Piala Dunia 2022
6 Fakta Kampung Argentina di Manado Sulawesi Utara, Kalau Hujan Banjir dari Dada Sampai Atap Rumah
Nah berbicara soal Argentina dan Piala Dunia, tahukah Anda kalau di Kota Manado Sulawesi Utara ada kampung yang diberi nama Kampung Argentina.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Pesta bola dunia Piala Dunia 2022 tinggal menghitung hari.
Perhelatan sepakbola empat tahunan itu akan melangsungkan kickoff pertandingan di Qatar mulai 20 November hingga 18 Desember 2022 nanti.
Qatar diketahui telah mempersiapkan delapan stadion di lima kota untuk mengadakan setiap pertandingan Piala Dunia.
Piala Dunia 2022 tahun ini akan mempertemukan 32 negara.
Salah satu negara yang akan memperebutkan Piala Dunia 2022 adalah Argentina.
Nah berbicara soal Argentina dan Piala Dunia, tahukah Anda kalau di Kota Manado Sulawesi Utara ada kampung yang diberi nama Kampung Argentina.
Berikut ini 6 fakta soal Kampung Argentina di Manado, Sulawesi Utara:
1. Awal Mula Diberi Nama Kampung Argentina
Demam Diego Armando Maradona yang berhasil membawa timnas Argentina menjuarai piala dunia 1986 membuat sejumlah warga Kelurahan Ternate Tanjung, Lingkungan 1 sepakat menamai kampung mereka kampung Argentina.
Ya Kampung Argentina terletak di Kelurahan Kelurahan Ternate Tanjung, Lingkungan 1, Kecamatan Singkil, Manado, Sulut.
Itulah awal mula kampung Argentina versi sejumlah warga kepada Tribun Manado.
Diketahui tahun tersebut Argentina berhasil menjuarai Piala Dunia 1986 berkat kemenangan fantastis 3-2 atas Jerman Barat.
1986 merupakan gelaran Piala Dunia yang ke-13, berlangsung di Meksiko dari 31 Mei hingga 29 Juni.
Saat itu Jose Luis Brown membuka skor untuk Argentina pada menit ke-23 dan kedudukan 10 itu bertahan hingga turun minum.
Setelah jeda, Jorge Valdano menggandakan keunggulan Argentina.
Karl-Heinz Rummenigge memperkecil kedudukan untuk Jerman Barat pada menit ke-74, dan tim asal Eropa itu akhirnya bisa menyamakan kedudukan pada menit ke-81 lewat aksi Rudi Voller.
Meski Maradona mampu diisolir sepanjang pertandingan, namun sang legenda termasyhur itu bisa memberi passing gemilang pada menit ke-84 untuk Jorge Burruchaga, yang dituntaskan dengan maksimal sehingga membawa Argentina kembali unggul dan akhirnya menang 3-2.

2. Kampung Argentina di Manado Tidak Terkenal Karena Sepak Bola
Ironisnya, Kampung Argentina ini terkenal oleh sesuatu yang jauh dari sepak bola yakni banjir.
Kampung di pesisir DAS Tondano ini memang langganan banjir.
Setiap hujan pasti kebanjiran.
Hal ini sontak membuat warga sedih dan galau setiap kali hujan.
Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
3. Kalau Hujan, Kampung Argentina Pasti Banjir, Air Bisa Sampai Atap
Ketika hujan turun, hati warga mulai gunda gulana.
Pasalnya kampung yang berada di bantaran sungai itu kala hujan pasti banjir.
Kalau hujan seharian air bahkan bisa air naik hingga dada manusia dewasa.
Bahkan pernah sampai atap rumah warga.
Ya di beberapa tempat yang dekat sungai, air menjangkau atap.
Warga pun mengungsi di mesjid, rumah kerabat hingga ke tepi jalan.
Ada pula yang memilih tinggal di lantai dua rumah mereka.

4. Banjir di Kampung Argentina Manado sudah Tak Terhitung
"Banjir di sini sudah tak bisa dihitung lagi," kata warga.
Ia mengestimasi banjir besar dan kecil dalam setahun bisa mencapai puluhan kali.
"50 kali?" tanya Tribun.
"Bisa," jawabnya.
Dalam buku sejarah banjir kampung argentina, warga menyebutkalau banjir terparah terjadi pada 15 Februari 2014 lalu.
"Kala itu air lewat tiang listrik, anda bayangkan saja," kata dia.
Ia berpendapat, seringnya kampung itu kebanjiran karena posisinya di samping sungai serta di dataran rendah.
Daerah keliling kampung itu memang berada di dataran tinggi.
"Jadi air datang dari sungai dan dari pemukiman di atas," kata dia.
Setiap peristiwa buruk memiliki makna dalam hidup.
Demikian juga banjir di Kampung Argentina jadi semacam blessing disguise.
"Kami jadi pekerja keras, disiplin, tidak malas selalu hati hati, penuh perhitungan, kalau saja kami malas sudah lama kami mati," beber Rahmawati warga lainnya.
5. Banjir di Kampung Argentina Jadi Perekat Antar Warga
Dikatakan Rahmawati, banjir juga jadi perekat antar warga yang berbeda beda suku
"Ada kalanya datang bantuan dari warga non muslim, ini membuat kami haru," kata dia.
Rahmat warga lainnya menyatakan, kerja keras warga nampak dari beberapa rumah berlantai dua.
Warga bekerja keras untuk bisa membangun rumah tersebut.
"Supaya kalau banjir bisa diungsikan sejumlah barang barang di lantai dua.
Ditanya apakah hendak pindah, dirinya siap asalkan ada uang pengganti yang pantas.
Husain warga lainnya mengaku sibuk membersihkan rumahnya yang kemasukan air setinggi dada.
"Kerja yang lumayan sulit karena tak ada alkon, kami butuh bantuan alkon," kata dia.
Meski dalam keadaan sulit, ia tetap memaksa anaknya bersekolah.
Peralatan sekolah anak sengaja ia prioritaskan saat mengungsi.
"Segala kesulitan hidup jangan membuat kita menyerah," kata dia.

6. Bantuan Pemkot Manado Dianggap Salah Sasaran
Indriyati Hasan, warga Kampung Argentina, mengatakan beberapa waktu lalu tempat tinggalnya kebanjiran akibat hujan lebat.
Perempuan yang akrab disapa Iin ini sudah tinggal di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano sejak ia lahir.
Rumah tersebut merupakan warisan kakek dan neneknya.
Sejak berdiri, rumah tersebut memang setiap tahun selalu kebanjiran karena tak ada batas antara bangunan dan sungai.
"Paling parah waktu banjir bandang 2014. Rumah ini habis karena banjirnya sampai lima meter," kata perempuan 29 tahun itu kepada Tribunmanado.co.id, Kamis (15/7/2021).

Pada awal tahun 2021, hujan lebat juga sempat turun di Manado selama beberapa minggu.
Hujan tersebut menyebabkan banjir setinggi dua-tiga meter sehingga Iin dan keluarga harus mengungsi di Masjid Babuljannah Singkil di depan rumahnya.
Bahkan rumahnya sudah hancur karena sering terkena banjir.
"Atap rumah sempat bolong, yang tertutup hanya di kamar. Jadi di ruang tengah tetap bisa lihat langit," kata Iin.
Iin sempat mengganti atap dengan terpal, namun tak lama datang bantuan seng sehingga rumahnya sudah bisa terlindungi.
Karena sering kebanjiran, Pemerintah Kota Manado sempat meminta warga Kompleks Argentina pindah ke daerah Pandu, Mapanget, Manado.
Namun menurut Iin kebijakan tersebut salah sasaran.
Warga yang pindah ke daerah Pandu tersebut justru yang tinggal di daerah tinggi.
"Jadi waktu 2014 kami sempat diminta pindah ke daerah Pandu. Di kantor kelurahan sudah tertulis daftar nama-nama keluarga yang bisa pindah, tapi kami yang tinggal di bantaran sungai justru tidak tercantum namanya," terang Iin.
Jika tercantum namanya saat itu, Iin mengaku ia dan warga sekitar bersedia pindah.
Iin berharap, Pemkot Manado bisa segera mengatasi banjir agar ia dan warga bantaran DAS Tondano bisa tenang. (Ind/Art)
Itulah 6 Fakta Kampung Argentina di Manado Sulawesi Utara, Kalau Hujan Banjir Sampai Atap Rumah