Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Viral

Apa Itu SD Inpres? Viral Diungkit Jokowi Terkait Pembangunan IKN, Ternyata Dibangun Era Soeharto

Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang seolah membandingkan SD Inpres dengan pembangunan IKN

Editor: Glendi Manengal
YouTube Sekretariat Presiden
Kegiatan Presiden Jokowi di Kalimantan Timur Kamis(23/02/2023) 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Saat ini tengah menjadi pembahasan soal SD Inpres.

Hal tersebut dikarenakan pernyataan dari Presiden Joko Widodo.

Dimana pernyataan tersebut dianggap seolang membandingkan SD inpres dengan pembangunan IKN.

Pernyataan dari Jokowi ini viral hingga menjadi trending di Twitter.

Terkait hal tersebut Jokowi yang mengungkit soal SD inpres sontak memunculkan tanggapan dari netizen.

Dimana SD inpres dikaitan Presiden Soeharto.

Lantas apa sebenarnya SD Inpres itu?

Berikut ini penjelasannya.

Baca juga: Dulu Jadi Artis Terkenal, Adrian Maulana Tinggalkan Dunia Hiburan karena Hal Ini, Begini Kabarnya

Baca juga: Mahasiswa Papua di Jerman Terancam Terusir dari Asrama, Belum Bayar Tunggakan 5 Bulan, Ini Sebabnya

Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang seolah membandingkan SD Inpres dengan pembangunan IKN Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim) jadi trending Twitter, Jumat (16/6/2023). 

Saat menjelaskan tentang pembangunan IKN Nusantara, Presiden Jokowi menyinggung SD Inpres.

Pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut SD Inpres ini bermula ketika membahas pengawas asing untuk menjaga dan mengontrol kualitas proyek IKN Nusantara. 

Kamis (15/6/2023) saat memberikan keterangan pers di Pasar Menteng Pulo. Jakarta, Presiden Jokowi mengatakan, "Kali hanya satu, dua yang mengarahkan.

Dua bisa mengontrol, mengawasi supaya hasilnya bisa kualitas baik kenapa tidak."

Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com, Jokowi juga menegaskan bahwa keberadaan pengawas asing di IKN Nusantara bukan bertujuan untuk menarik investor asing, melainkan untuk meningkatkan level kualitas.

"Jangan nanti hasilnya nanti kayak SD Inpres, mau?" kata Jokowi.

Pernyataan Jokowi yang seolah membandingkan pembangunan IKN dengan SD Inpres sontak mendapatkan sorotan dari publik, tak terkecuali di dunia maya.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, topik "sd inpres" menempati trending nomor 10 di Twitter pada Jumat (16/6/2023) malam dengan 15.400 cuitan.

"Detik-detik Jokowi 'tertawakan' kualitas SD Inpres," kata seorang warganet.

"Dibangun era Soeharto, menteri pendidikan nasional bapak pun belum tentu tau SD Inpres ini adanya di mana," kata warganet lainnya.

"SD inpres itu dibuat agar kegiatan belajar mengajar bisa segera terlaksana, budget seadanya, soal estetika bangunan nomor 2.

Tapi kalo pejabat ngejokes sd inpres, speechless gw," kata akun ini.

Lalu, bagaimana sejarah SD Inpres di Indonesia?

Dibangun pada era Soeharto

Apa itu SD Inpres?

Untuk diketahui SD Inpres adalah singkatan dari Sekolah Dasar Instruksi Presiden merupakan program sarana pendidikan yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto pada masa Orde Baru.

Dikutip dari Pusat Data Jenderal Besar H.M. Soeharto, sekolah ini dibuat berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar.

Kebijakan tersebut ada untuk memperluas kesempatan belajar, terutama di pedesaan dan daerah perkotaan yang penduduknya berpenghasailan rendah.

Ribuan hingga puluhan ribu gedung sekolah dibangun hampir setiap tahun.

Hingga 1993-1994, tercatat hampir 150.000 unit SD Inpres telah berdiri di Indonesia.

Pembangunan SD Inpres juga diinisiasi oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas sekaligus ekonom Indonesia, Widjojo Nitisastro.

Total dana yang dikeluarkan untuk program ini hingga akhir Pembangunan Jangka Panjang Tahap (PJPT) I mencapai hampir Rp 6,5 triliun.

Seiring dengan berdirinya SD Inpres, pemerintah juga menempatkan lebih dari 1 juta guru Inpres.

Dalam buku Pendidikan yang Memiskinkan (2004) karya Darmaningtyas, pembangunan SD Inpres juga mendorong berdirinya Sekolah Pendidikan Guru (SPG).

Setelah SPG dibubarkan pada 1989, orang-orang beralih ke Sekolah Menengah Atas (SMA).

Seiring perkembangannya, SD Inpres juga harus berjuang di tengah minat belajar di sekolah yang didirikan misionaris dan pesantren.

Pembangunan sekolah juga dilakukan seiring dengan Pembangunan Lima Tahun (Pelita) tahap II dan III yang menjadi titik awal pembangunan sistem pendidikan di Indonesia oleh rezim Orde Baru.

Peran pemerintah yang menguat juga terasa melalui pengaturan seragam, isi materi pelajaran, dan perilaku pihak yang terlibat dalam pendidikan.

Dampak positif SD Inpres

Dilansir dari Indonesia.go.id, Duflo menjelaskan, pembangunan SD Inpres membuat 1.000 anak usia 2-6 tahun pada 1974 menerima lebih banyak pendidikan untuk setiap sekolah yang dibangun di wilayah mereka.

Program SD Inpres juga mendorong masyarakat menyelesaikan pendidikan dasar, menurunkan buta aksara, meningkatan upah, dan mengembalikan perekonomian negara.

Dampak lainnya, anak-anak usia 2-6 tahun pada 1974 menerima 0,12 hingga 0,19 tahun lebih banyak pendidikan untuk setiap sekolah yang dibangun per 1.000 anak di wilayah kelahiran mereka.

Tak hanya itu, program SD Inpres disebut meningkatan upah masyarakat sebanyak 1,5 hingga 2,7 persen untuk setiap sekolah.

Selain itu, juga memberikan dampak pengembalian ekonomi sekitar 6,8 hingga 10,6 persen.

Pada1988, tercatat Angka Partisipasi Murni (APM) anak di tingkat SD mencapai 99,6 persen.

Lalu, pada 1990, jumlah masyarakat buta aksara turun hingga 15,8 persen. 

Durasi masa pendidikan SD pun berdampak pada peningkatan upah sebesar 3-5,4 persen.

Keberhasilan program SD Inpres ini, membuat UNESCO memberikan penghargaan Piagam The Avicenna kepada Presiden Soeharto pada 19 Juni 1993.

Artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved