Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

HUT ke 78 RI

BW Lapian, Pahlawan Nasional Asal Minahasa Sulawesi Utara, Jurnalis dan Murid Kristus

BW Lapian berjuang di segala lini. Ia terlibat dalam peristiwa 14 Februari 1946 hingga pembentukan KGPM.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
Kolase Foto Wikipedia
Sosok Bernard Wilhelm Lapian atau BW Lapian, Pahlawan Nasional Asal Sulut. Pejuang Kemerdekaan yang usir penjajah lewat karya jurnalistik. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Banyak tou Minahasa diangkat sebagai pahlawan nasional. 

Salah satunya Bernard Wilhelm Lapian.

BW Lapian lahir di Kawangkoan, 30 Juni 1892.

Ia wafat di Jakarta pada 5 April 1977 dalam usia 84 tahun.

BW Lapian punya banyak julukan.

Dari pahlawan tiga zaman hingga sang nasionalis religius.

Wajar saja karena kiprah BW Lapian terentang sejak masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, hingga zaman kemerdekaan Indonesia.

Lapangan perjuangannya pun terbentang luas dari aktivis pejuang, militer, birokrasi, jurnalistik, hingga keagamaan.

Seperti dituturkan Judie Turambi, ketua panitia yang menghantar BW Lapian diangkat sebagai pahlawan nasional beberapa tahun lalu, BW Lapian muda adalah salah satu tokoh yang menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan.

Ketajaman pena BW Lapian mulai terlihat saat ia menulis di surat kabar lokal Magelang bernama Pangkal Kemadjoean.

BW Lapian menulis tentang penindasan yang dialami warga Magelang, Jawa Tengah.

Tulisan semacam itu tergolong langka di masa itu, yakni tahun 1919 ketika Belanda masih berkuasa penuh.

BW Lapian kian bergelut dengan jurnalisme ketika menjabat Ketua Cabang Persatuan Minahasa di Batavia.

Dia membidani lahirnya surat kabar Fajar Kemadjoean.

BW Lapian leluasa menyampaikan idenya tentang Indonesia merdeka melalui surat kabar itu.

Tulisan BW Lapian yang keras menentang penjajah turut andil dalam menyemai nasionalisme di masa itu, yang ditandai dengan Sumpah Pemuda.

Jelang Perang Dunia II, nasionalisme di Minahasa menurun.

Mereka termakan propaganda Belanda untuk memasukkan Minahasa sebagai provinsi ke-12 Belanda.

Ia mendirikan surat kabar Semangat Hidup untuk melawan propaganda Belanda itu.

Menurut Judie Turambi, pengalaman berorganisasi serta di dunia pers menumbuhkan sikap demokratis pada BW Lapian.

Baca juga: Politeknik Negeri Manado Terima Kunjungan Anggota DPRD Sulawesi Utara, Ini yang Dibahas

Baca juga: Robby Dondokambey Serahkan SK 58 Pegawai PPPK di Lingkungan Pemkab Minahasa Sulawesi Utara

Hal itu tampak saat ia menjadi anggota Volksraaad Minahasa tahun 1930.

Umumnya anggota Volksraad menampilkan sikap feodalistik.

"Namun BW Lapian mampu menunjukkan sikap demokratis," kata dia.

Sikap hidup yang demokratis, membawa BW Lapian ke kongres pemuda di mana Sumpah Pemuda tercetus.

Puncak perjuangan BW Lapian adalah Peristiwa Merah Putih di Manado.

Dikisahkan pada 7 Januari 1946, BW Lapian yang waktu itu menjabat sebagai Wali Kota Manado didatangi para nasionalis, di antaranya FJ Tumbelaka, Ch Taulu, serta SD Wuisan.

Mereka memberitahu BW Lapian rencana mengadakan perebutan kekuasaan.

BW Lapian setuju namun menyuruh keduanya bergerak diam-diam pada hari H, 14 Februari.

Namun rencana itu tercium Belanda.

Buktinya Ch Taulu serta SD Wuisan ditangkap oleh tentara Belanda sehari sebelum hari h.

BW Lapian dan Ch Taulu, dua tokoh sentral dalam Peristiwa Merah Putih 14 Februari 2022 di Manado, Sulawesi Utara.
BW Lapian dan Ch Taulu, dua tokoh sentral dalam Peristiwa Merah Putih 14 Februari 2022 di Manado, Sulawesi Utara. (Istimewa/Kolase Tribun Manado)

Meski demikian, rencana perebutan kekuasaan terus berlanjut.

Dimulai pukul 01.00 Wita, dua jam kemudian bendera merah putih sudah berkibar di tangsi Belanda di Teling.

Peristiwa bersejarah itu menjadi headline sejumlah media barat antaranya Radio Australia, BBC London, serta surat kabar dari Amerika.

Radio Australia bahkan menyiarkan pidato Presiden Sukarno tentang peristiwa itu.

"Minahasa walaupun terkecil dan terpencil di wilayah Republik Indonesia, namun putra-putrinya telah memperlihatkan kesatriaan terhadap panggilan Ibu Pertiwi. Laksanakan tugasmu dengan saksama dan penuh tanggung jawab," kata Sukarno.

Surat kabar terbesar waktu itu di Indonesia Merdeka menulis peristiwa itu dengan judul "Pemberontakan besar di Minahasa".

Dua hari setelah penyerbuan yang berani itu, Ch Taulu yang menjadi pimpinan tertinggi tentara Republik Indonesia Sulawesi Utara menggelar rapat di Kantor Dewan Minahasa di Manado.

Rapat dihadiri pembesar militer sipil, hukum tua di Minahasa, Raja Bolmong, serta kepala daerah Gorontalo.

Disepakati pembentukan Dewan Musyawarah Masyarakat Sulut dengan BW Lapian menjadi kepala pemerintahan sipil Sulut.

Setelah diangkat, BW Lapian langsung melakukan sejumlah langkah progresif.

Baca juga: Robby Dondokambey Serahkan SK ke 58 PPPK di Minahasa Sulawesi Utara

Baca juga: 19 Gambar Poster Ucapan HUT ke-78 RI, Cocok Dibagikan Saat 17 Agustus 2023, Download Disini

Pada 21 Februari, BW Lapian mengumumkan wilayah Sulut serta tengah, bekas residen Manado adalah bagian dari pemerintah Republik Indonesia.

BW Lapian juga berupaya menenteramkan rakyat serta membenahi administrasi pemerintahan lewat tipu muslihat Belanda kembali merebut kekuasaan.

Pada 11 Maret 1946, BW Lapian ditangkap lalu dipenjara di tangsi Teling.

Setahun kemudian ia dipenjara di Cipinang.

Pada 1948, BW Lapian dibawa ke penjara Sukamiskin.

Setahun kemudian ia dibebaskan bersamaan dengan penyerahan kedaulatan.

Oleh pemerintahan Sukarno, ia diangkat sebagai Gubernur Sulawesi.

Tugasnya tak ringan, membereskan Kahar Muzakkar.

BW Lapian bersama seorang anaknya melakukan langkah berani dengan menemui Kahar Muzakar di tempat persembunyian.

Ia berangkat tengah malam, kembali ke Rumah Gubernur Sulawesi tiga hari kemudian.

Bernard Wilhelm Lapian
Bernard Wilhelm Lapian (NET)

BW Lapian juga berhasil merintis pemilu di Minahasa.

Perjuangan BW Lapian membebaskan Indonesia dari cengkeraman Belanda juga terjadi di lapangan keagamaan.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, semua gereja Kristen berada di bawah naungan satu institusi, Indische Kerk yang dikendalikan oleh pemerintah.

Karena berafiliasi dengan pemerintah, gereja zaman itu mau tak mau bersikap kompromi dengan penjajahan.

Tak ada suara kenabian, padahal masyarakat begitu tertindas.

Baca juga: Chord Lagu Berkibarlah Bendera Negeriku - Gombloh, Lirik Daku Ingin Jiwa Raga Ini

Baca juga: Ramalan Zodiak Aquarius-Pisces Besok Kamis 17 Agustus 2023: Terorganisir dan Transformatif

BW Lapian bersama tokoh-tokoh lainnya kemudian mendeklarasikan berdikarinya Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) tahun 1933, yaitu suatu gereja mandiri hasil bentukan putra-putri bangsa sendiri yang tidak bernaung di dalam Indische Kerk.(*)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved