Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

RHK Selasa 18 Oktober 2022

BACAAN ALKITAB - Pengkhotbah 5-2 Jauhi Perkataan Bodoh

Mimpi, ada yang menyebutnya sebagai bunga tidur. Pengalaman lain ada orang yang ketakutan bahkan mengigau, meracau saat bermimpi. Juga gelisah.

Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
pexels.com
Bacaan Alkitab 

Pengkhotbah 5-2

TRIBUNMANADO.CO.ID - Mimpi, ada yang menyebutnya sebagai bunga tidur. Pengalaman lain ada orang yang ketakutan bahkan mengigau, meracau saat bermimpi. Juga gelisah. Alkitab menyaksikan bahwa banyak orang bermimpi karena kelelahan akibat banyaknya aktifitas atau intensitas kesibukan yang tinggi.

Salomo mengatakan bahwa semakin tinggi dan banyak serta berat aktifitas orang yang membuatnya kelelahan, maka hal itu mengakibatkan orang bermimpi. Jadi mimpi sangat dipengaruhi oleh kesibukan seseorang. Semakin banyak dan berat aktifitas seseorang, semakin besar dan banyak kemungkinan dia bermimpi.

Inilah yang dianalogikan oleh Salomo dengan orang yang banyak bicara. Semakin banyak seseorang berbicara, semakin besar dan banyak kemungkinan percakapan bodoh yang timbul. Karena itu semakin membuka cela bagi dia untuk mengatakan hal-hal bodoh yang dengan sendirinya merendahkan derajat hidupnya.

Bacaan Alkitab
Bacaan Alkitab (pixabay.com)

Yang dimaksudkan Salomo di sini tentu adalah masalah omongan atau perkataan yang tidak berguna, kosong dan suka membual. Ucapan atau perkataan yang hanya isapan jempol, yang lebih suka memercakapkan keburukan atau kejelekan orang lain.

Salomo menghendaki agar ketika berbicara seseorang harus mengontrol diri atas ucapan kata-katanya sehingga bernilai dan bermakna serta berisi, yang tujuannya untuk jadi berkat bagi sesma, dan memuliakan Tuhan.

Panjang perkataan atau bicaranya seseorang sebenarnya tidak masalah. Yang penting berhikmat dan berkualitas. Terutama berguna untuk membangun sesama, serta terarah untuk hormat dan kemuliaan Tuhan. Jadi jelaslah bahwa perkataan yang panjang yang tak bernilai dan tak bermakna serta yang jahat, itulah yang hendak disoroti dan dikritik oleh Salomo. Semakin panjang dia berbicara semakin menunjukkan kebodohannya.

Demikian firman Tuhan hari ini.
"Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan." (ay 2)

Dalam hal ini Salomo tidak dalam tendensi atau maksud melarang orang berbicara panjang. Sebab ada juga orang yang berbicara panjang tapi semuanya bermakna dan berisi kata-kata hikmat. Karena memerkatakan tentang kebaikan, kasih dan membawa damai bagi sesama sebab yang dia ucapkan bersumber dari firman Tuhan.

Sehingga apa yang diperkatakan itu akan menjadi berkat bagi sesama dan memermuliakan nama Tuhan. Jika itu yang dipercakapkan dan diucapkan, tentu tidak masalah. Itupun tetap ada akhirnya, atau bukan 'tiada akhir'. Atau terlalu panjang sehingga membuat orang lain bosan dan jenuh. Hal itu justeru akan menunjukkan kebodohan kita. Maka dalam berkata-kata hendaklah selalu terkontrol baik soal panjang pendeknya maupun isi perkataan, dan cara penyampaian serta siapa komunikan (teman bicara) kita. Sehingga apa yang kita katakan tidak membosankan dan merendahkan diri kita. Itulah antara lain kebodohan akibat terlalu banyak berbicara.

Ingatlah bahwa perkatan dan ucapan kita, menunjukkan kualitas dan nilai diri kita. Sebab cara kita berkomunikasi akan mencitrakan siapa dan bagaimana sebenarnya diri kita di depan orang lain, terutama di hadapan Tuhan.

Orang yang berbicara tentang firman Tuhan yang menghidupkan dengan gagasan yang membangun secara komprehensif dengan visi yang baik, adalah orang hebat. Sebaliknya, orang yang suka membual, membicarakan kekurangan sesama, suka menjatuhkan dan merendahkan sesama, dan mengabaikan firman Tuhan, adalah orang bodoh dengan nilai kehidupan yang rendah.

Jadi, dengan ucapan dan perkataan, orang akan mengenal dan menilai kita. Maka jagalah ucapan bibir mulut kita agar mengeluarkan kata-kata hikmat, berkualitas yakni yang menjadi berkat bagi sesama dan memermuliakan nama Tuhan.

Jangan berkata-kata bertele-tele sehingga ucapan kita menjadi kosong tak bermakna dan semakin menunjukkan kebodohan kita. Jadilah cerdik dan cerdas dengan berkata-kata tentang hal-hal baik yang membangun sesama, memerkatakan firman Tuhan, dan yang melahirkan ide, gagasan serta visi besar yang menjadi berkat bagi semua orang dalam kekinian untuk masa depan, bahkan kehidupan kekal. Bukan membual.

Sebagai keluarga dan umat Kristen, jauhilah perkataan bodoh yang merendahkan diri kita. Sebaliknya, berkatalah dengan hati yang terpusat pada firman dan kehendak Allah. Yakni menggunakan hikmat dari Tuhan, tidak bertele-tele dan membual. Sehingga perkataan kita menjadi sumber inspirasi bagi sesama, membangun dan menjadi berkat bagi semua orang, serta yang utama dan pertama untuk memuliakan Tuhan. Jadilah demikian agar kita diberkati Kristus untuk jadi berkat bagi semua orang. Amin

Doa: Tuhan Yesus, jauhkan kami dari perkataan bodoh. Tapi biarlah hati dan mulut kami menjadi saksi tentang firman-Mu, serta jadi berkat bagi sesama dan senantiasa memuliakan Tuhan. Amin

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved