Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Viral

Pabrik Uranium Rusia Meledak, Satu Orang Tewas hingga Picu Kekhawatiran Radiasi Nuklir

Pabrik pemurnian uranium Ural Electrochemical Combine milik Rusia meledak pada hari Jumat (14/7/2023).

Istimewa/HO
Ilustrasi ledakan: Tragedi kelam Gudang Senjata China meledak 395 tahun lalu, pada 30 Mei 1626. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pabrik pemurnian uranium Ural Electrochemical Combine milik Rusia meledak pada hari Jumat (14/7/2023).

Akibat insiden tersebut, seorang pekerja pabrik berusia 65 tahun tewas dalam musibah yang terjadi di fasilitas permunian uranium terbesar di dunia tersebut.
 
Ural Electrochemical Combine mengungkapkan ledakan terjadi akibat depresurisasi di sebuah silider berisi uranium heksafluorida yang sudah habis.

Baca juga: Riset Snapcart: Ekspansi Pasar Digital, Shopee menjuarai Pilihan Masyarakat lewat Affiliate Program

Lantas perusahaan nuklir negara Rusia untuk menerbitkan sebuah pernyataan untuk meredakan kekhawatiran.

"Sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat, sebuah silinder dengan uranium heksafluorida yang sudah habis mengalami penurunan tekanan di sebuah bengkel di Ural Electrochemical Combine di Novouralsk."

Demikian pernyataan dari Rosatom, pemilik pabrik yang merupakan pabrik pengayaan uranium terbesar di dunia.

Dilansir dari Newsweek, uranium hexafluoride adalah bahan kimia yang digunakan selama proses pengayaan uranium.

Media Rusia sering menggunakan eufemisme seperti ledakan keras atau tekanan rendah, alih-alih ledakan.

Ini diduga untuk menghindari kepanikan dan untuk mempertahankan lanskap informasi yang menguntungkan.

Kantor berita milik pemerintah Rusia, RIA Novosti, mengutip sebuah sumber di layanan darurat yang mengatakan bahwa satu orang telah meninggal dunia dan tingkat radiasi di fasilitas tersebut normal.

Rosatom mengatakan insiden itu segera diatasi dan menambahkan bahwa tidak ada risiko bagi orang-orang yang tinggal di dekat pabrik.

"Bengkel sedang dibersihkan. Selebihnya beroperasi secara normal," kata perusahaan itu.

"Pengukuran radiasi latar belakang dilakukan di lokasi. Jumlahnya mencapai 0,17 mikrosieverts, yang sesuai dengan nilai alamiah," tambahnya.

Rata-rata global radiasi latar belakang yang terjadi secara alami adalah 0,17-0,39 microsieverts per jam, Reuters sebelumnya melaporkan, mengutip Asosiasi Nuklir Dunia.

Rusia Telah Kirim Senjata Nuklir Taktis ke Belarus

Presiden Vladimir Putin pada Jumat (16/6/2023) menegaskan Rusia telah mengirim senjata nuklir ke negara sekutu dekat Belarus yang berbatasan dengan Ukraina.

"Hulu ledak nuklir pertama telah dikirim ke wilayah Belarus... Ini adalah bagian pertama," ungkap Putin di forum ekonomi utama Rusia di St Petersburg.

Putin pertama kali mengumumkan rencana pengiriman senjata nuklir taktis ke Belarus pada Maret lalu.

Kali ini, dia menargetkan proses penempatan senjata nuklir taktis tersebut bisa rampung pada akhir tahun 2023.

"Pada akhir musim panas, akhir tahun, kami akan menyelesaikan proses transfer senjata nuklir taktis ke Belarus," kata Putin, sebagaimana dikutip dari AFP

Senjata nuklir taktis adalah senjata medan perang yang menghancurkan tapi memiliki hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan senjata nuklir strategis jarak jauh.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko seperti diketahui telah mengizinkan wilayahnya berfungsi sebagai landasan peluncuran serangan Rusia ke Ukraina pada tahun lalu.

Putin mengaku telah berkoordinasi dengan sekutunya tersebut terkait penempatan senjata nuklir ini.

“Seperti yang Anda ketahui, kami sedang bernegosiasi dengan sekutu kami, (Presiden Belarusia (Alexander) Lukashenko, bahwa kami akan memindahkan sebagian dari senjata nuklir taktis ini ke wilayah Belarus. Ini telah terjadi," kata Putin.

Pengumuman Putin telah memicu kekhawatiran akan konflik nuklir. Tetapi para ahli dan pemerintah mengatakan hal itu tidak mungkin mengubah jalannya perang Rusia-Ukraina untuk sementara ini.

Target Rusia tempatkan senjata nuklir taktis di Belarus
Putin mengatakan, penempatan senjata nuklir taktis ke Belarus adalah pengingat bagi Barat bahwa hal itu tidak akan dapat menimbulkan kekalahan strategis di Rusia.

“... Justru sebagai elemen pencegahan agar semua orang yang berniat menimbulkan kekalahan strategis pada kita (Rusia) tidak lagi berpikir demikian," kata Putin, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Sementara itu, pasukan Belarus dilaporkan telah mulai melatih sistem rudal Rusia berkemampuan nuklir pada April lalu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Baca berita lainnya di: Google News

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved