Peneliti UI Sebut Galon Guna Ulang Berkontribusi Atasi Masalah Sampah Plastik dan Ekonomi Nasional
Peneliti FEB UI menilai, galon guna ulang berkontribusi mengurangi dampak lingkungan terkait dengan permasalahan sampah plastik.
Penulis: Inang Jalaludin Shofihara | Editor: AMALIA PURNAMA SARI
TRIBUNMANADO.CO.ID – Sampah plastik merupakan salah satu pekerjaan rumah terbesar bagi masyarakat Indonesia.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) menyebutkan, dari 68,5 juta ton limbah sebanyak 11,6 juta ton adalah sampah plastik (2021).
Untuk itu, dibutuhkan tindakan prioritas di seluruh ekosistem pengelolaan sampah, termasuk pengurangan penggunaan plastik, inovasi kemasan, serta pemulihan, daur ulang, dan pengumpulannya sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah.
Terkait dengan inovasi kemasan, produsen juga dituntut membangun desain kemasan yang mendukung praktik ekonomi sirkular.
Dalam hal ini, produsen diminta dapat menjaga fungsi dari kemasan sekaligus mengurangi potensi timbulan sampah serta penggunaan plastik sekali pakai.
Berdasarkan hasil studi Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), galon guna ulang ternyata berkontribusi mengurangi dampak lingkungan terkait dengan permasalahan sampah plastik.
Peneliti Ekonomi Lingkungan LPEM UI Bisuk Abraham Sisungkunon menjelaskan, riset menunjukkan tanpa penggunaan galon guna ulang, 7 dari 10 konsumen akan beralih pada penggunaan kemasan sekali pakai.
“Dengan demikian, tentunya hal ini akan berpotensi meningkatkan timbulan sampah kemasan sekali pakai hingga 770.000 ton per tahun. Akibatnya, emisi sampah plastik akan bertambah hingga 1.655.500 ton per tahun,” jelasnya dalam siaran pers, Senin (7/11/2022).
Sejalan dengan itu, Aktivis Lingkungan dari Komunitas Nol Sampah Wawan Some mengatakan, dengan mengonsumsi air kemasan galon guna ulang, masyarakat secara tidak langsung menjalankan budaya reuse yang berdampak dalam mengurangi potensi sampah plastik.
Wawan juga memahami sampah plastik seperti kemasan air mineral memang dapat didaur ulang, tetapi butuh waktu dan tambahan biaya yang perlu diperhitungkan dalam proses pengumpulan dan penyortirannya.
“Hal ini dikarenakan, industri menggunakan plastik yang berbeda saat membuat kemasan sehingga pengepul perlu memisahkan kemasan sekali pakai, label, dan juga tutupnya. Belum lagi keterbatasan titik pengumpulan, sehingga membuat sampah daur ulang yang harus diangkut berpotensi menyumbangkan emisi karbon,” jelas Wawan.
Terlebih, dengan adanya data dari LPEM UI, Wawan mengungkapkan, temuan tersebut mempertegas galon guna ulang memberikan kontribusi bagi ekonomi sirkular dan dapat dijadikan materi edukasi masyarakat dan advokasi pemerintah.
Berkontribusi positif bagi perekonomian nasional
Hasil riset yang dilakukan LPEM UI juga menunjukkan bahwa penggunaan galon guna ulang turut berkontribusi positif bagi perekonomian nasional melalui sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional hingga Rp 460 miliar.
Lebih lanjut, sektor galon guna ulang juga mendorong penciptaan lapangan kerja nasional sebesar 16.732 yang berasal dari 13.316 kesempatan kerja langsung sebagai agen pemasaran produk, pekerja depo, supir truk distribusi hingga potensi penambahan 3.416 lapangan kerja tidak langsung dari sektor industri ini.
Ahli kimia sekaligus pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Ahmad Zainal Abidin juga memastikan, air mineral kemasan galon guna ulang selain mendukung ekonomi sirkular juga tentunya aman untuk digunakan sebagai kemasan pangan.