Martinus
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
Ditreskrimsus Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers terkait pengungkapan rumah produksi film porno di Jakarta, Senin (11/9/2023) - Sosok produser film dewasa rumah produksi di kawasan Jakarta Selatan (Jaksel) yang ditetapkan sebagai tersangka, dulu tukang urut. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Rumah produksi film dewasa di Jakarta Selatan (Jaksel) kini ramai menjadi pembicaraan.

Itu setelah polisi melakukan penggerebekan pada 17 Juli 2023.

Semua yang bekerja di rumah produksi tersebut diangkut.

Baca juga: Terungkap Nama-nama Pemeran Film Dewasa Rumah Produksi di Jakarta Selatan, Ada Artis dan Selebgram

Ada sebelas pemeran wanita yang ditangkap.

Juga lima pemeran pria. Tak hanya itu saja, para pekerja pun ikut diangkut.

Mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

Pendapatan mereka memang banyak, namun sayang para pegawai digaji sangat rendah.

Baca juga: Gideon Tengker Ayah Nagita Slavina Gugat Rieta Amalia soal Harta, 10 Aset Termasuk Rumah Produksi

Pegawai rumah produksi film dewasa di Jakarta Selatan (Jaksel) ternyata digaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR) selama bekerja.

Mereka adalah editor dan kameramen, yakni JAAS dan AIS yang juga sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Kuasa Hukum mereka, Hika T A Purba mengatakan bahwa JAAS dan AIS tidak dibayar perjudul film, tetapi digaji bulanan layaknya pegawai.

Namun, meskipun sudah menghasilkan sebanyak 120 judul film, JAAS dan AIS mengaku tidak digaji dengan layak karena digaji di bawah UMR.

Baca juga: Link Gratis Live Streaming Wolves vs Liverpool Malam Ini, Nonton Liga Inggris Disini

"Karena posisi dari klien kami terutama AIS dan J itu mereka hanya sebatas karyawan di situ. Jadi dibayar bukan berdasarkan per judul film, bukan juga berdasarkan per member, tapi mereka dibayar per bulan dan itupun di bawah UMR," kata dia, dikutip dari Wartakotalive.com.

JAAS dan AIS juga mengaku tidak mengetahui akan bekerja menggarap film dewasa, karena di awal memproduksi fim-film komedi.

Namun, seiring berjalannya waktu, produksi film berubah menjadi pornografi.

"Artinya apa? Mereka di situ bekerja awalnya bukan untuk film yang seperti ini, mereka bekerja untuk film biasa yang tidak melanggar asusila dan norma hukum apapun," lanjut Hika.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved