Brigadir J Tewas
ART Hingga Ajudan Kompak Ungkap Tabiat Brigadir J, Pakar Singgung soal Criminal Profiling
ART Hingga Ajudan Kompak Sudutkan Brigadir J, Pakar Singgung soal Criminal Profiling
TRIBUNMANADO.CO.ID - Persidangan kasus pembunuhan Brigadir J terus bergulir.
Pada persidangan itu sejumlah saksi yang merupakan orang dekat terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Chandrawathi yaitu ART, sekuriti hingga ajudan terdakwa menyampaikan keterangan yang bak menyudutkan Brigadir Yosua alias Brigadir J.
Sikap negatif Brigadir J mulai dikulik-kulik di ruang sidang.
Brigadir J disebut temperamental, suka marah-marah hingga kerap ke tempat hiburan malam diungkap para saksi.

Tidak ada satupun kebaikan Brigadir J yang diungkap para saksi tersebut.
Hal ini menuai sorotan dari berbagai pihak termasuk pakar.
Reza Indragiri, anggota Pusat Kajian Assessment Warga Binaan Pemasyarakatan, Poltekip, Kemenkumham pun buka suara.
Reza Indragiri memberikan tanggapannya terkait sejumlah pernyataan para saksi yang mengulik sifat-sifat negatif mendiang Brigadir J.
Reza Indragiri menyebut hal tersebut merupakan profiling.
"Dan karena Yoshua adalah korban, maka profiling yang disusun semestinya adalah victim profiling. Tapi alih-alih membuat kita paham dan bersimpati akan kondisi Yoshua yang membuatnya menjadi korban pembunuhan berencana, victim profiling itu justru mendiskreditkan Yoshua sebagai orang dengan serbaneka tabiat buruk," katanya.
"Terlepas apakah profiling itu benar atau tidak. Dan sifat-sifat buruk Yoshua itulah yang seolah membenarkan bahwa Yoshua telah melakukan kekerasan seksual. Jadi, victim profiling tentang Yoshua itu justru beraroma criminal profiling."
Reza menyoroti sejumlah saksi yang dinilainya begitu kompak dan fasih menyebut watak-watak buruk Yoshua. Tapi tidak ada satu pun kata sifat yang positif tentang Yoshua.

"Hebat saksi-saksi itu. Mereka punya proses berpikir yang sama, artikulasi spontan yang sama, kosakata yang sama, dan "kelupaan" yang sama untuk menyebut satu kebaikan pun tentang Yoshua. Filter mentalnya seragam, semua isi keterangan mereka pun kelam. Saya berharap ada fairness dan purposefulness," ujarnya.
Menurut Reza, fairness pertama, tak mungkin ada manusia yang isinya sampah semua.
Jadi, setelah Yoshua dilukiskan sebagai manusia dengan sifat-sifat negatif, bolehlah para saksi dan ahli juga dikondisikan untuk tidak bias dan tidak lalai menjabarkan sifat-sifat positif Yoshua. Pasti ada. Kecuali jika saksi diajari untuk lupa.
Fairness kedua, karena sudah ada victim profiling beraroma criminal profiling tentang Yoshua, maka bolehlah di ruang sidang juga disodorkan criminal profiling tentang Ferdy Sambo dan Putri Candrawati. Polri butuh criminal profiling itu.
Yakni, agar paham dinamika kehidupan Ferdy Sambo lalu mencegah para perwira tinggi menjadi Sambo-Sambo baru. Masyarakat juga bisa menggunakan criminal profiling itu untuk mewaspadai orang-orang dengan ciri-ciri yang sama, sehingga bisa memperkecil risiko menjadi sasaran pembunuhan berencana.
Lalu purposefulness. Karena lukisan kelam tentang kepribadian Yoshua itu tampaknya akan dipakai untuk menopang tuduhan kekerasan seksual, maka ahli yang membuat profiling harus bisa menjelaskan bagaimana sifat-sifat Yoshua bisa bersimpul sedemikian rupa mendorong dirinya melakukan kekerasan seksual.
Tanpa penjelasan, maka profiling itu hanya akan menambah stigma buruk berikutnya terhadap Yosua dan keluarga besarnya.
"Betapa menyedihkannya andai profiling hanya menjadi ajang re-viktimisasi terhadap Yosua. Sudah jatuh ditimpakan tangga pula. Sudah ditembak mati, lalu disebut menembak teman, bukan dipulihkan martabatnya, tapi kini justru dipotret dengan sedemikian jeleknya," pungkas Reza.
Kuasa hukum Brigadir J: Ferdy Sambo Kehabisan Strategi Pembelaan
Sebelumnya Kuasa Hukum Keluarga Brigadir J, Yonathan Baskoro buka suara terkait kesaksian sejumlah saksi yang mengungkapkan sifat-sifat negatif Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutarabat atau Brigadir J dalam persidangan.
Kesaksian tersebut salah satunya diungkap oleh asisten rumah tangga (ART) Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, yakni Susi.
Dalam sidang lanjutan terdakwa Kuat Maruf dan Ricky Rizal pada Rabu (9/11/2022) kemarin, Susi menyebut juga Brigadir J adalah sosok yang pemarah dan tempramental.
Ada juga kesaksian dari Sekuriti Rumah Ferdy Sambo, Damianus Laba alias Damson yang mengatakan jika Brigadir J sering pergi ke tempat hiburan malam hingga menyebut ada wanita yang bersama Brigadir J.
Menanggapi hal tersebut Yonathan menilai jika pihak Ferdy Sambo kini sudah kehabisan strategi untuk melakukan pembelaan.

Sehingga mereka melakukan victim profiling, menyerang personality dari Brigadir J semasa hidup.
"Yang dilakukan (pihak Ferdy Sambo) saat ini adalah victim profiling, yang menyerang personality almarhum. Ini menurut saya karena sepertinya pihak sana sudah kehabisan strategi untuk melakukan pembelaan," kata Yonathan dalam tayangan Live Program 'Sapa Indonesia Pagi' Kompas TV, Kamis (10/11/2022).
Lebih lanjut Yonathan menyebut, victim profiling ini dilakukan oleh pihak Ferdy Sambo karena unsur pembunuhan berencana pada Brigadir J ini sudah bisa terelakan lagi.
Sehingga harus mencari pembelaan lain, yakni dengan menimbulkan citra buruk terhadap Brigadir J.
Agar nantinya motif pembunuhan yang digadang-gadang selama ini oleh Ferdy Sambo, yakni pelecehan seksual bisa berhubungan dengan citra buruk Brigadir J tersebut.
"Karena unsur pembunuhan berencananya ini sudah tidak bisa terelakan lagi. Jadi dicarilah pembelaan lain yang menurut saya tidak fair. Ini menurut kami juga ingin menimbulkan citra yang buruk terhadap almarhum."
"Sehingga untuk melakukan motif yang digadang-gadang selama ini itu nyambung gitu, berhubungan," terang Yonathan.
Yonathan pun menegaskan bahwa pernyataan soal kepribadian ganda Brigadir J adalah suatu kebohohan.
Sama halnya dengan pernyataan soal Brigadir J yang meminta untuk dicarikan perempuan, itu juga bohong menurut Yonathan.
"Padahal semua fitnah yang disampaikan terhadap almarhum itu semuanya terbantah. Yang punya kepribadian ganda itu bohong, yang minta dicarikan perempuan itu bohong," tegasnya.
Tudingan Kepribadian Ganda Brigadir J dari Ferdy Sambo
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Ketua Majelis Hakim, Wahyu Iman Santosa menyinggung surat keberatan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi soal Brigadir J memiliki kepribadian ganda.
Hal ini diungkapkan dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J, Selasa (8/11/2022) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.

"Ada lagi keberatan saudara (penasihat hukum FS) bahwa korban almarhum Nofriansyah Yosua Hutabarat ada kecenderungan memiliki kepribadian ganda," kata Wahyu.
Kemudian, Wahyu pun mempersilahkan tim kuasa hukum Ferdy Sambo untuk menggali hal tersebut.
Hanya saja, Wahyu menegaskan sidang lanjutan ini digelar untuk mencari kebenaran materiil.
Sehingga apabila tim penasihat hukum ingin menggali perihal kepribadian ganda Brigadir J bisa memanggil saksi A de Charge atau saksi meringankan atau dalam persidangan nanti.
"Mohon maaf kalau saudara mau menanyakan saksi terkait ini, kita memeriksa saksi dalam hal ini yang diajukan jaksa penuntut umum adalah terkait perkara pembunuhan."
"Bahwa saudara mau menggali korban memiliki kepribadian ganda, silahkan."
"Kita berikan waktu saudara untuk saksi yang meringankan bagi terdakwa, silahkan gali," pungkas Wahyu.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Baca Berita Tribun Manado disini: