Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus ASF

Heboh Temuan Bangkai Babi di Minut, Ini Tanda-tanda Babi Kena Virus ASF dan Cara Mencegah Penularan

Minahasa Utara dihebohkan dengan adanya penemuan bangkai babi yang dibuang sembarangan

Editor: Glendi Manengal
Kolase TribunManado/Kompas
Heboh Temuan Bangkai Babi di Minut dikaitkan dengan virus ASF 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Seperti yang dikethaui soal virus African Swine Faver (ASF) telah menyebar dibeberapa wilayah di Indonesia.

Hal ini membuat beberapa daerah was-was jika ternaknya terkena virus ASF.

Lantas terkait hal tersebut di pemerintah Sulawesi Utara tengah berupaya agar virus ASF tidak masuk.

Namun kini tengah beredar heboh soal temuan bangkai babi yang jadi sorotan publik.

Dimana temuan bangkai babi itu berada di wilayah Minasaha Utara.

Hal ini membuat warga disekitar heboh.

Terkait hal tersebut dari tanggapan dari pemerintah Minahasa Utara.

Diketahui Isu African Swine Faver (ASF) tengah menghantui warga Sulawesi Utara.

Pemerintah Sulawesi Utara sedang berupaya agar ASF tak masuk.

Pintu masuk atau perbatasan dari provinsi lain ditutup.

Namun warga sempat dihebohkan dengan beberapa kali temuann bangkai babi.

Paling terbaru ditemukan di dua daerah Minahasa Utara.

Namun menurut Kepala Dinas Pertanian Minahasa Utara (Minut) Wangke Karundeng, sebenarnya daging babi yang terkena ASF masih bisa dikonsumsi.

Artinya tidak berdampak langsung kepada manusia.

Minahasa Utara dihebohkan dengan adanya penemuan bangkai babi yang dibuang sembarangan, yaitu di Desa Matungkas kecamatan Dimembe dan Serawet kecamatan Likupang.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Minahasa Utara (Minut) Wangke Karundeng ketika dihubungi menyampaikan, saat ini babi-babi yang dibuang sudah dikuburkan.

"Sudah dikuburkan, padahal sejak dua bulan lalu saya sudah beri peringatan kepada para peternak jika ada ternak yang mati jangan dibuang sembarangan, tapi harus dikubur atau dibakar," tegas Wangke, Jumat 21 Juli 2023.

Hal itu diperingatkan Wangke, untuk mengantisipasi adanya penyakit ASF yang belum terdeteksi di Sulawesi Utara.

"Memang untuk penyebab matinya babi-babi ini belum diketahui," sebutnya.

Wangke menyebut, sudah ada yang di tes swab, tapi masih menunggu hasilnya.

"Untuk pencegahan agar virus ini tidak menyebar, kuncinya adalah hewan ternak harus di isolasi, sterilisasi dan peningkatan imun dengan pemberian vitamin, karena virus ini belum ada obatnya," ujarnya.

Baginya, di Minut banyak peternak, tapi masih aman-aman, karena mereka melakukan sesuai prosedur sebagaimana kunci pencegahan yang disampaikan tadi.

Wangke menyebutkan kalau untuk daging babi yang dijual kalaupun ada yang terkena ASF dagingnya masih bisa dimakan, karena itu tidak menyerang manusia hanya babi-babi.

"Sekarang sudah aman, hanya karena ada peternak yang membuang bangkai tidak dikuburkan itu yang menjadi heboh di masyarakat," tegasnya lagi.

Karena baginya, kalau langsung dikubur atau di bakar virusnya tidak menyebar.

"Untuk itu saat ini kami sudah lakukan sosialisasi, melakukan penyemprotan dan pembagian desinfektan," tutupnya.(fis)

Apa Itu ASF?

Dilansir dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), flu babi Afrika atau African swine fever (ASF) adalah penyakit virus babi yang sangat menular dan mematikan. Virus ini dapat menyerang babi domestik dan liar dari segala usia.

Kendati demikian, flu babi Afrika ini tidak berbahaya bagi manusia dan bukan menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Selain itu, flu babi Afrika bukanlah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis).

Saat ini, flu babi Afrika banyak ditemukan di berbagai negara di seluruh dunia. Baru-baru ini, flu babi ini telah menyebar ke Republik Dominika dan Haiti.

Selain itu, flu babi Afrika juga telah menyebar di China, Mongolia, Vietnam, Indonesia, dan di beberapa bagian Uni Eropa. 

Apa bedanya flu babi Afrika dengan flu babi?

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa flu babi Afrika (ASF) adalah jenis virus yang berbeda dengan swine flu atau flu babi (H1N1).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dr Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, baik swine flu dan ASF, keduanya adalah penyakit yang sama-sama menginfeksi babi.

Meskipun demikian, kedua jenis penyakit tersebut pada dasarnya memiliki banyak perbedaan.

Siti menjelaskan, pada flu babi Afrika, penyakit itu hanya menular dari hewan yang sakit ke hewan lainnya. Flu babi Afrika belum pernah terbukti menular ke manusia.

Sedangkan flu babi sudah terbukti dapat menginfeksi pada babi dan manusia dengan gejala yang ditandai dengan demam, depresi, dan mengeluarkan cairan pada hidung dan mata.

"Pada ASF, gejala ditandai dengan adanya kematian mendadak pada babi, demam tinggi dan merah pada kulit hewan yang terinfeksi," ujarnya dikutip dari ANTARA.

Penularan flu babi Afrika terjadi melalui kontak hewan yang sakit dan benda-benda yang telah tercemar virus.

Sedangkan pada flu babi, penularan menyebabkan influenza like illness (ILI) pada babi dan menular baik secara langsung maupun tidak langsung pada hewan yang sakit.

"Jadi (ASF) ini berbeda sekali dengan flu yang kita sebut flu babi atau swine flu H1N1, di mana ini memang adalah penyakit infeksi pada babi yang menyerang saluran napas. Kalau ASF lebih banyak menyerang pada saluran cerna," katanya.

Tanda-tanda flu babi Afrika

Dikutip dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, flu babi Afrika memiliki beberapa tanda yang bisa dikenali. Berikut ini adalah tanda-tanda klinis dari flu babi Afrika:

  • Kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum.

  • Diare berdarah.

  • Berkumpul bersama dan kemerahan pada telinga.

  • Demam (41 derajat Celsius), konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, terkadang muntah, diare atau sembelit.

  • Pendarahan kulit sianosis.

  • Babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas, tidak mau makan.

Flu babi Afrika dapat menyebar melalui:

  • Kontak langsung

  • Serangga

  • Pakaian

  • Peralatan peternakan

  • Kendaraan

  • Pakan yang terkontaminasi.

Cara pencegahan dari penularan flu babi Afrika

Untuk mencegah penularan dari flu babi Afrika, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti halnya berikut ini:

  1. Untuk babi yang terkena virus ini, maka diperlukan isolasi hewan, serta dilakukan pengosongan kandang selama 2 bulan.

  2. Selain itu, untuk babi yang mati karena penyakit flu babi ini harus dimasukkan ke dalam kantong dan harus segera dikubur untuk mencegah penularan yang lebih luas.

  3. Tidak menjual babi/karkas yang terkena penyakit ASF serta tidak mengonsumsinya.

Sumber (TribunManado.co.id/Kompas.com)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved