Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Talaud Sulawesi Utara

Wakil Bupati Moktar Parapaga: Pemerintah Terus Optimalkan Kualitas Guru dalam Mengajar di Talaud

Pemerintah Talaud sementara waktu berupaya untuk terus menghadirkan dan meningkatkan kualitas guru yang berkompeten demi kemajuan dunia pendidikan

Penulis: Ivent Mamentiwalo | Editor: Chintya Rantung
IST
Kegiatan belajar mengajar di kabupaten Talaud 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Peringatan Hari Guru Nasional yang dirayakan setiap 25 November jatuh pada Jumat (25/11/2022) hari ini.

Pada tahun ini, tema perayaan Hari Guru Nasional adalah Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar.

Penetapan (HGN) Hari Guru Nasional berkaitan dengan riwayat berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Menyikapi hal tersebut Wakil Bupati Kepulauan Talaud Moktar Arunde Parapaga kepada Tribun Manado Jumat (25/11/2022) mengatakan pemerintah daerah sementara waktu berupaya untuk terus menghadirkan dan meningkatkan kualitas guru yang berkompeten demi kemajuan dunia pendidikan di kabupaten Kepulauan Talaud.

"Hal ini dimaksud agar sektor pendidikan di bumi porodisa tetap berjalan maksimal sekaligus mencetak pelajar-pelajar yang andal," sebut Parapaga.

Parapaga melanjutkan, kendati minimnya guru pengajar di Talaud, kami akan terus berupaya serta mencoba mengoptimalkan dengan meningkatkan kualitas guru dalam mengajar.

Ia pun mengucapkan selamat hari guru nasional dan HUT PGRI ke-77 kepada seluruh tenaga pengajar di tanah air.

"Jasa dari para pendidik dengan julukan para pahlawan tanpa tanda jasa tak bisa dilupakan berkat guru kita semua bisa sukses.

Thank you for teaching me a subject I thought I could never understand or be interested in. Thank you for making learning fun. Happy Teacher’s Day," ungkap Parapaga.

Sejarah Hari Guru Nasional

Sejarah Hari Guru Nasional 25 November, Mengenang Perjuangan Guru Serta Perayaan HUT PGRI

Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (HUT PGRI).

Peringatan Hari Guru Nasional bertujuan mengapresiasi jasa guru dalam mendidik dan mengajar anak bangsa.

Hari Guru Nasional yang dirayakan setiap 25 November jatuh pada Jumat (25/11/2022) hari ini.

Pada 2022 ini, tema perayaan Hari Guru Nasional adalah Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar.

Perayaan Hari Guru Nasional 2022 juga bersamaan dengan HUT ke-77 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Lantas mengapa hari guru ditetapkan peringatannya pada 25 November?

Berikut sejarah hari guru nasional.

Sejarah Hari Guru Nasional

Hari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ditetapkan pada 25 November sekaligus diperingati sebagai Hari Guru Nasional, berdasarkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.

Dikutip dari pgri.or.id, organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik sekolah.

Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda, mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.

Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.

Sejalan dengan keadaan itu, berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), di samping organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan.

Ada pula organisasi lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.

Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda.

Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia.

Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan.

Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.

Pada 1932, nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).

Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.

Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.

Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta.

Melalui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan.

Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk.

Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di dalam kongres inilah, pada 25 November 1945, 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, PGRI didirikan.

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesin pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan:

1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.

2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dasar-dasar kerakyatan.

3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.

Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah PGRI.

Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, PGRI tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, dan independen.

Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.

Sosok Bapak Pendidikan Nasional

Berikut profil singkat Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional dilengkapi pendidikan dan profesinya dalam artikel ini.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889.

Ia memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat dan merupakan cucu dari Sri Paku Alam III.

Ayahnya bernama GPH Soerjaningrat.

Mengutip dari Buku Tematik Kelas 4, Tema 5 (Pahlawanku), ia menamatkan pendidikan dasar di Yogyakarta.

Kemudian, Raden Mas Suwardi Suryaningrat melanjutkan pendidikannya di Stovia.

Stovia merupakan sekolah kedokteran di Jakarta yang didirikan khususuntuk orang Indonesia.

Ia memiliki kemampuan berbahasa Belanda.

Sehingga hal tersebut digunakannya untuk menuliskan kritikan-kritikan terhadap pemerintah Belanda.

Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa yaitu sekolah nasional pertama bagi rakyat Indonesia.

Taman Siswa adalah bentuk nyata perjuangan melawan penjajah.

Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa pendidikan akan membantu mencapai tujuan yaitu kemerdekaan bangsa.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara memiliki jasa yang sangat besar dalam pendidikan.

Oleh karena itu, ia mendapat gelar ‘Bapak Pendidikan Nasional’.

Kemudian, tanggal lahirnya, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Beda Hari Guru Nasional dengan Hari Guru Sedunia

Mengutip dari laman Unesco, Hari Guru Sedunia merupakan perayaan untuk memeringati hari jadi pengadopsian rekomendasi Organisasi Buruh Internasional (ILO)/Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) tentang Status Guru (Status of Teachers) pada 5 Oktober 1994.

Rekomendasi dari ILO/ UNESCO menjadi tolok ukur terkait hak dan tanggung jawab, standar untuk persiapan awal serta pendidikan lanjutan, perekrutan, pekerjaan, dan kondisi belajar mengajar bagi guru.

Tiga tahun kemudian, rekomendasi tentang Status Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi baru diadopsi untuk melengkapi rekomendasi pada 1966 mengenai tenaga pengajar dan peneliti di universitas.

Dalam rencana global bernama Sustainable Development Goals (SDGs), nomor 4 menekankan pada pembangunan di bidang pendidikan.

SDGs mengakui bahwa guru merupakan kunci pencapaian agenda di bidang pendidikan pada 2030.

Hari Guru Sedunia telah menjadi kesempatan untuk menandai kemajuan dan merefleksikan cara untuk melawan tantangan yang tersisa untuk promosi profesi guru.

Demikian penjelasan perbedaan Hari Guru Nasional dengan Hari Guru Sedunia. Meski punya perbedaan sejarah, namun keduanya selalu diperingati setiap tahun agar masyarakat selalu menghargai perjuangan dan profesi para guru baik di masa lalu maupun di masa yang akan datang.(Iv)

Baca Berita Tribun Manado DISINI

Baca juga: Selang Tahun 2022, Ada 85 Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Manado Sulawesi Utara

Baca juga: Perayaan Hari Guru Nasional 2022, Bupati Minsel Franky Donny Wongkar Apresiasi Tugas Mulia Guru

 

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved